Bekerjalah, Jujurlah dan Bertasbihlah
NU Online Ā· Jumat, 14 November 2014 | 00:38 WIB
Bekerjalah kamu dan jadikanlah alat tenunmu (bila engkau penenun) sebagai tasbih. Jadikanlah kapakmu (bila tukang kayu) sebagai tasbih dan jadikanlah jarumnu (bila engkau penjahit) sebagai tasbih, dan jadikanlah perjalananmu (bila engkau pedagang) sebagai tasbih.<>
Ų§ŁŁŁŲŁŁ ŁŲÆŁ ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁ Ł ŁŁŁ ŲŖŁŁŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲµŁŲÆŁŁŁ ŁŁŁŁŁŲ©Ł ŁŁŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁ ŁŁŁ ŲŖŁŁŁŲ³ŁŁŁŁ Ų„ŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ§ŲŖŁŁŲØŁŲ§Ų¹Ł Ų“ŁŲ±ŁŁŁŲ¹ŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŁŲØŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŲÆŁŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁ ŁŁŁ Ų§Ų³ŁŲŖŁŁŁŲµŁŲ±ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų£ŁŲ¹ŁŲÆŁŲ§Ų¦ŁŁŁ ŁŁŲŁŲ³ŁŲÆŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲµŁŲ±ŁŁŁ ŁŁŲŖŁŁŁŁŲ§ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŲµŁŁŁŲ§ŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŲ³ŁŁŁŲ§ŁŁ Ł Ų¹ŁŁŁŁ Ų³ŁŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§ Ł ŁŲŁŁ ŁŁŲÆŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų¢ŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŲµŁŲŁŲ§ŲØŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŁ ŲŁŲ§ŁŁŲøŁ ŲÆŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ¬ŁŲ§ŁŁŲÆŁ ŁŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ (Ų£ŁŁ ŁŁŲ§ ŲØŁŲ¹ŁŲÆŁ) ŁŁŁŁŲ§ŁŁ ŲŖŁŲ¹ŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲ¶ŁŁŁŲŖŁ Ų§ŁŲµŁŁŁŁŲ§Ų©ŁĀ ŁŁŲ§ŁŲŖŁŲ“ŁŲ±ŁŁŲ§Ā ŁŁŁĀ Ų§ŁŁŲ£ŁŲ±ŁŲ¶ŁĀ ŁŁŲ§ŲØŁŲŖŁŲŗŁŁŲ§ Ł ŁŁ ŁŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų°ŁŁŁŲ±ŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ«ŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŲŖŁŁŁŁŁŲŁŁŁŁ
Maāasyiral Muslimin Rahimakumullah
Marilah di hari ini kita mempertebal ketaqwaan kita kepada Allah dengan menghindarkan diri dari kecurangan,kebohongan dan berbagai sifat tercela lainnya. Dan memulai hai-hari dengan penuh kejujuran karena kejujuran akan membuahkan kehalalan dan kehalalan yang kita konsumsi menentukan nasib kita selanjutnya.
Hadirin yang Dirahmati Allah
Bekerja mencari rizki guna menopang ibadah hukumnya adalah wajib. Sebagaimana hukum ibadah itu sendiri. Hal ini telah disepakati oleh ulama. Karena bekerja merupakan salah satu cara memenuhi kebutuhan. Lebih-lebih bagi mereka yang telah berkeluarga, mereka memiliki tanggung jawab dan kewajiban memberi nafkah terhadap anak dan istri. Sedangkan nafkah bisa didapat oleh seseorang yang mau bekerja. Selain itu dengan bekerja seseorang dapat terhindar dari thamaā, menggantungkan diri pada orang lain dan juga menghindar dari meminta-minta yang mana semua itu termasuk barang larangan agama. Dalam al-Jumuāah ayat 10 Allah berfiman
ŁŁŲ„ŁŲ°ŁŲ§ ŁŁŲ¶ŁŁŁŲŖŁ Ų§ŁŲµŁŁŁŁŲ§Ų©ŁĀ ŁŁŲ§ŁŲŖŁŲ“ŁŲ±ŁŁŲ§Ā ŁŁŁĀ Ų§ŁŁŲ£ŁŲ±ŁŲ¶ŁĀ ŁŁŲ§ŲØŁŲŖŁŲŗŁŁŲ§ Ł ŁŁ ŁŁŲ¶ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų°ŁŁŁŲ±ŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ«ŁŁŲ±ŁŲ§ ŁŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŲŖŁŁŁŁŁŲŁŁŁŁ
Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.Ā
Begitu pentingnya bekerja dan berusaha bagi seorang muslim. Karena sesungguhnya al-barakatu maāal harakah bahwa keberkahan itu akan hadir bersama dengan pergerakan. Dimana ada kemauan untuk berusaha disitu Allah telah menyediakan keberkahan. Dengan kata lain Islam sangat membenci orang yang berpangku tangan, mengharapkan dan meminta-minta.
