Internasional

Ngabuburit Ala Fatayat NU Jepang, Bahas Kitab Karya Imam Ghazali

Sen, 1 April 2024 | 21:00 WIB

Ngabuburit Ala Fatayat NU Jepang, Bahas Kitab Karya Imam Ghazali

Fatayat NU (Ilustrasi: NU Online)

Jakarta, NU Online

Pengurus Cabang Istimewa (PCI) Fatayat NU Jepang menyelenggarakan agenda Spesial Ramadhan yaitu pembahasan Kitab Bidayatul Hidayah karya Imam Ghazali, setiap hari Jumat pukul 15.30-16.30 waktu setempat selama Ramadhan. Agenda menunggu berbuka atau ngabuburit ini dilaksanakan secara daring dan siaran langsung melalui Instagram Fatayat NU Jepang.


Terdapat dua pemateri dalam pembahasan kitab tersebut yaitu Ustadzah Khadijah Lady pada pertemuan pertama dan Ustadzah Nyimas Ma'rifatillah pada pertemuan kedua hingga keempat.


Pertemuan pertama (15/3/2024) Khadijah memaparkan penjelasan biografi Imam Al-Ghazali dan amalan puasa Ramadhan. Secara singkat, nama lengkap Imam Al Ghazali adalah  Muhammad bin Ahmad al Ghazali, lahir 450 H di kota Al Ghazal yang merupakan anak seorang pemintal wol.


"Ayah Imam al Ghazali merupakan seorang yang sholih dan wara dalam bertindak, ia bernadzar anak-anaknya menjadi ulama dan wali. Sebelum meninggal, ia menitipkan al Ghazali pada temannya yang sufi 'jadikanlah anakku orang yang 'alim'," tutur dia dalam keterangan yang diterima NU Online, Senin (1/4/2024).


Kemudian, terkait amalan puasa Ramadhan, Khadijah menyampaikan syarat wajib berpuasa, hal wajib untuk melakukan puasa, dan perkara yang membatalkan puasa.


Pertemuan kedua diisi oleh Ustadzah Nyimas yang memaparkan latarbelakang penulisan kitab Bidayatul Hidayah sebelum membahas isi kitab.


Ia menjelaskan, Imam Al Ghazali menulis kitab ini untuk ditujukan pada koleganya, seorang sufi yang juga seorang alim, dengan tujuan saling menasehati dalam kebaikan, sehingga banyak materi dalam kitab ini membahas tentang adab dan etika. Kitab ini perlu dibahas sebelum kita ingin mempelajari kitab beliau yang paling tersohor, Ihya Ulumuddin.


Pada pertemuan kedua hingga keempat akan membahas Bagian Kedua dari Kitab Bidayatul Hidayah yaitu menghindari maksiat, yaitu menjauhkan tujuh anggota badan dari maksiat meliputi mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan, dan kaki.


Pada pertemuan kedua (22/03/2024) Nyimas memaparkan terkait adab mata, adab telinga, adab lisan. Ia memaparkan bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian, yakni meninggalkan apa yang dilarang dan melakukan amal ketaatan.


"Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena melakukan amal ketaatan dapat di­lakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shid­diqun. Peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat yang bukan mahramnya, melihat gambar dengan syahwat, melihat seorang Muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang Muslim Adab pada telinga antara lain: tidak mendengar bidah, ghibah, perkataan keji, takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Lidah merupakan anggota badan yang paling dominan yang dapat menceburkan manusia ke dalam api neraka," paparnya.


Kelas selanjutnya, Jumat (29/03/2024), Nyimas masih membahas mengenai adab lisan. "Apa yang keluar dari lisan maka itu adalah cerminan diri sendiri. Terdapat  delapan perkara yang dapat merusak lisan yang perlu kita jauhi yaitu: bohong, ingkar janji, ghibah (gosip), debat (jidal wal munaqasyah), menganggap suci diri sendiri, mencela ciptaan Allah, mendoakan buruk orang lain (menyumpah) dan menghina orang" kata Nyimas.


Nyimas menekankan terkait adab berdebat menghindari menyakiti lawan bicara dan mencela dalam berdebat, dan sebisa mungkin menghindari perdebatan yang tidak penting. Pembahasan pada pertemuan ketiga dilanjutkan mengenai Adab Perut, Adab Kemaluan, Adab Tangan dan Adab Kaki. Pembahasan akan dilanjutkan pada pertemuan terakhir (5/04/2024), yang akan membahas terkait bab Maksiat Hati.