Khutbah

Khutbah Jumat: Jihad Santri untuk Negeri

NU Online  Ā·  Kamis, 19 Oktober 2023 | 12:00 WIB

Khutbah Jumat: Jihad Santri untuk Negeri

Foto upacara pengibaran bendera di pesantren (Foto: Pesantren Sidogiri)

Setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri. Pada tahun ini, Kementerian Agama (Kemenag) RI menetapkan tema Hari Santri yakni Jihad Santri Jayakan Negeri.


Untuk itu Khutbah Jumat ini berjudul: Khutbah Jumat: Jihad Santri untuk Negeri.Ā Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini (pada tampilan desktop). Semoga bermanfaat! (Redaksi).



Khutbah I

Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلهِ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲØŁŁ‡Ł Ł†ŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ł…Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ų±ŁŽŁŁ Ų§Ł’Ł„Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ±Ł’Ų³ŁŽŁ„ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ Ł†ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ اٰلِهِ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł Ų„ŁŁ„Ł‰ŁŽ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†ŁŲŒ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ł°Ł‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ الله ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡ Ł„ŁŽŲ§Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŁƒŁ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ‚Ł‘Ł Ų§Ł’Ł„Ł…ŁŲØŁŁŠŁ’Ł†. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ€Ł…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł ŲµŲ§ŲÆŁŁ‚Ł Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ Ų§Ł’Ł„Ų£ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†. Ų£ŁŽŁ…ŁŽŁ‘Ų§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ§Ų¶ŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. Ų§ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚ŁŽŁ‘ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŁ’ŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ :Ā ŁŠŁ°Ł“Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŽ ŁˆŁŽŲ§ŲØŁ’ŲŖŁŽŲŗŁŁˆŁ’Ł“Ų§ Ų§ŁŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲ³ŁŁŠŁ’Ł„ŁŽŲ©ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁŁˆŁ’Ų§ ŁŁŁŠŁ’ Ų³ŁŽŲØŁŁŠŁ’Ł„ŁŁ‡Ł– Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Ma'asyiralĀ Muslimin rahimakumullah,

Mengawali khutbah ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swtĀ dengan menjalankan segala perintahNyaĀ dan menjauhi laranganNya. Rasulullah bersabda:
Ā 

Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁŠŁ’Ų«ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŁ†Ł’ŲŖŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲŖŁ’ŲØŁŲ¹Ł Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁŠŁ‘ŁŲ¦ŁŽŲ©ŁŽ Ų§Ł„Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©ŁŽ ŲŖŁŽŁ…Ł’Ų­ŁŁ‡ŁŽŲ§ŲŒ ŁˆŁŽŲ®ŁŽŲ§Ł„ŁŁ‚Ł Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³ŁŽ ŲØŁŲ®ŁŁ„ŁŁ‚Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†Ł


Artinya: ā€Bertakwalah kepada Allah swt di manapun engkau berada. Iringilah kejelekan itu dengan kebaikan niscaya kebaikan itu akan menghapusnya (kejelekan). Dan pergaulilah manusia dengan pergaulan yang baik.ā€ (HR. at Tirmidzi)


Ma'asyiralĀ Muslimin rahimakumullah,

Santri merupakan bagian penting dari masyarakat Indonesia. Dalam perjalanannya, santri telah lama berperan dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan bangsa. Sejatinya Jihad santri dalam perspektif historis dapat dimaknai sebagai perjuangan santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.Ā 


Pada masa penjajahan, banyak santri yang ikut serta dalam perjuangan melawan penjajah. Mereka berjuang dengan berbagai cara, mulai dari perang gerilya, perang terbuka, hingga perang diplomasi. Salah satu contoh perjuangan santri dalam melawan penjajah adalah peristiwa Perang Diponegoro. Dalam perang ini, banyak santri yang ikut serta dalam pasukan Diponegoro untuk melawan Belanda.


Perjuangan santri juga terekam oleh sejarah saat sekutuĀ ingin kembali menjajah Indonesia yang baru mendeklarasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Untuk mempertahankan ini,Ā Hadratussyaikh Hasyim Asy’ariĀ mencetuskan Fatwa Resolusi Jihad yang diilhami keyakinan hubbul wathan minal iman (cinta tanah air adalah bagian dari iman). Dalam resolusi Jihad tersebut ditegaskan bahwa berjuang mengusir penjajah hukumnya Ā fardlu ’ain (wajib pribadi) bagi setiap umat Islam dalam radius 94 kilometer dari ā€tempat masoek dan kedoedoekan moesoehā€ dan di luar radius itu sebagai fardlu kifayah (boleh diwakili sebagian warga saja).Ā 


Mendapatkan fatwa ini, sebagai seorang santri yang patuh pada kiai, serentak bersama warga NU di Surabaya dan sekitarnya turun bersama warga lainnya. Para santri melawan tentara Sekutu mulai 25 Oktober 1945, berujung ribuan pejuang syahid mengorbankan nyawa mempertahankan Surabaya, yang memuncak pada perang 10 November 1945. Sejatinya, para santri sejak awal menyadari bahwa nyawa mereka diserahkan sepenuhnya kepada Allah swtuntuk cita-cita mulia menyelamatkan negara.


