Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Menjadi Orang yang Takwa Setelah Puasa Sebulan Penuh

NU Online  Ā·  Rabu, 19 April 2023 | 08:00 WIB

Khutbah Idul Fitri: Menjadi Orang yang Takwa Setelah Puasa Sebulan Penuh

Ketupat simbol peringatan hari raya idul fitri di Indonesia. (Ilustrasi: NU Online/freepik).

Khutbah Idul Fitri 1444 H kali ini Ā akan mengangkat tema tentang takwa. Pasalnya, kewajiban puasa sangat erat kaitannya dengan takwa. Di ujung ayat [al-Baqarah ayat 183], dijelaskan bahwa puncak dari sebuah puasa ialah ketakwaan pada Allah swt. Untuk itu, seyogianya kita merenungi makna takwa setelah setelah berpuasa sebelum penuh.


Untuk itu Khutbah Idul Fitri 1444 H ini akan mengangkat tema berjudul, ā€Khutbah Idul Fitri 1444 H; Menjadi Orang yang Takwa Setelah Puasa Sebulan Penuh.ā€ Untuk mengunduh dan mencetak naskah khutbah Idul Fitri ini dalam format PDF, silakan klik di sini. Semoga bermanfaat! (Redaksi)


Khutbah I

Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł (Ć—Ł©) Ł„ŁŽŲ§ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡ ŁŲ£ŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŁ„Ł‘Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ł…ŁŽŲ§ ŁŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ ŁŁŁŠŁ’ Ł†ŁŽŁ‡ŁŽŲ§Ų±Ł Ų±ŁŽŁ…ŁŽŲ¶ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŲØŁŲµŁŁŠŁŽŲ§Ł…ŁŲŒ ŁˆŁŽŁŁŁŠŁ’ Ł„ŁŽŁŠŁ’Ł„ŁŁ‡Ł ŲØŁŁ‚ŁŁŠŁŽŲ§Ł…ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ł…ŁŽŲ§ Ų§Ų²Ł’ŲÆŁŽŲ­ŁŽŁ…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ فِي Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ³ŁŽŲ§Ų¬ŁŲÆŁ Ł„ŁŲµŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ±ŁŽŲ§ŁˆŁŁŠŁ’Ų­Ł ŲØŁŲ®ŁŲ“ŁŁˆŁ’Ų¹Ł ŁˆŁŽŲ§Ł‡Ł’ŲŖŁŁ…ŁŽŲ§Ł…Ł. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ć—Ł£. Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ł…ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲØŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ų§ فِي Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŲ³ŁŽŲ§Ų¬ŁŲÆŁ Ł„ŁŁ„Ų³Ł‘ŁŲ¬ŁŁˆŁ’ŲÆŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ¹ŁŁˆŁ’ŲÆŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł‚ŁŁŠŁŽŲ§Ł…Ł. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ł…ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ°ŁŽŁ„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų„ŁŲ®Ł’ŁˆŁŽŲ§Ł†ŁŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ¹Ł’Ų·ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ­ŁŽŲØŁ‘ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ų­Ł’ŲŖŁŲ±ŁŽŲ§Ł…Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ć—Ł£. Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ł…ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁƒŁŁŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁƒŁŁŁ‘Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ اللهِ ŁŁŁŠŁ’ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ‡Ł’Ų±Ł ŲØŁŲ§Ł„ŲÆŁ‘ŁŲ¹ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ¶ŁŽŲ±Ł‘ŁŲ¹Ł Ł„ŁŁƒŁŽŲ“Ł’ŁŁ Ų§Ł„Ų¶Ł‘ŁŲ±ŁŁ‘ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¢Ł„ŁŽŁ…ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ć—Ł£. ŁˆŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ. Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ للهِ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ Ł‡ŁŽŲÆŁŽŲ§Ł†ŁŽŲ§ Ł„ŁŁ‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ Ł„ŁŁ†ŁŽŁ‡Ł’ŲŖŁŽŲÆŁŁŠŁŽ Ł„ŁŽŁˆŁ’ Ł„ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł‡ŁŽŲÆŁŽŲ§Ł†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł. Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų§ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡ŁŲŒ Ų§ŁŲ±Ł’ŲŗŁŽŲ§Ł…Ł‹Ų§ Ł„ŁŁ…ŁŽŁ†Ł’ Ų¬ŁŽŲ­ŁŽŲÆŁŽ بِهِ ŁˆŁŽŁƒŁŽŁŁŽŲ±ŁŽ. ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŽŲ§Ł†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­Ł…Ł‘ŁŽŲÆŲ§Ł‹ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ‚Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲ“ŁŽŲ±Ł. Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲØŲ§Ų±ŁŁƒŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†Ų§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§ŁŽŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŠŁ†ŁŽ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³Ų§Ł†Ł Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. Ų§ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ


Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ Ų§ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł‚ŁŲØŁŁˆŁ’Ų§ Ł…ŁŲ±ŁŽŲ§Ł‚ŁŽŲØŁŽŲ©ŁŽ Ł…ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŽŲ±ŁŽŲ§Ł‡Ł. ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŲ¶ŁŲ±Ł‘Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁ†Ł’ŁŁŽŲ¹Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ¹Ł’Ų·ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŽŁ…Ł’Ł†ŁŽŲ¹Ł Ų³ŁŁˆŁŽŲ§Ł‡Ł. Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰: Ų£ŁŽŲ¹ŁŁˆŲ°Ł بِاللهِ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų“ŁŽŁ‘ŁŠŁ’Ų·ŁŽŲ§Ł†Ł Ų§Ł„Ų±ŁŽŁ‘Ų¬ŁŁŠŁ…Ł. ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲ§ŲØŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ…ŁŁ„ŁŽ ŲµŁŽŲ§Ł„ŁŲ­Ł‹Ų§ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŽŲŖŁŁˆŲØŁ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł…ŁŽŲŖŁŽŲ§ŲØŁ‹Ų§ (الفرقان: ٧ٔ). Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ


Hadirin jamaah Idul Fitri yang berbahagia

Puasa adalah salah satu amalan penting dalam agama Islam. Di bulan Ramadan, umat Muslim di seluruh dunia mempraktikkan puasa dengan menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami-istri dari fajar hingga terbenam matahari. Namun, tujuan utama dari puasa dalam Islam bukan hanya untuk menahan diri dari kebutuhan fisik, tetapi juga untuk mencapai tujuan spiritual dan moral tertentu, yaitu takwa.


Puasa merupakan salah satu cara untuk mencapai takwa. Dengan menahan diri dari makan dan minum, seseorang dapat mengembangkan kemampuan untuk menahan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti kemarahan dan godaan untuk melakukan perbuatan buruk. Ketika seseorang berpuasa, ia dapat mengalami pengalaman fisik yang membuatnya sadar akan ketidaknyamanan yang dirasakan oleh orang-orang yang kurang beruntung. Hal ini dapat membangkitkan empati dan membantu seseorang untuk lebih menghargai karunia Allah SWT.


ŁŠŁ°Ł“Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŁƒŁŲŖŁŲØŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŁŠŁŽŲ§Ł…Ł ŁƒŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŲŖŁŲØŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ مِنْ Ł‚ŁŽŲØŁ’Ł„ŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽŪ™


Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."


Dari ayat di atas dijelaskan bahwa kewajiban puasa dimaksudkan untuk ā€œagar kamu bertakwaā€, yakni terhindar dari segala macam sanksi dan dampak buruk, baik duniawi maupun ukhrawi. Lantas apa yang dimaksud dengan takwa itu? Pun bagaimana konsep takwa yang sebenarnya? Pun apa itu hakikat takwa?


Hakikat Takwa yang Sebenarnya

Takwa adalah salah satu konsep utama dalam Islam yang berhubungan dengan iman dan akhlak.Ā 


Dalam Al-Qur'an, taqwa disebutkan sebanyak 251 kali. Salah satu ayat yang menjelaskan makna taqwa adalah dalam surah _ Q.S Al-Baqarah [2]_ ayat 197;Ā 


Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ¬Ł‘Ł Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŲ±ŁŒ Ł…ŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŁˆŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŒ ۚ ŁŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŁŁŽŲ±ŁŽŲ¶ŁŽ ŁŁŁŠŁ‡ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ¬Ł‘ŁŽ ŁŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ų±ŁŽŁŁŽŲ«ŁŽ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŁŲ³ŁŁˆŁ‚ŁŽ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ų¬ŁŲÆŁŽŲ§Ł„ŁŽ فِي Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ¬Ł‘Ł Ū— ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁŁ’Ų¹ŁŽŁ„ŁŁˆŲ§ مِنْ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł ŁŠŁŽŲ¹Ł’Ł„ŁŽŁ…Ł’Ł‡Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ū— ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ²ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŲÆŁŁˆŲ§ ŁŁŽŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽ Ų§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŲ§ŲÆŁ Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰Ł° ۚ ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ†Ł ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŁˆŁ„ŁŁŠ Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ„Ł’ŲØŁŽŲ§ŲØŁ  ٔ٩٧


Artinya, "(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaį¹”, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat."


Hadirin jamaah Idul Fitri yang berbahagia

Pada sisi lain, makna taqwa adalah kesadaran dan ketakutan seseorang terhadap Allah SWT. Taqwa menuntut seseorang untuk senantiasa memperbaiki diri dan meningkatkan iman serta akhlaknya. Taqwa juga menuntut seseorang untuk menghindari segala bentuk perbuatan dosa dan melakukan segala bentuk perbuatan yang diperintahkan oleh Allah SWT.Ā 


Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ash-Shawi dalam Kitab Hasyiyatus Shawi, juz I;


Ų§Ł…ŲŖŲ«Ų§Ł„ أمر الله ŁˆŲ§Ų¬ŲŖŁ†Ų§ŲØ Ł†ŁˆŲ§Ł‡ŁŠŁ‡


Artinya; Melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangannya."Ā 


Pada sisi lain, menurut Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami' al-Ulum wal Hikam mendefinisikan takwa sebagai menjaga diri dari kejahatan Allah SWT dan melakukan segala perbuatan yang diridhai oleh-Nya. Taqwa juga mengandung makna takut kepada Allah SWT dan menjaga diri dari segala bentuk godaan dan nafsu yang dapat memperburuk akhlak.


Lebih lanjut, dalam Q.S Ali Imran [3] ayat 102, Allah mengajaka orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa. Pasalnya, takwa menjadi bekal yang sangat penting bagi setiap manusia, terutama bagi yang berimana. Di akhirat kelak, takwa menjadi modal besar seorang muslim untuk mendapatkan pertolongan Allah.Ā 


ŁŠŁ°Ł“Ų§ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł°Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŲ§ Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚Ł°Ł‰ŲŖŁŁ‡Ł– ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŁ’ŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…Ł‘ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ


Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."


Menurut Imam Qurthubi dalam Tafsir al Jāmi’ li Ahkāmi al Qur’ani, bahwa arti takwa dalam ayat tersebut ialah bersikap patuh kepada Allah Swt. Di sisi lain, berdasarkan riwayat dari Imam Bukhari, bersumber dari Murrah, bahwa yang dimaksud dengan ā€œsebenar-benar takwaā€, taat kepada Allah, tidak melaksanakan maksiat. Pun orang yang takwa senantiasa mengingat Allah, tidak melupakannya. Orang yang takwa juga senantiasa bersyukur atas segala nikmat Allah.Ā 


Ų±ŁŽŁˆŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł’ŲØŁŲ®ŁŽŲ§Ų±ŁŁŠŁŁ‘ «٣» Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ł…ŁŲ±ŁŽŁ‘Ų©ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁ Ų§Ł„Ł„ŁŽŁ‘Ł‡Ł Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł„ŁŽŁ‘Ł‡Ł ŲµŁŽŁ„ŁŽŁ‘Ł‰ Ų§Ł„Ł„ŁŽŁ‘Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŽŁ‘Ł…ŁŽ: (Ų­ŁŽŁ‚ŁŽŁ‘ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŲ·ŁŽŲ§Ų¹ŁŽ ŁŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŲ¹Ł’ŲµŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŲ°Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŽ ŁŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŁ†Ł’Ų³ŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ ŁŠŁŲ“Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŽ ŁŁŽŁ„ŁŽŲ§ ŁŠŁŁƒŁ’ŁŁŽŲ±ŁŽ


Artinya: "bersumber dari Imam Bukhari, dari Murrah dari Abdullah ia berkata, telah bersabda Rasulullah Ā SAW, [yang dimaksud dengan sebenar-benar takwa ialah, bahwa taat pada Allah, dan tidak melakukan maksiat, dan bahwa senantiasa mengingat Alllah, tidak melupakannya, dan senantiasa bersyukur, tidak kufur akan nikmat Allah."

