Khutbah

Khutbah Jumat: Larangan Menunda-nunda Bayar Utang

NU Online  Ā·  Kamis, 1 Agustus 2024 | 20:00 WIB

Khutbah Jumat: Larangan Menunda-nunda Bayar Utang

Membayar utang. (Foto: NU ONline/Freepik)

Menunda pembayaran utang merupakan salah satu tindakan yang tidak dibenarkan dalam Islam. Orang yang memiliki tanggungan utang, wajib untuk segera membayarnya ketika sudah mampu, sebab utang akan terus menjadi tanggungan yang harus dilunasi sampai kapan pun. Oleh sebab itu, menunda pembayaran utang tanpa adanya alasan yang jelas dan tanpa izin dari pemilik utang dianggap sebagai perbuatan yang tak terpuji.


Naskah khutbah Jumat berikut ini berjudul, ā€œKhutbah Jumat: Larangan Menunda-nunda Bayar Utangā€. Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat!



Khutbah I


Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلهِ ŁˆŁŽŲ§Ų³ŁŲ¹Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ¶Ł’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ…ŁŲ¶ŁŽŲ§Ų¹ŁŁŁ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ Ł„ŁŲ°ŁŽŁˆŁŁŠ Ų§Ł„Ł’Ų§ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł’ŲŗŁŽŁ†ŁŁŠŁŁ‘ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ²ŁŽŁ„Ł’ Ų³ŁŽŲ­ŁŽŲ§Ų¦ŁŲØŁ Ų¬ŁŁˆŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŲŖŁŽŲ³ŁŲ­Ł‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁƒŁŁ„Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŁ‚Ł’ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ Ų§Ł„Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ł„ŁŽŲ§ŁŠŁŽŲ®Ł’ŁŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł Ų®ŁŽŁˆŁŽŲ§Ų·ŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁŠŁŁ‘ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŽŁŠŁ‘ŁŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ł„ŁŽŲ§ŲŖŁŽŲŗŁŁŠŁ’Ų¶Ł Ł†ŁŽŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŲØŁŁ…ŁŽŲ±ŁŁ‘ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ‡ŁŁˆŁ’Ų±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ²Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł†Ł. Ų£ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲÆŁŁ‡Ł Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ‹Ų§ ŁŠŁŽŁŁŁˆŁ’Ł‚Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŲ³Ł’ŲØŁŽŲ§Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁ‡Ł Ų“ŁŁƒŁ’Ų±Ł‹Ų§ Ł†ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ł„Ł بِهِ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡Ł Ł…ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł‡ŁŲØŁŽ Ų§Ł„Ų±ŁŁ‘Ų¶Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł

Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ الله ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŲÆŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁ„Ł’ŁƒŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŁ„Ł’Ų·ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ…ŁŲØŁ’Ų±ŁŲ²Ł ŁƒŁŁ„ŁŁ‘ Ł…ŁŽŁ†Ł’ Ų³ŁŁˆŁŽŲ§Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁŽŁ…Ł Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŲ¬Ł’ŲÆŁŽŲ§Ł†Ł. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ®ŁŁŠŁ’Ų±ŁŽŲŖŁŁ‡Ł مِنْ Ł†ŁŽŁˆŁ’Ų¹Ł Ų§Ł„Ł’Ų§ŁŁ†Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ Ł†ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŒ Ų±ŁŽŁŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł بِهِ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŲ¶ŁŽŲ­ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲØŁŽŲ§Ł†ŁŽ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„ŁŁ‘ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŁ‘Ł…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŁ‡Ł’Ł„Ł الصِّدْقِ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł. Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ: ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ Ų£ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§ŁŁŠŁŽŲ§ŁŠŁŽ Ų£ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁ„Ų§Ł‹ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللهِ ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„Ł‰ŁŽ ŁˆŁŽŲ·ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲŖŁŁ‡Ł ŲØŁŲ§Ł…Ł’ŲŖŁŲ«ŁŽŲ§Ł„Ł Ų£ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł…ŁŲ±ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ų¬Ł’ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ŲØŁ Ł†ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ’Ł‡Ł. Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ ŁŁŁŠŁ’ ŁƒŁŲŖŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł: ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ†ŁŽ


