Kesehatan

Menjadikan Air Hujan sebagai Obat ala Sayyidina Ali

Sel, 12 Desember 2023 | 13:00 WIB

Menjadikan Air Hujan sebagai Obat ala Sayyidina Ali

Air hujan. (Foto ilustrasi: NU Online/Freepik)

Meskipun sempat dilanda kemarau panjang akibat fenomena El-Nino, musim hujan telah tiba sebagai siklus iklim tropis di Indonesia. Air hujan yang berlimpah merupakan karunia yang perlu disyukuri karena banyak manfaat yang ada padanya. Salah satu manfaat besar yang terdapat pada air hujan adalah sebagai sumber air yang menyehatkan.

Apakah ada contoh dari generasi sahabat Nabi yang memberikan teladan pemanfaatan air hujan untuk kesehatan? Bila ada, bagaimana relevansi penerapannya pada masa sekarang?

Salah satu sahabat Nabi yang memanfaatkan air hujan untuk keperluan kesehatan adalah Sayyidina Ali Karamallahu wajahah. Ia memang menjadi pintu bagi ilmu pengetahuan. Betapa tidak, banyak ulama Islam yang mengambil riwayat ilmiah dari sahabat yang satu ini. Tidak terkecuali dalam bidang pengobatan.

Sahabat Ali pernah memberikan solusi bagi kesehatan seorang sahabat laki-laki yang sudah berumah tangga dan mengalami penyakit kronis. Ia memberikan saran obat untuk kesehatan sang suami dengan bantuan istri sahabat itu agar sembuh dari penyakit.

Sahabat Ali membagikan resep pengobatan menggunakan wasilah pertolongan berupa komponen mahar istri dari suami yang sedang sakit tersebut. Uniknya, Sahabat Ali menggunakan wasilah campuran obat yang disarankan berupa air hujan.

Dalam tafsir Al-Qurthubi yang membahas tentang mahar di Surat An-Nisa ayat 4, diriwayatkan: “Jika salah seorang di antaramu mengalami penyakit, lalu ia meminta satu dirham dari maharnya kepada istrinya, kemudian ia membelikannya madu, lalu ia meminumnya dengan air hujan, maka Allah ‘Azza wa jalla mengumpulkan yang sedap lagi baik akibatnya serta air yang berkah untuknya.” (Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, juz VI, Penerbit Ar-Risalah, Beirut, 2006: halaman 50).

Formula kombinasi resep untuk pengobatan yang diajarkan oleh sahabat Ali ini sangatlah lengkap. Zat aktif utama yang digunakan dalam campuran obat itu adalah madu. Dari sisi farmakologi, madu mengandung zat berkhasiat seperti karbohidrat dan mineral yang sangat baik untuk berbagai penyakit. Madu mengandung nutrisi lengkap yang sangat dibutuhkan oleh orang yang sedang sakit kronis. Komponen pelarut madu yang disarankan oleh Sahabat Ali adalah air hujan.

Secara ilmiah, sejak lama air hujan telah diteliti mengandung hidrogen peroksida atau H2O2 alami dalam jumlah sangat kecil (Tonner dan Wong, 1998, Spectrophotometric Determination of Hydrogen Peroxide in Rainwater, Alaytica Chimca Acta, Vol. 320, Nomor 2-3: halaman 279-287) .

Hidrogen peroksida memiliki berbagai manfaat dalam dunia farmasi. Pada kadar yang kecil, hydrogen peroksida ini bisa digunakan sebagai antiseptik untuk mencegah kuman penyebab penyakit. Apabila kadar H2O2 yang sangat kecil pada air hujan dan berasal dari lingkungan udara bersih diminum, maka akan meningkatkan kadar oksigen dalam tubuh manusia (Joseph dkk, 2011, Clean Environment-Clean Technologies, Hydrogen Peroxide for Clean Environment, Curr World Environ, Vol 6, Nomor 1: halaman 125-130).

Satu hal yang penting, teknis penggunaan formula obat dari Sahabat Ali yang mengandung air hujan ini perlu dijelaskan. Dasar yang digunakan sebagai landasan penggunaan air hujan pada masa itu adalah karena air hujan dianggap sebagai sumber keberkahan sekaligus air murni alami yang dapat diperoleh dari lingkungan hidup para sahabat Nabi pada zaman itu.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Al-Hafiz Adz-Dzahabi dalam kitab At-Thibbun Nabawi sebagai berikut: “Air hujan baik untuk kebanyakan penyakit dan memiliki keberkahan” (Al-Hafiz Adz-Dzahabi, At-Thibbun Nabawi, [Beirut, Dar Ihyaul Ulum: 1990 M], halaman 189)

Pada catatan kaki Kitab At-Thibbun Nabawi tersebut, terdapat kutipan ayat Al-Qur’an ketika menjelaskan keberkahan air hujan tersebut:


وَنَزَّلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً مُّبَارَكاً


Artinya: “Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan” (Q.S. Qaaf [50]: ayat 9).

Pada masa sahabat nabi, lingkungan udara masih bersih dari berbagai polutan. Apabila turun hujan, airnya merupakan air yang bersih dan bermanfaat untuk kesehatan manusia. Air hujan yang turun langsung dari langit masih bisa dikonsumsi sebagai sumber air yang menyehatkan.

Hingga kini, hujan dikenal sebagai pembersih udara dari berbagai polutan sehingga keberkahannya masih terbukti. Namun, seiring dengan polusi udara dan lingkungan yang meningkat, perhatian dan kewaspadaan terhadap kebersihan air hujan juga harus ditingkatkan. Apabila masyarakat hendak memanfaatkan air hujan untuk keperluan konsumsi, maka perlu memperhatikan saran dari para ahli lingkungan yang meneliti tentang air hujan.

Salah satu hasil penelitian di Indonesia mengungkapkan bahwa air hujan di sekitar wilayah industri bersifat asam. Bahkan penelitian awal menunjukkan bahwa komposisi air hujan di daerah urban dapat mengandung unsur-unsur logam berat yang dapat membahayakan kesehatan (Hasan dkk, 2017, Composition of Ions and Trace Metals in Rainwater in Bandung City, Indonesia, Regional Conference in Civil Engineering, Surabaya: halaman 603-608).

Apabila turun hujan pertama kali di wilayah yang rentan terhadap polusi udara, maka karakter airnya menjadi hujan asam. Oleh karena itu, masyarakat hendaknya menghindari air hujan yang turun pada awal waktu hujan. Namun, setelah hujan deras berlangsung lama, air yang turun di pertengahan hingga akhir periode hujan di wilayah itu adalah air yang lebih bersih.

Oleh karena itu, apabila masyarakat hendak memanfaatkan air hujan dengan aman hendaknya memproses air hujan dengan dasar ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan. Para ahli juga telah banyak yang membuat alat penampungan air dalam skala rumah tangga untuk memanen air hujan. Ahli lingkungan juga ada yang membuat alat penyaring sederhana untuk memurnikan air hujan yang akan dikonsumsi agar terhindar dari pengotor dan pencemar semacam logam-logam berat.

Masyarakat bisa mempelajari teknologi pengolah air hujan itu dengan membaca publikasi yang saat ini mudah diakses secara gratis. Hal lain yang tidak kalah penting apabila masyarakat hendak menggunakan air hujan sebagai obat adalah menggunakan campuran madu sebagaimana formula Sayyidina Ali.

Apabila uang yang digunakan untuk membeli madu itu diambilkan dari sebagian mahar yang diberikan pada saat menikah, maka formula dari Sayidina Ali sangat holistik.

 

Selain keberkahan air hujan, ternyata ada unsur keutamaan pertolongan dari pasangan dalam rumah tangga yang menjadi energi kesembuhan. Semua hal tersebut penting dalam upaya pengobatan untuk suami, istri, maupun anggota keluarga yang sedang sakit sebagaimana uraian di atas. Wallahu a’lam bis shawab.

Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan peneliti farmasi