Ā 
Selanjutnya, menurut Ibnu Abbas yang dimaksud dengan ā€œtakwa dengan sebenar-benarnyaā€, ialah tidak berlaku maksiat kepada Allah kendati sekejap mata sekali pun. Artinya, orang yang takwa tidak akan melakukan kemaksiatan pada Allah. Pun senantiasa melaksanakan segala perintah Allah SWT.Ā 


ŁˆŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§ŲØŁ’Ł†Ł Ų¹ŁŽŲØŁŽŁ‘Ų§Ų³Ł: Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų£ŁŽŁ„ŁŽŁ‘Ų§ ŁŠŁŲ¹Ł’ŲµŁŽŁ‰ Ų·ŁŽŲ±Ł’ŁŁŽŲ©ŁŽ Ų¹ŁŽŁŠŁ’Ł†Ł


Artinya: "Berkata Ibnu Abbas,Ā takwa ialah tidak melakukan kemaksiatan, kendatipun sekejap mata."


Sementara itu Profesor Quraish Shihab dalam kitab Tafsir Al Misbah mengatakan bahwa para sahabat Nabi, semisal Abdullah bin Mas’ud memahami makna ā€œŲ­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚Ł°Ł‰ŲŖŁŁ‡Ł–ā€ ialah menaati Allah dan tidak sekalipun durhaka, mengingat-Nya dan tidak sesaat pun lupa, serta mensyukuri nikmat-Nya dan tak satupun yang diingkari. Inilah puncak tertinggi dari sebuah ketakwaan seorang hamba.Ā 


Hadirin jamaah shalat Idul Fitri yang berbahagia.

Dengan demikian, melalui ayat ini, semua muslim dianjurkan untuk berjalan pada jalan takwa. Pun semua muslim dianjurkan untuk berjalan pada takwa, semua dianjurkan untuk menuju puncak tertinggi dari takwa. Pasalnya, seorang yang senantiasa istiqamah dalam jalan takwa, niscaya akan memperoleh puncak tertinggi sebuah takwa—tidak maksiat, tidak lupa, dan senantiasa bersyukur pada Allah.Ā 


Sementara kata Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin, dalam kitab ini, terdapat bab yang membahas tentang takwa dan bagaimana cara mengembangkan takwa dalam diri. Ia menyebutkan bahwa takwa adalah kunci utama menuju kebahagiaan di dunia dan akhirat. Ā Imam Nawawi juga mengutip hadis Nabi Muhammad SAW berikut:


Ų¹ŁŽŁ†Ł’ Ų£ŁŽŲØŁŁŠŁ’ Ł‡ŁŲ±ŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŽŲ©ŁŽ رضي الله عنه Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„Ł اللهِ صلى الله Ų¹Ł„ŁŠŁ‡ ŁˆŲ³Ł„Ł…: "Ų§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁŠŁ’Ų«ŁŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŁ†Ł’ŲŖŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲŖŁ’ŲØŁŲ¹Ł Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁŠŁ‘ŁŲ¦ŁŽŲ©ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©ŁŽ ŲŖŁŽŁ…Ł’Ų­ŁŁ‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ®ŁŽŲ§Ł„ŁŁ‚Ł Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³ŁŽ ŲØŁŲ®ŁŁ„ŁŁ‚Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†Ł"


Artinya: "Dari Abu Hurairah RA, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: 'Bertakwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, dan ikutilah perbuatan buruk dengan perbuatan yang baik maka itu akan menghapuskannya, dan pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.'" (HR. Tirmidzi)


Dari kutipan ayat dan hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa takwa merupakan kewajiban bagi setiap muslim untuk selalu meningkatkan kesadarannya tentang keberadaan Allah dan berusaha untuk taat pada-Nya dalam segala hal, baik dalam perkara ibadah maupun muamalah. Dalam arti yang lebih luas, takwa juga mencakup akhlak yang baik dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam.


