Kisah Mbah Selagah Lawan Penjajah hingga Bangun Masjid Al Anwar Pasuruan
Rabu, 11 Mei 2022 | 14:05 WIB
Setelah pandemi Covid-19 di Kota Pasuruan menurun, Pemerintah Kota Pasuruan memperbolehkan kembali untuk menggelar haul Mbah Hasan Sanusi atau lebih dikenal dengan Mbah Selagah, Senin (10/05/2022). Haul Mbah Selagah selalu diperingati pada 8 Syawal atau dikenal dengan Hari Raya Ketupat.
Berdasarkan tulisan KH Ahmad Nadhif Imam, Mbah Selagah dilahirkan di Desa Keboncandi, Kabupaten Pasuruan dengan nama Hasan Sanusi bin Syakaruddin bin Sholeh Sumendi bin Maulana Hasanuddin Banten bin Sultan Syarif Hidayatullah.
Mbah selagah merupakan seorang mubaligh yang gigih memperjuangkan tanah air. Di usianya yang muda, Hasan Sanusi pernah menyebarkan agama Islam di daerah Malang. Saat itu, beliau dipanggil Bupati Pasuruan pertama yang bernama Raden Surgo untuk segera kembali ke Pasuruan untuk mengusir Belanda yang masuk melalui jalur Pasuruan Utara yang dikenal dengan Desa Mayangan.
Pada saat Pasuruan dipimpinan oleh Mbah Selagah, pihak Belanda dipukul mundur dan gagal belanda menduduki Pasuruan. Diantara para pahlawan yang gugur di peperangan itu adalah adik Mbah Selagah yang bernama Mbah Khotib.
Setelah peperangan usai, Bupati Pasuruan memberikan hadiah sebidang tanah. Setelah itu, Mbah Selagah bermukim di sebuah wilayah yang saat ini dikenal dengan Kelurahan Kebonsari, Kecamatan Panggungrejo,Kota Pasuruan dan membangun masjid Jamik Agung Al Anwar Kota Pasuruan.
Menurut salah satu dzuriyah Mbah Selagah, sejak berdakwah di Malang ia sudah dikenal orang dengan nama tersebut yang berarti singa putih.
“Entah memang ilmu kesaktiannya bernama macan putih atau bagaimana lantas disematkan menjadi panggilan Mbah Selagah,” ujar Gus Mahbub.
Alasan Mbah Selagah tidak dimakamkan di belakang Masjid Jamik Pasuruan
Pada suatu hari terjadilah pertempuran sengit di Pasuruan sehingga Mbah Selagah dikejar-kejar oleh belanda dan beliau masuk k esuatu rumah agar tidak tertangkap. Ternyata nama pemilik rumah tersebut adalah Den Ayu Beri.
Pada saat itu Den Ayu Beri sedang membatik dan mempersilahkan Mbah Selagah untuk bersembunyi di dalam kain batik yang dibatik oleh Den Ayu. Atas pertolongan tersebut Mbah Selagah selamat dari kejaran tentara belanda.
Setelah peristiwa tersebut Mbah Selagah merasa mempunyai hutang budi kepada Den Ayu. Sebagai tanda terima kasihnya Mbah Selagah mengatakan “apa yang kau inginkan dariku?”, tanya Mbah selagah.
Den Ayu menjawab “saya tidak minta apa-apa, hanya berwasiatlah kepada keluargamu bila kau meninggal dunia, mintalah dimakamkan di samping kuburanku”.
Setelah Mbah Selagah Wafat makamnya terletak berdampingan dengan makam Den Ayu Beri tepatnya di Pemakaman Kedunglo, Kelurahan Pekuncen, Kota Pasuruan.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menghadapi Ujian Hidup dengan Ketakwaan
2
Khutbah Jumat: Menghindari Buruk Sangka kepada Tuhan dan Sesama
3
Ini Link Download Logo Hari Santri 2024
4
Khutbah Jumat: Larangan Bekerja Sama dalam Kemaksiatan
5
Khutbah Jumat: Mari Memuliakan Tamu
6
Timnas Garuda, Bahrain, dan Politik Timur Tengah
Terkini
Lihat Semua