Ibrahim al-Matbuly pernah berpendapat bahwa orang fakir yang tekun beribadah (kurang berusaha) sedang dia tidak memiliki pekerjaan karena waktunya habis digunakan beribadah ibarat burung hantu yang berdiam di rumah kosong. Bahkan dengan sedikit agak keras Al-matbuli berkata:
ŁŁŲ§ŁŁ ŁŲ¤ŁŁ ŁŁŁ Ų§ŁŁ ŁŲ®ŁŲŖŁŲ±ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŲÆŁŁ Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁ ŁŲ¬ŁŲ§Ų°ŁŁŁŲØŁ Ł ŁŁŁ Ł ŁŲ“ŁŲ§ŁŁŲ®Ł Ų§ŁŲ²ŁŁŁŁŲ§ŁŁŲ§ Ų§ŁŲ°ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŲÆŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŁŁŲ³Ł ŲØŁŁŁŲÆŁŁŁŁ Ł ŲŁŲ±ŁŁŁŲ©Ł ŲÆŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŲ©Ł ŲŖŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁ Ł Ų¹ŁŁŁ ŲµŁŲÆŁŁŁŲ§ŲŖŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų³Ł ŁŁŲ§ŁŁŁŲ³ŁŲ§Ų®ŁŁŁŁ Ł
Menurut saya seorang muāmin yang bekerja, adalah lebih sempurna dari pada orang jadzab (seorang yang dalam dunia sufi dipahamti sebagai orang yang selalu terlena dengan Allah) seperti guruthariqah yang memangku jabatan yang mereka makan menggunakan agama, sebab mereka tidak memiliki pekerjaan duniawi yang bisa memelihara diri dari menerima sedekah umat Islam dan kotoran-kotoran mereka.
Meskipun pendapat Al-Matbuli ini memerlukan penjabaran lebih lanjut tentang koneks perkataannya, dan masih bisa didiskusikan panjang lebar. Tetapi, perkataan itu mengandung pesan bahwa bekerja dengan usaha sendiri adalah sebuah kemuliaan. Karena disitulah seseorang dapat menimbang dan memastikan posisi rizki mereka adakah itu hasil yang halal, haram ataukah syubhat. Berbeda jika hanya menerima dari orang lain. Sungguhpun pemberian itu didasari keikhlasa, akan tetapi penuh dengan kesyubhatan. Karena tidak diketahui dari manakah sumbernya.
Bahkan, tidak ada satu cerita pun dari hadits Rasulullah yang menerangkan larangan beliau kepada para sahabatnya untuk berhenti bekerja demi menjalankan dakwah agama, padahal waktu itu berdakwah sangat membutuhkan perhatian mengingat kondisi Islam masih sangat lemah baik secara sosial dan politik. Justru di kala itu Rasulullah saw tetap memerintahkan Abu Bakar untuk terus berdagang dan kepada sahabat lainnya untuk tetap menekuni keahliannya. Malahan ada sebuah hadits yang seolah menyinggung para sahabat saat itu yang berbunyi:
ŁŁŲ§ŁŁ ŲÆŁŲ§ŁŁŲÆŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŁŁŁŲ§Ł Ł ŁŲ§Ł ŁŁŲ£ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ§ Ł ŁŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲÆŁŁŁŁŁ
Nabi Daud as tidak pernah makan kecuali dari hasil pekerjaan tangannya sendiri (HR.Bukhari)
Jamaāah Jumāah yang Disayang Allah
Meski demikian, bekerja tidaklah cukup asal bekerja. Hendaknya bekerja harus dilakukan dengan penuh kejujuran. Kejujuran dalam bekerja wajib pula hukumnya. Karena pekerjaan yang dilakukan dengan jujur akan sangat mempengaruhi pola beribadah dan perilaku keseharian seorang hamba. Mengapa demikian, karena sesuatu yang halal merupakan buah dari kejujuran. Dan mengkonsumsi yang halal akan mempermudah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada Allah swt. Maka yang menjadi pertimbangan di sini adalah proses bekerjanya bukan hasil dari pekerjaan itu sendiri.
Hasil yang tidak maksimal tetapi diproses secara sempurna akan menghasilkan keberkahan walaupun kecil kwantitasnya. Namun hasil yang maksimal dengan proses yang cacat (tidak jujur) akan berdampak pada kesakitan moral pelakunya meskipun secara kwantitas lebih unggul. Lihatlah mereka yang bekerja dengan cara menipu ataupun berbohong pasti akan meraih sukses dalam jangka waktu yang relatif lebih singkat. Tetapi tidak lama pasti akan menjadi bahan gunjingan. Bukankah begitu nasib koruptor, penipu dan juga pembohong. Sesungguhnya yang demikian itu sangat dibenci oleh Rasululah saw.
Diceritakan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah saw pernah berjalan-jalan di pasar melewati setumpuk bahan makanan. Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam tumpukan itu. Ternyata pada bagian dalamnya basah. Kemudian beliau bertanya kepada si penjual āapakah ini?ā si penjual menjawab āYa Rasul, makanan ini terkena hujanā. Rasulullah saw pun bertanya kembali āmengapa makanan yang basah ini tidak kamu taruh di atas sehingga para pembeli bisa melihatnya?ā kemudian Rasulullah saw melanjutkan sabdanya āŁ ŁŁŁ ŲŗŁŲ“ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŲ³Ł Ł ŁŁŁŁŲ§ā (barang siapa menipu umatku, niscaya dia bukan termasuk golonganku).
Hadits tersebut sangatlah jelas dan mudah dipahami. Tidak ada kata-kata samar di dalamnya. Bahwa siapapun yang berlaku curang dalam pekerjaannya maka dia telah tersesat dan tidak termasuk golongan (umat) Rasulullah saw. Ini artinya kecurangan dan kebohongan sangatlah dicela dalam Islam.
Meskipun konteks dan pelaku dalam hadits tersebut adalah pedagang, tetapi tidak berarti pedagang saja yang dianjurkan berlaku jujur. Namun semua macam usaha dan pekerjaan hendaknya dilakukan dengan jujur, akrena kecurangan dapat menyeret seseorang keluar dari golongan Rasulullah saw. Tidak terkecuali para politisi, investor, pejabat dan atupun kuli. Sayanganya kecurangan dan kebohongan itu kini seolah dibenarkan bahkan dipelajari lengkap dengan metode dan terorinya dengan kedok manajemen pencitraan. Apakah pencitraan itu sebuah kejujuran? Silahkan dipertimbangkan sendiri.