Ų¬ŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§ŁƒŁŁ…Ł’ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲ§Ų¦ŁŲÆŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŁŁŽŲ§Ų¦ŁŲ²ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ‚Ł’ŲØŁŁˆŁ’Ł„ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŲ§Ł…Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ ŲØŁŽŲ®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł. Ų¢Ł…ŁŠŁ† بسم الله الرحمن Ų§Ł„Ų±Ų­ŁŠŁ…ŲŒ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŲ§Ų±ŁŲ¹ŁŁˆŁ’Ų§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‰ Ł…ŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±ŁŽŲ©Ł مِنْ Ų±ŁŽŲØŁŁ‘ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŁ†ŁŽŁ‘Ų©Ł Ų¹ŁŽŲ±Ł’Ų¶ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ±Ł’Ų¶Ł Ų£ŁŲ¹ŁŲÆŁ‘ŁŽŲŖŁ’ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ„Ł’ Ų±Ł‘ŁŽŲØŁŁ‘ اغْفِرْ ŁˆŲ§Ų±Ł’Ų­ŁŽŁ…Ų” ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§Ų­ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Khutbah II

Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ć—Ł§ŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ ِللهِ Ų±ŁŽŲØŁ‘Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ Ų£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ų§ŁŽŲ„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„Ų§ŁŽŲ“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡ŁŲŒ Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų§ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁ


ŁŁŽŁŠŁŽŲ§Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ Ų§ŁŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų­ŁŽŁ‚Ł‘ŁŽ ŲŖŁŁ‚ŁŽŲ§ŲŖŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ„Ų§ŁŽ ŲŖŁŽŁ…ŁŁˆŁ’ŲŖŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų„ŁŁ„Ų§Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„Ł‰ŁŽ ŁŁŁŠŁ’ ŁƒŁŲŖŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł’Ł„Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…Ł ā€œŲ„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŲŒ ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ’Ł…Ł‹Ų§ā€. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…Ł’ Ų¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁ‘ŁŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‰ŁŽ Ų§ŁŽŁ„ŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ£Ł‹ŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų£ŁŽŲ¬Ł’Ł…ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ§ŲØŁŲ¹Ł Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ†Ł’ ŲŖŁŽŲØŁŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł Ų„ŁŁ„Ł‰ŁŽ ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁŠŁ’Ł†Ł. ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ±ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲŖŁŁƒŁŽ ŁŠŁŽŲ§ Ų§ŁŽŲ±Ł’Ų­ŁŽŁ…ŁŽ Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§Ų­ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ų§ŁŽŲŖŁ, ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁ, Ų§ŁŽŁ„Ł’Ų£ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ§Ų”Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų³ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ų¹ŁŒ Ł‚ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŲØŁŒ Ł…ŁŲ¬ŁŁŠŁ’ŲØŁ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ¹ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ ŁŠŁŽŲ§ Ł‚ŁŽŲ§Ų¶ŁŁŠŁŽ Ų§Ł’Ł„Ų­ŁŽŲ§Ų¬ŁŽŲ§ŲŖŁ. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų§ŁŁ’ŲŖŁŽŲ­Ł’ ŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲØŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ ŲØŁŲ§Ł’Ł„Ų­ŁŽŁ‚Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ų§Ł’Ł„ŁŁŽŲ§ŲŖŁŲ­ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ. Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų£ŁŽŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁŁŁŠ Ų§Ł’Ł„Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±ŁĀ 


Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ اللهِ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ų„ŁŲ­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ’ŲŖŁŽŲ§Ų”Ł ذِي Ų§Ł’Ł„Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁ‰ŁŽ ŁˆŁŽŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡Ł‰ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł’Ł„ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł’Ł„ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽ. ŁŁŽŲ§Ų°Ł’ŁƒŁŲ±ŁŁˆŁ’Ų§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§ŲÆŁ’Ų¹ŁŁˆŁ’Ł‡Ł ŁŠŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲ¬ŁŲØŁ’ Ł„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł


Ustadz Zainuddin Lubis, pegiat kajian tafsir dan hadits, tinggal di Jakarta.