Khutbah KHUTBAH JUMAT

Khutbah Jumat: Cara Menghadirkan Rasulullah

Jum, 26 November 2021 | 05:24 WIB

Khutbah Jumat: Cara Menghadirkan Rasulullah

Khutbah Jumat: Cara Menghadirkan Rasulullah

Khutbah Jumat ini memberikan cara bagaimana menghadirkan Rasulullah saw dalam kehidupan kita. Dengan kehadirannya, maka Allah swt tidak akan menurunkan adzab kepada kita. Bagaimana cara kita menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan kita saat ini? berikut caranya dalam khutbah Jumat berjudul: Khutbah Jumat: Cara Menghadirkan Rasulullah


Khutbah I


الْحَمْدُللهِ الْقَوِيّ سُلْطَانُهْ. اَلْوَاضِحِ بُرْهَانُهْ. اَلْمَبْسُوْطِ فِى الْوُجُوْدِ كَرَمُهُ وَاِحْسَانُهْ. تَعَالَى مَجْدُهُ وَعَظُمَ شَانُهْ. خَلَقَ الْخَلْقَ لِحِكْمَهْ. وَطَوَى عَلَيْهَاعِلْمَهْ. وَبَسَطَ لَهُمْ مِنْ فَائِضِ الْمِنّةِ مَاجَرَتْ بِهِ فِى اَقْدارِهِ الْقِسْمَهْ. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَه. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ.
اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَستَغفِرُونَ


Ma’asyiral muslimin Jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah pada kesempatan Jumat yang mulia ini, kita masih diberikan rahmat, hidayah, serta inayah oleh Allah swt sehingga kita masih bisa mengungkapkan rasa syukur dengan melaksanakan rangkaian ibadah shalat Jumat di masjid ini dalam keadaan sehat wal ‘afiat.


Sebagai wujud rasa syukur kita kepada Allah swt, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita dengan sebenar-benar keimanan dan sebaik-baik ketakwaan, minimal dengan cara imtitsâlu awâmirillâh wajtinâbu nawâhîhi, yaitu menjalankan apa pun yang diperintahkan oleh Allah swt dan berupaya dengan sungguh-sungguh menjauhi apa pun yang dilarang-Nya. Sebab dengan jalan takwa inilah Allah menjanjikan kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya, sebagaimana terfirman dalam al-Qur’an:


 إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ


Artinya: "Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu" (QS Al-Hujurat: 13)


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Diantara nikmat agung yang dianugerahkan Allah dan barangkali banyak dari kita yang tidak menyadari wujud nikmat itu adalah kita dipilih oleh Allah swt sebagai umat Rasulullah saw.


Keistimewaan menjadi umat Rasulullah yang tidak diberikan kepada ummat Nabi sebelumnya yaitu Allah tidak akan memberikan adzab kepada umat Rasulullah selagi beliau berada di lingkungannya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surah al-Anfal ayat 33:


وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمۡ وَأَنتَ فِيهِمۡۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمۡ وَهُمۡ يَستَغفِرُونَ


Artinya: “Dan Allah sekali-kali tidak akan mengadzab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”


Menurut salah satu riwayat yang dikemukakan oleh al-Qurthubi dalam tafsirnya, ayat ini diturunkan sehubungan dengan Abu Jahal melantunkan doa:


ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَٰذَا هُوَ ٱلحَقَّ مِنۡ عِندِكَ فَأَمطِرۡ عَلَينَا حِجَارَةٗ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيم


Artinya: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih”.


Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan mengutip perkataan Ibnu Abbas ra., bahwa Allah swt tidak akan menurunkan adzab-Nya kepada suatu kaum, sedangkan nabi-nabi mereka berada di antara mereka, hingga Allah mengeluarkan nabi-nabi itu dari kalangan mereka.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Ayat ini memberikan gambaran kepada kita, jika kita bisa menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan kita, maka Allah swt tidak akan menurunkan adzab kepada kita. Lalu pertanyaannya, bagaimana cara kita menghadirkan Rasulullah dalam kehidupan kita saat ini?


Pertama adalah dengan istiqamah menghidupkan sunnah-sunnahnya. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam at-tirmidzi, Rasulullah bersabda:


من أحيا سنّتي فقد أحياني ومن أحياني كان معي في الجنّة

 
Artinya: “Barangsiapa menghidupkan sunnahku, maka ia benar-benar menghidupkan aku, dan barangsiapa menghidupkan aku, maka ia bersamaku di surga.” (HR. At-Tirmidzi)


Kata “menghidupkan aku” dalam teks hadits ini tentu yang dimaksud bukanlah secara zhahir Rasulullah saw kembali hidup secara kasat mata di hadapan kita. Akan tetapi secara maknawi Beliau selalu tergambar sebagai teladan dalam segala bentuk dan gerak aktivitas keseharian kita. Maka dengan kita menghidupkan sunnah-sunnahnya sama dengan sedang menghadirkan Rasulullah saw dalam kehidupan kita.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,
Kemudian cara menghadirkan Rasulullah yang kedua adalah dengan memperbanyak ucapan salam penghormatan kepada beliau. Sebagaimana yang diperintahkan dalam al-Qur’an:


إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا


Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS: Al-Ahzab ayat 56)


Selain keutamaan shalawat yang begitu besar, ucapan salam juga memiliki keutamaan luar biasa sebagaimana disabdakan dalam sebuah hadits:


مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ إِلَّا رَدَّ اللَّهُ عَلَيَّ رُوحِي حَتَّى أَرُدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ


Artinya: "Tidaklah seseorang memberikan salam kepadaku melainkan Allah akan mengembalikan nyawaku hingga aku membalas salamnya." (HR. Abu Daud No.1745)


Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah saw setelah wafatnya masih dapat memberikan salam yang merupakan doa kepada umatnya. Sehingga kalau kita cermati, setiap redaksi salam, lebih banyak menggunakan dhamir mukhatab (orang yang diajak bicara) yang menyiratkan kedekatan Beliau dengan kita. Seperti saat duduk tahiyat dengan ucapan salam “Assalamu ‘Alaika Ayyuhan Nabi” atau redaksi nasyid “Ya Nabi Salam ‘Alaika” atau “Assalamu ‘Alaik Zainal Anbiya”.


Hal ini juga yang menjadi landasan keyakinan bahwa Rasulullah saw senantiasa hadir dalam majelis-majelis maulid yang diisi dengan bacaan shalawat dan salam untuk Beliau dan kita berdiri menyambutnya.


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Semoga Allah swt senantiasa memudahkan kita untuk menghidupkan sunnah-sunnah nabi-Nya dan Allah membersamakan kita dengan Rasulullah di surga-Nya. Amin Ya Rabbal ‘Alamin


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي اْلقُرْأنِ اْلعَظِيْم، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلأيَاتِ وَالذِّكْرِ اْلحَكِيْم، وَتَقَبَّلْ مِنِّي وَمِنْكُم تِلاَوَتَهُ ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ، أَعُوْذُ بِاللّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَا صَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْر، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah II


اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذي وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الصِّدْقِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Burhan Ali Setiawan, Wakil Ketua Lembaga Dakwah NU PCNU Kota Semarang


Baca naskah khutbah Jumat lainnya: