Kesehatan

Thibbun Nabawi: Makanan Nabati untuk Mengurangi Keluhan Menopause

Rab, 18 Oktober 2023 | 17:00 WIB

Thibbun Nabawi: Makanan Nabati untuk Mengurangi Keluhan Menopause

Foto ilustrasi (NU ONline/Freepik)

Salah satu fitrah wanita yang normal adalah mengalami masa menopause. Menopause adalah waktu ketika wanita tidak lagi mendapatkan haid yang biasanya terjadi pada usia 45-55 tahun. Kondisi tersebut disebabkan oleh berhentinya fungsi ovarium atau indung telur sehingga tidak lagi menghasilkan hormon-hormon kewanitaan yang disebut sebagai estrogen. Fungsi reproduksi akan terpengaruh dan mungkin mengurangi kualitas hubungan suami-istri.


Dampak yang dirasakan oleh wanita ketika menopause adalah beban mental di dalam jiwa dan tubuhnya. Tidak jarang wanita yang juga mengalami hot flushes atau rasa panas yang dirasakan di bagian tubuh tertentu seperti wajah, leher, dan dada. Selain itu, pada masa ini wanita juga mengalami pengerutan pada organ intimnya yang disertai dengan rasa letih, kekurangan energi, dan melemahnya aktivitas seksual. 


Adakah makanan yang bisa mengurangi keluhan pada masa menopause sehingga perlu untuk diketahui oleh kaum wanita? Apakah makanan tersebut juga disebutkan oleh ulama dalam kitab At-Thibbun Nabawi?


Para ahli telah meneliti dan menemukan bahwa beberapa jenis makanan nabati dan sayur-sayuran mengandung zat yang dapat menjaga hormon estrogen agar lebih lama masa aktifnya. Apabila wanita kekurangan hormon ini, maka sejumlah keluhan seperti di atas dapat dirasakan saat menopause. Oleh karena itu, wanita yang banyak mengonsumsi makanan ini akan dapat mengganti kekurangan hormon estrogen. Efeknya akan dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan.


Beberapa makanan yang disarankan untuk mencegah dan mengurangi keluhan saat menopause adalah biji-bijian dan kacang-kacangan. Kacang kedelai dan beberapa jenis biji-bijian seperti kacang panjang dan kacang hijau merupakan makanan yang kaya akan unsur estrogen alami. Oleh karena itu, makanan tersebut sangat ideal untuk mengganti kekurangan estrogen pada wanita menopause.


Kacang hijau telah diteliti oleh Astuti dan timnya sebagai sumber serat dan isoflavon yang merupakan kelompok fitoestrogen. Fitoestrogen adalah estrogen yang terdapat di dalam tanaman atau sumber nabati lainnya dan apabila dikonsumsi dapat berefek sebagai estrogen alami. Penelitian yang dilakukan terhadap 15 orang wanita menopause di Kalijati, Subang, Jawa Barat menunjukkan hasil yang bermanfaat. Pemberian kacang hijau pada ibu menopause dapat menurunkan keluhan hot flushes 


Penelitian tersebut memberikan minuman sari kacang hijau sebanyak 250 ml 2 kali sehari selama 14 hari. Hasilnya, jumlah wanita yang semula mengalami hot flush dari 15 orang menurun menjadi hanya 4 orang setelah mengonsumsi sari kacang hijau (Astuti dkk, 2021, Pengaruh Pemberian Sari Kacang Hijau Terhadap Pengurangan Keluhan Hot Flush pada Ibu Masa Menopause, Jurnal Kesehatan Budi Luhur, Vol. 14 No. 1: halaman 357-361).


Penelitian lainnya tentang sumber makanan yang dapat mengurangi keluhan menopause menunjukkan pentingnya serat. Makanan nabati sumber serat adalah sayur-sayuran dan berbagai makanan olahan dari kacang-kacangan. Contoh penelitian yang dilakukan oleh Fauzia dan timnya di Semarang mengungkapkan pentingnya sayuran dan produk olahan kacang-kacangan bagi wanita menopause.