Ma'asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Alhamdulillahi rabbil alamin, mari kita awali khutbah Jumat pada siang hari ini dengan senantiasa melafalkan kalimat syukur kepada Allah swt, karena dengan karunia-Nya, kita bisa terus istiqamah menunaikan ibadah shalat Jumat, dan dengan nikmat-Nya, kita bisa terus merasakan manisnya hidup dengan kenyamanan dan ketenangan. Shalawat dan salam mari senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, allahumma shalli wa sallim ala sayyidina Muhammad wa ā€˜ala alih wa sahbih.


Selanjutnya, sudah menjadi keharusan bagi kami selaku khatib pada kesempatan shalat Jumat ini, untuk senantiasa mengajak untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt, sebab hanya iman dan takwa yang akan bisa menjadi bekal untuk kita bawa menuju akhirat kelak.


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu transaksi yang kerap kita jumpai dalam kehidupan bermasyarakat adalah utang-piutang. Berutang pada hakikatnya merupakan sesuatu yang wajar bagi setiap orang yang memiliki kebutuhan setiap harinya. Karena itu, orang yang berutang, umumnya adalah mereka yang benar-benar membutuhkan. Transaksi semacam ini sudah diatur dengan sangat rinci dalam ajaran Islam, baik kepada orang yang berutang maupun yang memberi utang.


Orang-orang yang memiliki kelebihan harta, dianjurkan baginya untuk memberi utang kepada orang yang sedang membutuhkan. Sedangkan bagi orang yang berutang, wajib baginya untuk membayar ketika sudah mampu. Ia tidak boleh menunda-nunda tanpa ada alasan yang bisa dibenarkan dalam Islam.


Berutang bukanlah sebuah kesalahan, selama kita semua membayarnya ketika sudah mampu tanpa menundanya. Bahkan orang-orang yang senantiasa mengindahkan bayar utang ketika sudah mampu merupakan ciri-ciri orang yang dinilai baik dalam Islam. Karena itu, jika di antara kita ada yang memiliki tanggungan utang, maka segeralah untuk melunasinya ketika sudah mampu.


Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu hari terdapat seorang laki-laki mendatangi Rasulullah untuk menagih utang, orang itu bersikeras berbicara dengan perkataan yang kurang sopan di hadapannya. Para sahabat banyak yang tidak terima melihat Rasulullah yang diperlakukan demikian, sehingga mereka berdiri juga untuk mencegah laki-laki tersebut, namun Nabi melarangnya dan tetap membiarkan laki-laki tersebut berbicara kasar.


Setelah itu, Nabi menyuruh para sahabat untuk memberikan unta yang seumuran dengan unta yang dulu pernah ia utang. Namun para sahabat menjawab bahwa unta yang seumuran tidak ada, dan yang tersisa hanyalah yang lebih tua dari sebelumnya. Lantas, Nabi Muhammad bersabda:


Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ų·ŁŁˆŁ‡Ł ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ مِنْ Ų®ŁŁŠŁŽŲ§Ų±Ł Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł Ų£ŁŽŲ­Ł’Ų³ŁŽŁ†ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł‚ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ų”Ł‹


Artinya: ā€œBerikan saja itu, karena sungguh sebagian dari orang yang paling baik adalah orang yang paling baik dalam membayar utang.ā€ (HR Bukhari dalam Shahih Bukhari).


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Riwayat ini merupakan sebuah peringatan bagi kita, bahwa ketika sudah mampu untuk membayar utang, maka segeralah untuk melunasinya. Apa yang dilakukan oleh Rasulullah adalah teladan yang harus kita tiru sebagai umatnya. Hal itu tidak lain karena menunda-nunda membayar utang merupakan tindakan kezaliman yang dicela dalam Islam. Rasulullah saw bersabda:


Ł…ŁŽŲ·Ł’Ł„Ł Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁ†ŁŁŠŁ‘Ł ŲøŁŁ„Ł’Ł…ŁŒ


Artinya: ā€œMenunda-nunda waktu pembayaran utang bagi orang yang mampu adalah kezaliman.ā€ (HR al-Baihaqi).


Menurut Imam Nawawi dalam kitab Syarhun Nawawi ā€˜alal Muslim, juz VII, halaman 196, hadits ini merupakan larangan bagi orang yang sudah mampu namun menunda-nunda bayar utang. Hukum tindakan ini adalah haram (berdosa). Namun, jika memang benar-benar tidak mampu, maka hukumnya tidak haram,


Ų§ŁŽŁ„Ł’Ł…ŁŽŲ·Ł’Ł„Ł Ł…ŁŽŁ†Ł’Ų¹Ł Ł‚ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ų”Ł Ł…ŁŽŲ§ Ų§Ų³Ł’ŲŖŁŲ­ŁŁ‚Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲÆŁŽŲ§Ų¤ŁŁ‡Ł ŁŁŽŁ…ŁŽŲ·Ł’Ł„Ł Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁ†ŁŁ‰ŁŁ‘ ŲøŁŁ„Ł’Ł…ŁŒ ŁˆŁŽŲ­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…ŁŒ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ·Ł’Ł„Ł ŲŗŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁ†ŁŁ‰ŁŁ‘ Ł„ŁŽŁŠŁ’Ų³ŁŽ ŲØŁŲøŁŁ„Ł’Ł…Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ Ų­ŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł…Ł


Artinya:Ā ā€œMenunda-nunda adalah mencegah sesuatu yang wajib untuk dilunasi. Menunda-nunda bagi orang yang sudah mampu adalah zalim dan haram, sedangkan bagi yang tidak mampu tidaklah zalim dan tidak pula haram.ā€


Dalam riwayat yang lain, Rasulullah saw memberikan peringatan kepada kita semua bahwa sikap menunda-nunda merupakan bentuk kebiasaan setan yang ia letakkan dalam hati orang-orang yang beriman. Sehingga setiap tanggung jawab dan kewajibannya akan biasa ia tunda,


Ų§ŁŽŁ„ŲŖŁ‘ŁŽŲ³Ł’ŁˆŁŁŠŁ’ŁŁ Ų“ŁŲ¹ŁŽŲ§Ų±Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁŠŁ’Ų·ŁŽŲ§Ł†Ł ŁŠŁŁ„Ł’Ł‚ŁŁŠŁ’Ł‡Ł فِي Ł‚ŁŁ„ŁŁˆŁ’ŲØŁ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Artinya: ā€œMenunda-nunda adalah syiar setan yang ia letakkan ke dalam hati orang-orang yang beriman.ā€ (HR ad-Dailami).


Karena telah diletakkan di dalam hati orang-orang yang beriman, maka mereka akan senantiasa menunda-nunda semua tanggungannya. Tindakan ini akan menjadikan setan bahagia karena manusia telah melakukan perbuatan dosa, sebab menunda-nunda bayar utang bagi orang yang mampu. Ini adalahĀ dosa besar, sebagaimana penjelasan Imam al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir Syarh Jami’is Shagir, juz III, halaman 344,


ŁŁŽŁŠŁ…Ł’Ų·ŁŁ„Ł Ų£ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲŗŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽŁ‡Ł ŁŁŽŁŠŁŲ¹Ł’Ų¬ŁŲØŁ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁŠŁ’Ų·ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŲŖŁŽŲ£Ł’Ų«ŁŁŠŁ’Ł…ŁŁ‡Ł Ł„ŁŲ£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŽŲ·Ł’Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁ†ŁŁŠŁŁ‘ ŲøŁŁ„Ł’Ł…ŁŒ ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲØŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł
Ā 

Artinya: ā€œMaka salah satu dari mereka akan menunda-nunda tanggungannya, sehingga menjadikan setan senang dosanya, karena menunda-nunda bagi yang mampu adalah kezaliman dan termasuk dosa besar.ā€


Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Itulah larangan bagi orang-orang yang terbiasa menunda-nunda membayar utang ketika sudah mampu. Oleh sebab itu, jika ada di antara kita memiliki tanggungan utang, segeralah untuk membayarnya ketika sudah mampu. Karena menunda-nunda merupakan perbuatan zalim dan hukumnya haram, serta tergolong dosa besar.


