Jakarta, NU Online
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Maroko sudah dua kali mengirimkan anggotanya ke beberapa negara di Eropa untuk mengemban misi dakwah. Program tersebut, menurut H Aniq Nawawi, rais syuriyah terpilih, harus dan bakal ia pertahankan bersama pengurus baru masa khidmat 2018-2020. Bahkan, ia memperluas persebarannya.
"Sebelumnya, kami hanya mengirimkan ke Belanda. Tahun ini, kami mengirimkan ke Belanda, Belgia, dan Perancis. Tahun depan Italia pun minta dai," katanya saat dihubungi NU Online pada Ahad (12/8).
Pria yang sebelumnya menjabat sebagai ketua tanfidziyah itu mengungkapkan bahwa pihaknya memiliki mekanisme khusus untuk menyeleksi imam dan dai yang bakal dikirim. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya ke depan akan lebih selektif dalam memilih dai.
"Ke depan, kami prioritaskan yang menjadi dai bukan hanya yang lancar bahasa Arab dan menguasai kitab kuning, tapi juga yang memiliki kemampuan public speaking dan menguasai bahasa Inggris," ujarnya.
Hal tersebut, menurutnya, sangat penting agar dai dapat bersentuhan langsung dengan masyarakat Eropa yang muallaf. "Karena di Eropa, banyak sekali muallaf yang kembali ke agama lama hanya karena tak ada pembimbing yang pas," ujar pria asal Gorontalo tersebut.
Imam yang telah lolos tahap seleksi akan diberikan pembekalan khusus oleh PCINU Maroko. Sementara itu, tidak ada karantina bagi mereka yang sudah melalui tahap seleksi.
Aniq menjelaskan bahwa pengiriman dai ke berbagai negara di Eropa tersebut merupakan hasil kerjasama antara PCINU Maroko dengan pengurus masjid atau komunitas Muslim Indonesia setempat yang membutuhkannya.
"Kebanyakan dengan pihak masjid-masjid di sana, seperti di Den Hag ada Masjid Al-Hikmah yang kebetulan ketua dewan pengurusnya adalah Rais Syuriyah PCINU Belanda, lalu ada masjid Al-Ikhlas di Amsterdam. Ada komunitas-komunitas Muslim Indonesia di Belgia, Perancis, dan Italia," terangnya.
Saat ini, hal yang belum terealisasi dalam pengiriman dai adalah mengirimkan ustadzah ke Eropa. "Semoga tahun ini bisa kita kirimkan," harapnya.
Lebih lanjut, mahasiswa magister Universitas Abdul Malik Asa'di, Tetouan, Maroko, itu menegaskan pentingnya kaderisasi PCINU Maroko dalam proses pengiriman dakwah ke berbagai belahan dunia. Hal tersebut mengingat maraknya islamofobia yang melanda negara-negara tertentu.
"Kami ingin ke depan kader-kader kita siap dikirimkan ke mana saja," pungkasnya. (Syakir NF)