Internasional

NU Menjaga Bhineka Tunggal Ika dalam Beragama

NU Online  ·  Kamis, 13 Juli 2017 | 10:05 WIB

Tunis, NU Online 
Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Tunisia menggelar Seminar Internasional bertajuk “Tantangan Menjaga Kebinekaan di Tengah Maraknya Aksi Intoleransi agar Tetap Tunggal Ika,” Rabu (12/07).

Dalam kata sambutannya, Rais Syuriyah PCINU Tunisia A. Muntaha Afandie menegaskan bahwa menjaga toleransi adalah tugas utama NU. Sebab, motivasi berdirinya NU adalah untuk menjaga toleransi. 

”Setelah Turki Ustmani jatuh dan dinasti Ibn Saud memegang kekuasaan di Saudi, mereka berencana menghapus amaliyah keagamaan yang bermazhab. Ini salah satu poin yang menjadi keberatan ulama di Indonesia,” kata Muntaha di hadapan Nahdliyin Tunisia.

Masih menurut Muntaha, ini menunjukan bahwa NU berdiri untuk menjaga Tunggal Ika dalam beragama. Maksudnya, meski berbeda keyakinan dan atau mazhab, umat Islam seluruhnya adalah satu kesatuan.

“Begitu juga dalam bernegara. NU mengawal tunggal ika dalam kebinekaan bangsa yang terdiri dari berbagai suku, budaya, dan adat-istiadat. Tetapi, tetap satu kesatuan. Satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia,” lanjutnya.

Pernyataa pria yang sebelumnya menjabat Ketua PCINU Tunisia itu diamini oleh Mahin Musyaffa’, salah satu pemateri dalam seminar yang berlangsung di auditorium Ibn Khaldun, Universitas Zaetunah. 

Bukti bahwa NU berdiri untuk tunggal ika dalam kebhinekaan bangsa, menurut Mahin, adalah Kiai Abdul Wahid Hasyim tampil sebagai mediator antara kelompok yang pro maupun yang kontra terhadap penghapusan tujuh kata dari Piagam Jakarta. Ini terjadi pada era kemerdekaan. Pasca kemerdekaan NU adalah ormas pertama yang menerima Pancasila sebagai dasar negara dan organisasi. (Ama/Abdullah Alawi)