Internasional

Semua karena ISIS: Menteri Baru Irak Mundur, Kewarganegaraan Neil Prakash Dicabut

NU Online  ·  Senin, 31 Desember 2018 | 11:30 WIB

Semua karena ISIS: Menteri Baru Irak Mundur, Kewarganegaraan Neil Prakash Dicabut

Ilustrasi: Reuters

Mosul, NU Online
Menteri Pendidikan Irak, Shaima al-Hayali, mengundurkan diri setelah diterpa isu bahwa kakak laki-lakinya adalah seorang anggota kelompok Negara Islam Irak Suriah (ISIS). Shaima merupakan menteri baru. Pencalonan Shaima disetujui parlemen Irak dua pekan lalu.  

Shaima mengumumkan keputusannya itu melalui akun Twitternya. Dia juga mengaku sudah mengajukan surat pengunduran diri kepada Perdana Menteri (PM) Irak Adel Abdel Mahdi. 

“Saya telah mengajukan pengunduran diri kepada perdana menteri," tulis Shaima di akun Twitternya, seperti diberitakan AFP, Minggu (29/12). 

Ia mempersilahkan PM Mahdi apakah akan menerima atau tidak pengundurannya setelah memastikan hubungannya dengan ‘teroris’. Namun demikian, Shaima mengungkapkan bahwa kakaknya Layth al-Hayali dipaksa untuk bekerja di pemerintahan yang dikuasai ISIS. Menurutnya, kakaknya itu tidak pernah menyentuh senjata atau ikut serta dalam pembunuhan warga setempat.

“Dia dipaksa, di bawah ancaman senjata, untuk bekerja dalam pemerintahan yang dikendalikan oleh ISIS,” jelasnya.

Keputusan Shaima ini diambil setelah seorang anggota parlemen Irak melalui daring menuduh kakaknya, Layth al-Hayali, seorang anggota ISIS. Disematkan pula video yang diambil pada 2016 lalu. Di situ, Layth berada dalam video propaganda ISIS. Memang pada saat itu, Layth bekerja di pemerintahan provinsi Niniwe yang saat itu dikuasai ISIS. 

Kantor perdana menteri belum memberikan tanggapan atas keputusan mundur Shaima tersebut.

Sementara itu, pemerintah Australia mencabut kewaganegaraan Neil Prakash. Pria yang lahir di Melbourne ini diyakini sebagai perekrut ISIS. Di Australia sendiri, Prakash merupakan seorang buronan karena dinilai bertanggung jawab atas kejadian teror dan mendukung pendirian ISIS.

Menteri Dalam Negeri Australia Peter Dutton mengatakan, Prakash adalah orang yang sangat berbahaya. Dutton juga menyebut kalau Prakash berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan ISIS di Timur Tengah. 

“Jika diberi kesempatan, Prakash akan membahayakan bahkan membunuh warga Australia. Negara kami menjadi tempat yang lebih aman setelah ia kehilangan kewarganegaraan Australia,” ujar Dutton, dilansir BBC, Ahad (30/12).

Saat ini Prakash tengah berada di Turki untuk menunggu hasil persidangan. Ia ditangkap otoritas Turki pada 2016 silam dengan melakukan kegiatan terkait terorisme. Pada Juli lalu, Turki menolak permintaan untuk mengekstradisi Prakash agar menjalani hukuman di negaranya sendiri, Australia.

Prakash pergi ke Suriah pada 2013 silam. Ia kemudian mengganti namanya menjadi Abu Khaled al-Cambodi. Pada 2015, dia sempat dilaporkan tewas dalam sebuah serangan yang dilancarkan Amerika Serikat.

Sebetulnya Prakash memiliki dua kewarganegaraan; Australia dan Fiji. Ayahnya seorang berkewaraganegaraan Fiji, sementara ibunya warga negara Kamboja. Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Kewaraganegaraan Australia, seseorang bisa kehilangan kewarganegaraan negeri kanguru tersebut jika tindakannya bertentangan dengan peraturan negara. Salah satunya terlibat dalam aksi terorisme. Maka dengan demikian, Prakash adalah orang ke-12 yang kewarganegaraan Australia-nya dicabut. (Red: Muchlishon)