Jamaāah Jumāah Rahimakumullah
Imam Abu Hasan As-Syadzili pernah berpendapat bahwa seseorang yang bekerja dengan jujur berarti dia telah berjuang melawan hawa nafsunya yang selalu condong pada kebohongan. Sehingga mereka yang jujur pantaslah mendapatkan apresiasi sebagaimana para mujahid yang berhasil membunuh musuh-musuhnya. Dalam sebuah taushiyah dia berkata:
Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŲŖŁŲ³ŁŲØŁ ŁŁŁŁŲ§Ł Ł ŲØŁŁŁŲ±ŁŲ§Ų¦ŁŲ¶Ł Ų±ŁŲØŁŁŁŁ ŲŖŁŲ¹ŁŲ§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŲÆŁ ŁŁŁ ŁŁŁŲŖŁ Ł ŁŲ¬ŁŲ§ŁŁŲÆŁŲŖŁŁŁ
Barang siapa bekerja dan teguh menjalankan perintah-perintah Allah, maka benar-benar sempurna perjuangannya dalam melawan hawa nafsuā Ā
Jamaah jumāah yang Dirahmati Allah
Setelah kejujuran dalam bekerja kita raih, hendaklah kita melangkah lagi satu tingkat agar kehidupan ini lebih bermakna. Yaitu mengisi pekerjaan yang jujur dengan nuansa ibadah. Abu Abbas al-Mursi berkata:
Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ§ŁŲ³ŁŁŲØŁŲØŁ ŁŁŁŁŁŁŲ¬ŁŲ¹ŁŁŁ Ų£ŁŲŁŲÆŁŁŁŁ Ł Ł ŁŁŁŁŁŁŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŲŁŲ©Ł ŁŁŁŁŲÆŁŁŁŁ ŁŁŁ Ų³ŁŲØŁŲŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŁŲ®ŁŁŁŲ§Ų·ŁŲ©Ł Ų³ŁŲØŁŲŁŲ©Ł ŁŲ§ŁŲ³ŁŁŲ±Ł Ų³ŲØŲŲ©Ł
Bekerjalah kamu dan jadikanlah alat tenunmu (bila engkau penenun) sebagai tasbih. Menjadikan kampak (bila bekerja sebagai tukang kayu) sebagai tasbih dan menjadikan jarum (bila sebagai penjahit) sebagai tasbih, dan menjadikan kepergiannya (bila berdagang) sebagai tasbih.
Karena itu apapun bentuk keahlian dan dimanapun pekerjaan itu bukanlah sekedar sumber penghasilan semata tetapi juga sumber ibadah.
Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga hal ini dapat menjadi bahan renungan yang mendalam, bagi kita semua amin.
Ā
ŲØŲ§ŁŲ±ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲ±ŁŲ¢ŁŁ Ų§ŁŲ¹ŁŲøŁŁŁŁ Ł, ŁŁŁŁŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ„ŁŁŁŲ§ŁŁŁ Ł ŲØŁŲ§ŁŲ¢ŁŲ§ŲŖŁ ŁŲ§ŁŲ°ŁŁŁŁŲ±Ł Ų§ŁŲŁŁŁŁŁŁ Ł. Ų„ŁŁŁŁ ŲŖŁŲ¹Ų§ŁŁŁŁ Ų¬ŁŁŁŲ§ŲÆŁ ŁŁŲ±ŁŁŁŁ Ł Ł ŁŁŁŁŁ ŲØŁŲ±ŁŁ Ų±ŁŲ¤ŁŁŁŁŁ Ų±ŁŲŁŁŁŁ Ł.
Khutbah II
Ā
Ų§ŁŁŁŲŁŁ ŁŲÆŁ ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŲŁŲ³ŁŲ§ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŲ“ŁŁŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ ŲŖŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁ ŁŲŖŁŁŁŲ§ŁŁŁŁ. ŁŁŲ§ŁŲ“ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲ§Ł Ų§ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁŁ ŁŁŲŁŲÆŁŁŁ ŁŲ§Ł Ų“ŁŲ±ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŲ“ŁŁŁŲÆŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų³ŁŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§ Ł ŁŲŁŁ ŁŁŲÆŁŲ§ Ų¹ŁŲØŁŲÆŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŲ³ŁŁŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲÆŁŁŲ§Ų¹ŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų±ŁŲ¶ŁŁŁŲ§ŁŁŁŁ. Ų§ŁŁŁŁŁ ŁŁ ŲµŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų³ŁŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§ Ł ŁŲŁŁ ŁŁŲÆŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŲµŁŲŁŲ§ŲØŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł ŲŖŁŲ³ŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§ ŁŁŲ«ŁŁŲ±ŁŲ§ Ų§ŁŁ ŁŁŲ§ ŲØŁŲ¹ŁŲÆŁ ŁŁŁŲ§Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų³Ł Ų§ŁŲŖŁŁŁŁŁŲ§Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ Ų§ŁŁ ŁŲ±Ł ŁŁŲ§ŁŁŲŖŁŁŁŁŁŲ§ Ų¹ŁŁ ŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų¹ŁŁŁŁ ŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁ ŁŲ±ŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ§ŁŁ ŁŲ±Ł ŲØŁŲÆŁŲ£Ł ŁŁŁŁŁŁ ŲØŁŁŁŁŁŲ³ŁŁŁ ŁŁŲ«ŁŁŁŁŁ ŲØŁŁ ŁŁŲ¢ Ų¦ŁŁŁŲŖŁŁŁ ŲØŁŁŁŲÆŁŲ³ŁŁŁ ŁŁŁŁŲ§ŁŁ ŲŖŁŲ¹Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ¢ Ų¦ŁŁŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲµŁŁŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲØŁŁ ŁŲ¢ Ų§ŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŲ°ŁŁŁŁŁ Ų¢Ł ŁŁŁŁŁŲ§ ŲµŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŲ§ ŲŖŁŲ³ŁŁŁŁŁŁ ŁŲ§. Ų§ŁŁŁŁŁ ŁŁ ŲµŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ Ų³ŁŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§ Ł ŁŲŁŁ ŁŁŲÆŁ ŲµŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų¢ŁŁ Ų³ŁŁŁŁŲÆŁŁŲ§Ł Ł ŁŲŁŁ ŁŁŲÆŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲØŁŁŲ¢Ų¦ŁŁŁ ŁŁŲ±ŁŲ³ŁŁŁŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ¢Ų¦ŁŁŁŲ©Ł Ų§ŁŁŁ ŁŁŁŲ±ŁŁŲØŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų±ŁŲ¶Ł Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų¹ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŁŁŁŁŲ§Ų”Ł Ų§ŁŲ±ŁŁŲ§Ų“ŁŲÆŁŁŁŁŁ Ų§ŁŲØŁŁ ŲØŁŁŁŲ±ŁŁŁŲ¹ŁŁ ŁŲ±ŁŁŲ¹ŁŲ«ŁŁ ŁŲ§Ł ŁŁŲ¹ŁŁŁŁ ŁŁŲ¹ŁŁŁ ŲØŁŁŁŁŁŁŲ©Ł Ų§ŁŲµŁŁŲŁŲ§ŲØŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŲŖŁŁŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŲŖŁŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁ Ų§ŁŲŖŁŁŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ§ŁŲŁŲ³ŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł Ų§ŁŲÆŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų±ŁŲ¶Ł Ų¹ŁŁŁŁŲ§ Ł ŁŲ¹ŁŁŁŁ Ł ŲØŁŲ±ŁŲŁŁ ŁŲŖŁŁŁ ŁŁŲ§ Ų§ŁŲ±ŁŲŁŁ Ł Ų§ŁŲ±ŁŁŲ§ŲŁŁ ŁŁŁŁŁ
Ų§ŁŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų§ŲŗŁŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁŁ ŁŲ¤ŁŁ ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ¤ŁŁ ŁŁŁŲ§ŲŖŁ ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŲ§ŲŖŁ Ų§ŁŁŲ§ŁŲŁŁŲ¢Ų”Ł Ł ŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ§ŁŁŲ§ŁŁ ŁŁŁŲ§ŲŖŁ Ų§ŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų§ŁŲ¹ŁŲ²ŁŁ Ų§ŁŁŲ§ŁŲ³ŁŁŲ§ŁŁ Ł ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŲ°ŁŁŁŁ Ų§ŁŲ“ŁŁŲ±ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲ“ŁŲ±ŁŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲµŁŲ±Ł Ų¹ŁŲØŁŲ§ŲÆŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŁŁŲŁŁŲÆŁŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŁŲµŁŲ±Ł Ł ŁŁŁ ŁŁŲµŁŲ±Ł Ų§ŁŲÆŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų®ŁŲ°ŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų®ŁŲ°ŁŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŁ ŲÆŁŁ ŁŁŲ±Ł Ų§ŁŲ¹ŁŲÆŁŲ§Ų”ŁŲ§ŁŲÆŁŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų¹ŁŁŁ ŁŁŁŁŁ ŁŲ§ŲŖŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ł Ų§ŁŲÆŁŁŁŁŁŁ. Ų§ŁŁŁŁŁ ŁŁ Ų§ŲÆŁŁŁŲ¹Ł Ų¹ŁŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŲØŁŁŲ§ŁŲ”Ł ŁŁŲ§ŁŁŁŁŲØŁŲ§Ų”Ł ŁŁŲ§ŁŲ²ŁŁŁŲ§ŁŲ²ŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲŁŁŁ ŁŁŲ³ŁŁŁŲ”Ł Ų§ŁŁŁŁŲŖŁŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŲŁŁŁ Ł ŁŲ§ ŲøŁŁŁŲ±Ł Ł ŁŁŁŁŁŲ§ ŁŁŁ ŁŲ§ ŲØŁŲ·ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŲØŁŁŁŲÆŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŲÆŁŁŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŁŲ§ Ų®Ų¢ŲµŁŁŲ©Ł ŁŁŲ³ŁŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§ŁŁŲØŁŁŁŲÆŁŲ§ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁŁŁ ŁŁŁŁŁ Ų¹Ų¢Ł ŁŁŲ©Ł ŁŁŲ§ Ų±ŁŲØŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŁŁŁ. Ų±ŁŲØŁŁŁŁŲ§ Ų¢ŲŖŁŁŲ§Ł ŁŁŁ Ų§ŁŲÆŁŁŁŁŁŁŲ§ ŲŁŲ³ŁŁŁŲ©Ł ŁŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¢Ų®ŁŲ±ŁŲ©Ł ŲŁŲ³ŁŁŁŲ©Ł ŁŁŁŁŁŁŲ§ Ų¹ŁŲ°ŁŲ§ŲØŁ Ų§ŁŁŁŁŲ§Ų±Ł. Ų±ŁŲØŁŁŁŁŲ§ ŲøŁŁŁŁ ŁŁŁŲ§ Ų§ŁŁŁŁŁŲ³ŁŁŁŲ§ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŁ Ł ŲŖŁŲŗŁŁŁŲ±Ł ŁŁŁŁŲ§ ŁŁŲŖŁŲ±ŁŲŁŁ ŁŁŁŲ§ ŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŁŁŁ Ų§ŁŁŲ®ŁŲ§Ų³ŁŲ±ŁŁŁŁŁ. Ų¹ŁŲØŁŲ§ŲÆŁŲ§ŁŁŁŁ ! Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁ ŁŁŲ£ŁŁ ŁŲ±ŁŁŁŲ§ ŲØŁŲ§ŁŁŲ¹ŁŲÆŁŁŁ ŁŁŲ§ŁŁŲ§ŁŲŁŲ³ŁŲ§ŁŁ ŁŁŲ„ŁŁŁŲŖŲ¢Ų”Ł Ų°ŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲ±ŁŲØŁŁ ŁŁŁŁŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ Ų§ŁŁŁŁŲŁŲ“Ų¢Ų”Ł ŁŁŲ§ŁŁŁ ŁŁŁŁŁŲ±Ł ŁŁŲ§ŁŁŲØŁŲŗŁŁ ŁŁŲ¹ŁŲøŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ¹ŁŁŁŁŁŁŁ Ł ŲŖŁŲ°ŁŁŁŁŲ±ŁŁŁŁŁ ŁŁŲ§Ų°ŁŁŁŲ±ŁŁŲ§Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŲ¹ŁŲøŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ°ŁŁŁŲ±ŁŁŁŁ Ł ŁŁŲ§Ų“ŁŁŁŲ±ŁŁŁŁŁ Ų¹ŁŁŁŁ ŁŁŲ¹ŁŁ ŁŁŁ ŁŁŲ²ŁŲÆŁŁŁŁ Ł ŁŁŁŁŲ°ŁŁŁŲ±Ł Ų§ŁŁŁŁ Ų§ŁŁŁŲØŁŲ±Ł
Ā
(Ulil H)
Terpopuler
1
Khutbah Idul Adha 2025: Teladan Keluarga Nabi Ibrahim, Membangun Generasi Tangguh di Era Modern
2
Khutbah Idul Adha: Menanamkan Nilai Takwa dalam Ibadah Kurban
3
Bolehkah Tinggalkan Shalat Jumat karena Jadi Panitia Kurban? Ini Penjelasan Ulama
4
Khutbah Idul Adha: Implementasi Nilai-Nilai Ihsan dalam Momentum Lebaran Haji
5
Khutbah Idul Adha Bahasa Jawa 1446 H: Makna Haji lan Kurban minangka Bukti Taat marang Gusti Allah
6
Khutbah Idul Adha: Menyembelih Hawa Nafsu, Meraih Ketakwaan
Terkini
Lihat Semua