Selain itu, para santri juga berperan penting dalam perumusan dasar negara Indonesia. Banyak tokoh santri yang terlibat dalam perumusan Pancasila, UUD 1945, dan pembentukan konstitusi Indonesia. Dengan demikian, kiprah santri di masa laluĀ begitu besar dalam membentuk Indonesia merdeka dan berdaulat.Ā 


Kemudian pertanyaannya, bagaimana jihad santri dalam perspektif kontekstual dalam membangun kejayaan negeri?.Ā Sejatinya,Ā jihad santri hari sampai hari ini tidak pernah mati ataupun tertutup. Pada masa kini, santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Santri dapat menjadi agen perubahan yang membawa kemajuan bagi negeri. Santri dapat berperan aktif melalui jihad dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pertanian, dan industri.


Jihad adalah upaya untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. Jihad tidak hanya terbatas pada perjuangan fisik, tetapi juga mencakup perjuangan non-fisik, seperti pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.


Sejatinya, Ā jihad di masa kini menghadapi tantangan yang lebih besar, seperti kemiskinan, kebodohan, dan penindasan. Jihad di bidang-bidang ini adalah cara untuk memperbaiki kondisi umat Islam dan mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.


Ā Allah dalam Q.S Al-Ankabut, ayat 8-9 menyebutkan bahwa makna jihad tidak hanya sebatas berperang dan angkat senjata, Ā lebih dari itu jihad adalah berbuat baik dan berperang melawan diri sendiri. Allah berfirman:


ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŽŲÆŁŽ ŁŁŽŲ§ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁ Ł„ŁŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁ‡Ł– Ū—Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŽ Ł„ŁŽŲŗŁŽŁ†ŁŁŠŁ‘ŁŒ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹Ł°Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ā ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ„ŁŁˆŲ§ الصّٰلِحٰتِ Ł„ŁŽŁ†ŁŁƒŁŽŁŁ‘ŁŲ±ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲ§Ł°ŲŖŁŁ‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲ¬Ł’Ų²ŁŁŠŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ Ų§ŁŽŲ­Ł’Ų³ŁŽŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŁˆŁ’Ų§ ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ.


Artinya: ā€œDan barangsiapa berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu untuk dirinya sendiri. Sungguh, Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari seluruh alam. Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.ā€


Menurut Profesor M. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an (2017), menjelaskan makna jihad yang dimaksud dalam ayat ini bukan dengan mengangkat senjata. Pasalnya ayat ini turun pada periode Makkah—sebelumĀ NabiĀ Muhammad hijrah—, dan izin atau perintah untuk berperang dan mengangkat senjata baru diizinkan setelah nabi hijrah (periode Madinah).


Ayat ini lebih menekankan perintah atau mendorong untuk beramal saleh. Maka, Allah menegaskan, barang siapa berjihad, yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal saleh hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka sesungguhnya manfaat dan kebaikan jihadnya untuk diri sendiri.


Dengan demikian, jihad era modern ini, tidak sebatas peperangan. Untuk itu, santri dapat berjihad untuk negeri dengan berbagai cara, seperti meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai menjadi guru atau dosen guna mencetak generasi muda yang berilmu dan berakhlak mulia.


Selanjutnya, jihad santri era modern juga bisa dilakukan dengan memberdayakan ekonomi umat. Sejatinya, memberdayakan ekonomi umat merupakan bentuk jihad santri untuk meningkatkan kesejahteraan umat Islam.


Santri dapat mengembangkan usaha ekonomi produktif, baik secara individu maupun kelompok. Usaha ini dapat berupa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), koperasi, atau usaha lainnya seperti menyediakan pelatihan dan pendampingan usaha kepada masyarakat, terutama masyarakat yang kurang beruntung. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan masyarakat dalam berwirausaha.


Lebih dari itu, bentuk jihad santri era modern adalah kampanye lingkungan hijau. Sejatinya, kampanye lingkungan hijau merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan. Kampanye ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti sosialisasi, edukasi, dan aksi nyata.


