Kesehatan

Kesehatan Mental Gen Z Penting Dijaga di Era Media Sosial

Sab, 22 Juni 2024 | 13:00 WIB

Kesehatan Mental Gen Z Penting Dijaga di Era Media Sosial

Ilustrasi. (Foto: Freepik)

Jakarta, NU Online

Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Muhammad Agil Nuruz Zaman menyampaikan pendapatnya terkait transformasi digital di era Gen Z yang tidak bisa dihindari. Justru, menurutnya, dunia digital menjadi sarana untuk mempermudah kehidupan manusia, khususnya Gen Z. Namun, kesehatan mental mereka perlu dijaga.


"Dunia digital memang Gen Z banget,” ungkap Agil Nuruz Zaman pada NU Online beberapa waktu lalu di Jakarta.


Muhammad Agil mengungkapkan, basis anggota IPNU adalah Gen Z. Transformasi digital bagi dia tidak menjadi masalah, namun perlu adanya antisipasi dari efek negatifnya, terutama Kesehatan mental.


“IPNU sebagai banom NU yang basis anggotanya sekarang adalah Gen Z memandang digitalisasi untuk mempermudah aktivitas. Jadi tidak ada masalah dengan transformasi digital. Cuma memang kita sadari di setiap hal pasti ada efek negatifnya yang perlu kita antisipasi,” terangnya.


Di antara dampak negatif transformasi digital bagi gen z dijelaskan Ketua Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (PW IPPNU) Jawa Barat, Renita. Dia mengutip studi oleh Royal Society for Public Health di Inggris yang menjelaskan dampak negatif transformasi digital terhadap kesehatan mental generasi muda, terutama faktor-faktor seperti body image issues dan Fear of Missing Out (FOMO).


Body image issues dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti paparan media sosial sering kali menampilkan standar kecantikan yang tidak realistis, bullying, dan komentar menyinggung dari orang lain,” ungkap Renita. 


Renita juga menjelaskan dampak negatif seperti FOMO yang menyerang Gen Z dalam bermedia sosial hingga terbawa ke dunia nyata.


“FOMO atau kegelisahan sosial, Gen Z seringkali merasa khawatir tertinggal dari teman-teman mereka dalam mengikuti tren terbaru. Sehingga, perlu adanya detoks media sosial yaitu dengan cara berhenti sejenak mengakses media sosial dan mengalihkannya pada kegiatan positif,” terang Renita.


Databoks menjelaskan, generasi z di Indonesia adalah generasi yang 73% mengakses berita dari sosial media. Sejak usia muda generasi ini sudah disuguhkan dengan teknologi dan berinteraksi di media sosial, sehingga media sosial adalah teman sempurna bagi generasi z untuk mendapatkan informasi.


Pakar Psikologi dan Perkembangan Anak Universitas Airlangga (Unair) Nurul Hartini mengungkapkan penggunaan media sosial yang kurang tepat pada generasi z menjadi alasan tingkat kebahagiaan yang rendah.


“Sebetulnya, hadirnya media sosial ini memiliki dua mata sisi. Yakni, dapat berdampak positif jika dapat menggunakannya dengan bijak dan dapat berdampak negatif jika keliru dalam penggunaannya,” terang Nurul Hartini dikutip NU Online dari situs Unair.


Dia juga menyampaikan peran lingkungan termasuk orang tua yang harus memberikan pengenalan dan pengawasan dini untuk menghindari pengaruh negatif dari media sosial. 


“Anak yang rentan terpengaruh berbagai hal di sosial media akan cenderung sensitif. Seperti halnya kasus anak yang mendapat ejekan dari kawan sebayanya melalui media sosial. Hal yang demikian akan menimbulkan trigger dalam diri anak,” tambahnya.


Orang tua sebagai faktor protektif

Fenomena secound account di media sosial juga menjadi perhatian Nurul Hartini. Menurutnya fenomena tersebut menunjukkan kepribadian yang kurang sehat. Hal tersebut menjadikan generasi z memakai banyak topeng untuk bermain kepribadian di media sosial yang dampaknya dapat memengaruhi kesehatan mental generasi z. 


“Tentunya, mereka akan mengalami kelelahan karena fenomena tersebut. Dari sini kita dapat lihat pendidikan dalam keluarga menjadi faktor protektif untuk para Gen Z terhadap pengaruh media sosial yang negatif,” ujarnya.


Dikutip dari konsorsium psikologi ilmiah Nusantara, peran orang tua dan media sosial menjadi dua faktor pengaruh kesehatan mental Gen Z. Generasi yang umunya lahir pada 1995-2010, menjadi generasi yang tidak dapat terlepas dari dunia digital.


Memberikan tanggung jawab atas segala keputusan dan menghargai keputusan seorang anak dapat menjadi salah satu upaya bagi orang tua untuk menyiapkan seorang anak dalam mengatasi masalahnya ketika dewasa.


Sementara itu Gen z secara mandiri juga harus fokus terhadap tujuan dan mampu membatasi diri dalam penggunaan media sosial. Sehingga dapat menghindar dari kecanduan media sosial dan pengaruh negatifnya.