Makanan yang sering dikonsumsi oleh wanita menopause dan dapat memberikan efek pengurangan keluhan di antaranya adalah tempe, tahu, labu siam, kol, bayam, dan buncis (Fauzia dkk, 2018, Hubungan Konsumsi Bahan Makanan Sumber Isoflavon dan Serat dengan Keluhan Menopause pada Wanita Menopause di Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Tembalang Kota Semarang, Prosiding Seminar Mahasiswa Unimus Vol 1: halaman 43-49). 


Uniknya, labu dan kacang-kacangan juga disebutkan dalam kitab At-Thibbun Nabawi oleh Al-Hafiz Adz-Dzahabi. Ketika membahas tentang labu, ada riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah radliyallahu ‘anha bahwa kombinasi labu dengan kacang adas dapat meningkatkan energi untuk menghindari rasa lelah dan letih. Bagi yang sudah berumah tangga, konsumsi kedua bahan ini juga bermanfaat untuk menjaga energi dalam hubungan suami-istri.


Barangsiapa yang mengonsumsi labu disertai dengan kacang adas, maka akan lembut hatinya dan meningkat energi seksualnya.” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyaul Ulum: 1990 M], halaman 162)


Di Indonesia, jenis labu yang sering dijumpai sebagai sumber sayuran adalah labu siam dan jenis kacang-kacangan yang sering dikonsumsi adalah tempe dari kedelai dan produk olahan lainnya. Oleh karena itu, hasil penelitian yang menyebutkan bahwa sayuran seperti labu siam dan produk olahan kedelai seperti tempe bermanfaat untuk mengurangi keluhan menopause relevan untuk diterapkan. Apabila kaum wanita mengonsumsi kedua kombinasi bahan nabati tersebut, besar kemungkinan keluhan akibat menopause dapat dikurangi.


Prof. Abdul Basith Muhammad As-Sayyid dalam bukunya yang berjudul At-Taghdziyah an-Nabawiyah al-Ghadza bayna ad-Da'i wad Dawa menyebutkan keistimewaan kedelai, kacang panjang, dan kacang tanah. Buku ini diterjemahkan ke dalam Edisi Indonesia dengan judul Pola Makan Rasulullah Makanan Sehat Berkualitas menurut al-Qur’an dan as-Sunnah. Beliau menyarankan agar wanita yang merasakan lemah atau lesu setelah terhentinya haid agar mengonsumsi biji-bijian tersebut dalam jumlah yang lebih banyak setiap hari (Muhammad as-Sayyid, 2006: 348-351).


Vitamin yang paling dibutuhkan oleh wanita setelah terhentinya haid adalah vitamin E. vitamin ini banyak terdapat dalam kacang-kacangan yang tidak dilepas kulitnya. Selain itu juga terdapat dalam minyak nabati seperti minyak jagung, minyak zaitun, minyak biji labu, dan minyak biji bunga matahari. Selain itu vitamin E juga banyak terdapat di dalam sayuran. Banyak penelitian menemukan bahwa mengonsumsi vitamin E secara teratur dapat meringankan serangan hot flushes yang sering dirasakan oleh wanita menopause. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas produksi hormon estrogen dalam ovarium atau indung telur.


Apabila upaya untuk menjaga nutrisi sudah diterapkan tetapi tidak memberikan perubahan, maka berobat ke dokter menjadi pilihan. Apalagi bila keluhan yang muncul dirasakan sangat mengganggu sehingga dapat menurunkan kualitas hidup wanita. Tidak ada larangan untuk mengonsumsi obat, yang penting sesuai dengan resep dokter dan petunjuk dari apoteker. Wallahu ‘alam bis shawab.


Yuhansyah Nurfauzi, pakar farmasi, pemerhati sejarah kedokteran dan sejarah peradaban Islam.