Sejatinya, santri memiliki peran penting dalam kampanye lingkungan hijau. Mereka dapat menjadi agen perubahan yang menyebarkan kesadaran tentang pentingnya menjaga lingkungan


Terakhir, Ā perjuangan ini tidak hanya dilakukan di masa lalu, tetapi juga di masa kini. Santri memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa dan dapat berkontribusi dalam berbagai bidang. Selamat Hari Santri. Jihad Santri, Jayakan Negeri.


ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁŁŁŠŁ’ Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų¢Ł†Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁŽŲ¹ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŁ…ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų°Ł‘ŁŁƒŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁƒŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‚ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ„ŁŽ Ł…ŁŁ†Ł‘ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁ„ŁŽŲ§ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ ŁŁŽŲ§Ų¹Ł’ŲŖŁŽŲØŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ ŁŠŁŽŲ¢ Ų£ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‰ Ų§Ł’Ł„Ų£ŁŽŁ„Ł’ŲØŁŽŲ§ŲØŁ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ.!


Khutbah II


Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„ŁŁ„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠ Ł‡ŁŽŲÆŁŽŲ§Ł†ŁŽŲ§ Ł„ŁŁ‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł„ŁŁ†ŁŽŁ‡Ł’ŲŖŁŽŲÆŁŁŠŁŽ Ł„ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł‡ŁŽŲÆŁŽŲ§Ł†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł. Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‘Ų§Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§Ł†ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŽ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł. اللهم ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŁƒŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł…ŁŲ¬ŁŽŲ§Ł‡ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŲ§Ł‡ŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ.

Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŲŒ ŁŁŽŁŠŁŽŲ§ Ų¢ŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ų­ŁŽŲ§Ų¶ŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽŲŒ Ų£ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁŠŁŽ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللهِ ŁˆŁŽŲ·ŁŽŲ§Ų¹ŁŽŲŖŁŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŁŁ’Ł„ŁŲ­ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ²ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲÆŁŁˆŲ§ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽ Ų§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŲ§ŲÆŁ Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰. ŁŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ فِي ŁƒŁŲŖŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł Ų£ŁŽŲ¹ŁŁˆŁ’Ų°Ł بِاللهِ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁŠŁ’Ų·ŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ų±ŁŽŁ‘Ų¬ŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ بِسْمِ اللهِ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł: (ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲµŁ’Ų±Ł. Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų„ŁŁ†Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł„ŁŽŁŁŁŠ Ų®ŁŲ³Ł’Ų±Ł. Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ„ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§Ł„ŁŲ­ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲŖŁŽŁˆŁŽŲ§ŲµŁŽŁˆŁ’Ų§ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ‚Ł‘Ł ŁˆŁŽŲŖŁŽŁˆŁŽŲ§ŲµŁŽŁˆŁ’Ų§ ŲØŁŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲØŁ’Ų±(ِ. Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘Ł ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŲ§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŲ§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ…Ł‹Ų§. Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁŠŁ’ŲŖŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų„ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų„ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ…ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŁƒŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁ’ŲŖŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų„ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ų„ŁŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł‡ŁŁŠŁ…ŁŽŲŒ فِى Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų­ŁŽŁ…ŁŁŠŲÆŁŒ Ł…ŁŽŲ¬ŁŁŠŲÆŁŒ.

Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…ŁŽŁ‘ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§ŲÆŁ’ŁŁŽŲ¹Ł’ Ų¹ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų”ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŲ§Ų¹ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŽŁ…Ł’Ų±ŁŽŲ§Ų¶ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁŁŲŖŁŽŁ†ŁŽ Ł…ŁŽŲ§ Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲÆŁ’ŁŁŽŲ¹ŁŁ‡Ł ŲŗŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŁƒŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ ŲØŁŽŁ„ŁŽŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł‡Ł°Ų°ŁŽŲ§ Ų§ŁŁ†Ł’ŲÆŁŁˆŁ’Ł†ŁŁŠŁ’Ų³ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ Ų®ŁŽŲ§ŲµŁ‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł’ Ų³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł ŲØŁŁ„ŁŽŲ§ŲÆŁ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŲ§Ł…Ł‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁŠŁŽŲ§ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų§Ł°ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽ فِي Ų§Ł„Ł’Ų§Ł°Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽ Ł‚ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±Ł Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł. ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. ŁŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’. ŁˆŁŽ Ų§Ų“Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ł†ŁŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ‡Ł ŁŠŁŽŲ²ŁŲÆŁ’ŁƒŁŁ…Ł’. ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللهِ Ų§ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł

 

ZainuddinĀ Lubis, PegiatĀ kajian tafsir, tinggal di Ciputat