Main Medsos Berlebihan Timbulkan Risiko Depresi dan Kecemasan
NU Online · Rabu, 5 Juli 2023 | 08:00 WIB
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Gelombang era digital melahirkan pola interaksi sosial baru yang dicirikan dengan gaya komunikasi yang introvert dan apatis. Di era digital komunikasi tidak hanya dilakukan secara langsung atau tatap muka, tetapi juga tidak langsung, salah satunya melalui media sosial.
Dosen Psikologi Universitas Nahdlatul Ulama (Unusia), Rakimin mengatakan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan, dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan (anxiety).
Baca Juga
Etika Islam dalam Bermedsos
“Penggunaan media sosial selama lebih dari tiga jam sehari dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan. Penggunaan media sosial yang berlebihan juga terkait dengan kualitas tidur yang buruk pada remaja yang selanjutnya dapat berdampak pada kesehatan mental mereka,” kata Rakimin kepada NU Online, Selasa (7/4/2023).
Ia menjelaskan, sebab menonton konten kekerasan, anak-anak bisa menjadi stres, cemas, depresi, kasar, frustrasi, dan juga merasa kesepian. Selain itu, penggunaan media sosial berlebihan pada anak gadis, menurut Rakimin dapat menimbulkan masalah dengan harga diri yang buruk, masalah citra tubuh, dan dapat mengalami gangguan makan.
“Ada banyak anak yang terpaku pada smartphone, orang tua bertanggung jawab untuk memastikan bahwa anak tidak melebihi waktu layar (screen time) yang diberikan kepada mereka. Waktu layar sekitar 1 jam per hari sangat ideal untuk anak-anak di bawah bimbingan orang tua,” terang Rakimin.
Ia menjelaskan secara rinci waktu layar yang disarankan di berbagai kelompok usianya, yaitu pertama, untuk anak-anak di bawah dua tahun, waktu layar harus nol kecuali untuk video call.
Kedua, untuk anak-anak berusia antara 2 hingga 5 tahun, satu jam screen time yang diawasi tidak masalah. Ketiga, untuk anak-anak yang berusia lebih dari 5 tahun dan remaja, screen time rekreasi 2 jam per hari sudah cukup.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kecemasan merupakan salah satu gangguan kesehatan mental, sebab kecemasan menjadi pintu masuk menuju gangguan kepribadian lainnya.
“Kecemasan terhadap sesuatu yang tidak jelas, merupakan simptom dari kepribadian was-was. Kecemasan menurut psikologi Islam, merujuk pada emosi takut. Kendatipun antara cemas dan takut memiliki perbedaan.jika objek takut adalah nyata dan jelas, namun objek kecemasan itu tidak jelas,” ujarnya.
Menurut Rakimin, untuk menangani masalah psikologis seperti kecemasan dan depresi, dapat menggunakan metode dan prinsip-prinsip Islami yang merujuk pada Al-Qur’an dan Al-Hadis, dikenal dengan istilah Psikoterapi Islam.
Mengenai bagaimana mengatasi kecemasan dengan psikoterapi pada umumnya, kata dia, ada 3 metode psikoterapi yang sering digunakan dalam mengatasi kecemasan, yaitu mendengarkan musik, kemudian hypnosis, serta relaksasi.
"Sedangkan dalam psikoterapi Islam yang sering digunakan untuk mengatasi kecemasan adalah dzikir, membaca Al-Fatihah serta berdoa dan mendengarkan murotal,” tandas Rakimin.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Mempertahankan Spirit Kurban dan Haji Pasca-Idul Adha
2
Ketum PBNU Buka Suara soal Polemik Tambang di Raja Ampat, Singgung Keterlibatan Gus Fahrur
3
Jamaah Haji yang Sakit Boleh Ajukan Pulang Lebih Awal ke Tanah Air
4
Rais 'Aam dan Ketua Umum PBNU Akan Lantik JATMAN masa khidmah 2025-2030
5
Khutbah Jumat: Meningkatkan Kualitas Ibadah Harian di Tengah Kesibukan
6
Khutbah Jumat: Menyatukan Hati, Membangun Kerukunan Keluarga Menuju Hidup Bahagia
Terkini
Lihat Semua