Demikian khutbah Jumat ini, perihal larangan menunda-nunda bayar utang. Semoga menjadi khutbah yang membawa berkah dan manfaat bagi kita semua. Amin ya rabbal alamin.


ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁŁŁŠŁ’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ§ŁŁŠŁŽŁ‘Ų§ŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲÆŁŽŁ‚ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲŖŁŁ„ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų§ŁŽŁ†Ł ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹Ł Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ„ŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŁ‘ŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ Ų¬ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹ŁŽ Ų£ŁŽŲ¹Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł„ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ Ų£ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŁŠŁ’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡ŁŲŒ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł


Khutbah II


Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ للهِ Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ‹Ų§ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽ. Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŲŒ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŒ Ł„ŁŽŁ…Ł’ ŁŠŁŽŲ²ŁŽŁ„Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŁƒŁŁ„ŁŁ‘ Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł ŁˆŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł„Ł‹Ų§. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ­ŁŽŲØŁŁŠŁ’ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ®ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł„ŁŁ‡ŁŲŒ Ų£ŁŽŁƒŁ’Ų±ŁŽŁ…Ł Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ®ŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ł…ŁŽŲØŁ’Ų¹ŁŁˆŁ’Ų«Ł Ų±ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲ©Ł‹ Ł„ŁŁ„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„ŁŁ‘ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŁ‘Ł…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ų£ŁŽŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŲµŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł‹ ŲÆŁŽŲ§Ų¦ŁŁ…ŁŽŲ©Ł‹ ŲØŁŲÆŁŽŁˆŁŽŲ§Ł…Ł Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų¶ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ: ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ§Ų¶ŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ°ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŁˆŁŽŲ§Ų­ŁŲ“ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ ŲøŁŽŁ‡ŁŽŲ±ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŽ. ŁˆŁŽŲ­ŁŽŲ§ŁŁŲøŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ­ŁŲ¶ŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ…Ł’Ų¹ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ…ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁˆŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŁˆŁ’Ų±ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ§Ų¬ŁŲØŁŽŲ§ŲŖŁ. ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ£ŁŽŁ…Ł’Ų±Ł ŲØŁŽŲÆŁŽŲ£ŁŽ ŲØŁŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁ‡Ł. ŁˆŁŽŲ«ŁŽŁ†ŁŽŁ‰ ŲØŁŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲ©Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³ŁŽŲØŁŁ‘Ų­ŁŽŲ©Ł ŲØŁŁ‚ŁŲÆŁ’Ų³ŁŁ‡Ł. Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„Ų§Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŲ§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ…Ų§Ł‹


Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„ŁŁ‘ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ„Ł Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ„Ł Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŁƒŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ„Ł Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁ’ŲŖŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ„Ł Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŁŁŠŁ’ Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų­ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’ŲÆŁŒ Ł…ŁŽŲ¬ŁŁŠŁ’ŲÆŁŒ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų£ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ§Ų”Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§ŲÆŁ’ŁŁŽŲ¹Ł’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŁŠŁŁˆŁ’ŁŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ®Ł’ŲŖŁŽŁ„ŁŁŁŽŲ©ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲÆŁŽŲ§Ų¦ŁŲÆŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ­ŁŽŁ†ŁŽŲŒ Ł…ŁŽŲ§ ŲøŁŽŁ‡ŁŽŲ±ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŽŲŒ مِنْ ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų®ŁŽŲ§ŲµŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ ŲØŁŁ„Ł’ŲÆŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŲ§Ł…ŁŽŲ©Ł‹ŲŒ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŁƒŁŁ„ŁŁ‘ Ų“ŁŽŁŠŁ’Ų”Ł Ł‚ŁŽŲÆŁŁŠŁ’Ų±ŁŒ


Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§ŁŁŠŁ’ŲŖŁŽŲ§Ų”Ł Ų°ŁŁŠŁ’ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁŲŒ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. ŁŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł


Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur