Kesehatan

Dampak Judi Online pada Kesehatan Perspektif Neurosains

Sab, 29 Juni 2024 | 22:00 WIB

Dampak Judi Online pada Kesehatan Perspektif Neurosains

Dampak judi online pada kesehatan. (Foto: NU Online/Freepik)

Fenomena judi online yang sedang merebak di Indonesia belum dipahami oleh masyarakat dari aspek efek kesehatannya sehingga banyak yang terjebak di dalamnya. Apabila dampak kesehatannya dipahami dengan baik, akal sehat masyarakat akan menolak judi dengan segala bentuknya. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui buruknya dampak judi bagi kesehatan otak dan syaraf manusia.


Ada pakar yang berpendapat bahwa kecenderungan untuk melakukan perjudian melibatkan zat kimia syaraf yang disebut neurotransmitter. Sebagai contoh adalah Dopamin, yaitu zat kimia dalam penghantaran syaraf atau neurotransmitter yang terlibat memediasi perasaan nyaman dan senang sehingga membuat manusia cenderung melakukan perjudian. Namun, manusia tidak mampu mengendalikan zat kimia syaraf itu dan di sisi lain ketika sudah terjerumus dalam perjudian hal itu disebabkan karena tidak mampu membatasi keinginannya dengan aturan agama.


Bila ajaran Islam yang melarang berjudi sesuai dengan kemaslahatan tubuh manusia, maka berjudi pasti memiliki dampak yang tidak baik untuk kesehatan. Apa saja dampak perjudian terhadap kesehatan otak? Bagaimana cara masyarakat menghindari judi setelah mengetahui dampak buruknya bagi kesehatan?


Neurotransmitter yang terlibat dalam rasa senang sebenarnya dikendalikan oleh otak. Apabila perjudian dianggap sebagai kesenangan, maka bagian otak yang merupakan pusat kebahagiaan akan merespon kesenangan itu dengan mengeluarkan neurotransmitter dopamin lebih banyak lagi. Dalam sistem syaraf pusat, dopamin bekerja pada pusat sistem penghargaan otak atau Brain Reward System.


Karena peningkatan dopamin ini, sistem penghargaan otak menjadi semakin peka terhadap rangsangan yang berhubungan dengan perjudian, memperkuat keinginan akan kegembiraan dan sensasi permainan. Akibatnya, jalur saraf yang terkait dengan pengambilan keputusan, kontrol impuls, dan regulasi emosional mengalami perubahan signifikan hingga berkontribusi pada karakteristik perilaku kompulsif dari kecanduan judi.


Perjudian memicu pelepasan dopamin yang kuat, neurotransmitter yang terkait dengan kesenangan dan penghargaan. Sensasi memasang taruhan, antisipasi untuk menang, dan kegembiraan saat nyaris menang semuanya berkontribusi pada peningkatan kadar dopamin. Hal ini menciptakan sensasi euforia yang dapat membuat ketagihan, membuat individu mencari pengalaman menyenangkan yang sama berulang kali. 


Pengalaman euforia bagi para penjudi ternyata tidak berbeda dengan euforia yang dialami oleh pengguna kokain karena neurotransmitter yang sama terlibat dalam kedua kasus tersebut. Seiring waktu, otak menjadi terbiasa dengan aktivitas dopamin yang meningkat ini. Oleh karena itu, kejadian ini menghasilkan toleransi yang mendorong individu untuk terlibat dalam perilaku perjudian yang lebih berisiko.


Ada hal unik yang terjadi pada otak manusia ketika perjudian sudah mencapai tahap kecanduan. Sebagian wilayah otak yang kecanduan judi ternyata mengalami pengecilan organ. Orang-orang dengan masalah perjudian juga memiliki volume amigdala dan hipokampus yang lebih kecil. Padahal dua wilayah otak itu berkaitan dengan pembelajaran, emosional, dan regulasi stres (Sohn, 2023, How gambling affects the brain and who is most vulnerable to addiction Monitor on Psychology, Volume 54, Nomor 5, American Psycohological Association: halaman 62).


Penelitian tentang berkurangnya volume otak pada orang yang kecanduan judi ternyata sejalan dengan mengecilnya otak pada pecandu narkoba. Bagian otak yang mengecil pada orang yang kecanduan judi juga sama dengan yang kecanduan kokain, yaitu hipokampus dan amigdala. Oleh karena itu, level bahaya kecanduan judi dari sisi mengecilnya otak sama parahnya dengan kecanduan narkotika (Rahman dkk, 2014, Hippocampal and Amygdalar Volumetric Differences in Pathological Gambling: a Preliminary Study of the Associations with the Behavioral Inhibition System, Neuropharmacology 39 [3]: halaman 738-745).


Apabila masyarakat telah memahami bahwa bagian otak dapat mengecil karena kecanduan judi, maka bahaya itu sangat mempengaruhi kesehatan jiwa dan raga manusia. Otak merupakan pusat pengatur aktivitas kehidupan manusia yang bila berkurang volumenya bisa menimbulkan kekacauan luar biasa. Pada level individu, otak yang mengecil dapat mempengaruhi tingkat kecerdasan atau dengan kata lain orang yang volume otaknya berkurang akan semakin bodoh.


Tidak ada seorangpun manusia yang ingin disebut semakin bodoh dalam kehidupannya. Apabila penjudi belum menyadari akibat yang nyata ini, mereka perlu diberi edukasi yang masif agar menjadi sadar. Namun, tantangan masih ada karena membangun kesadaran pecandu bukan perkara yang mudah.


Dalam situasi sulit seperti itu, dibutuhkan kerjasama kolektif dari seluruh lapisan masyarakat untuk mengantisipasi akibat buruk judi online. Aspek pencegahan perlu diutamakan agar korban tidak bertambah lebih banyak lagi. Aspek lain yang tidak kalah penting adalah penyembuhan bagi pecandu melalui berbagai upaya edukasi dan terapi psikososial maupun terapi yang lain.


Salah satu terapi yang islami dan pernah diterapkan untuk mengatasi kecanduan judi adalah pendekatan diri kepada Allah dengan media bacaan Al-Qur'an. Mendengarkan ayat-ayat Al-Qur'an dan meresapi maknanya dapat menyadarkan seseorang yang kecanduan judi sehingga mendapatkan kesadaran normalnya kembali. Upaya ini bahkan pernah ditempuh oleh peruqyah di Stockholm, Swedia, untuk menerapi seseorang yang kecanduan judi dengan pendekatan psikoterapi Islam (Marlow, 2022, The Practices of Raqi [Islamic Exorcist], Contemporary Islam, 16: halaman 277-294).


Berdasarkan pendekatan sains ilmu syaraf atau neurosains, bacaan Al-Qur'an mampu mempengaruhi volume dan gelombang otak secara positif. Peningkatan gelombang alfa pada otak orang yang dibacakan Al-Qur’an sangat bermanfaat untuk kesehatan. Lebih lanjut, orang yang membiasakan menghafal Al-Qur’an ternyata memiliki volume otak yang lebih besar daripada yang tidak menghafalkannya (Wan Nor Atikah dkk, 2020, The Impact of Listening to, Reciting, or Memorizing the Quran on Physical and Mental Health of Muslims: Evidence From Systematic Review, Int J Public Health, 67: 1604998).


Upaya yang sederhana untuk menyadarkan pecandu judi online dapat dimulai dengan pendekatan kepada nilai-nilai logis berupa sosialisasi dampak buruknya pengecilan otak terhadap kebodohan. Menjelaskan ancaman efek buruk judi terhadap pengecilan otak dengan bahasa yang mengena dapat mengejutkan mereka yang kecanduan judi. Efek kejut ini perlu diiringi dengan langkah lanjut berupa pendekatan keagamaan yang humanis, misalnya dengan memperdengarkan Al-Qur’an dan nasihat.


Kecocokan pendekatan islami untuk mengatasi kecanduan judi mesti selaras dengan kemauan pecandu untuk mendekatkan diri kepada pemuka agama. Apabila ada keengganan mereka mendekat kepada ulama, maka upaya untuk menyadarkan pecandu tidak akan pernah sampai kepada tujuan. Di sinilah peran penting ulama untuk turun tangan ikut mendekati dan mengajak pecandu judi agar kembali ke jalan yang benar. Wallahu a’lam bis shawab.


Yuhansyah Nurfauzi, Apoteker dan peneliti farmasi