Beijing, NU Online
Ratusan Muslim etnik Hui melaksanakan aksi protes di kawasan barat Ningxia, China. Mereka menentang rencana pemerintah China yang akan menghancurkan sebuah masjid baru yang besar, Masjid Agung Weizhou.
Memang, secara resmi China menjamin kebebasan beragama bagi warganya. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir para pejabat China khawatir terhadap kemungkinan radikalisasi dan kekerasan atas nama agama. Oleh karenanya, pemerintah memperketat pengawasan di wilayah-wilayah Muslim.
Masjid Agung Weizhou merupakan masjid jami di wilayah tersebut. Masjid ini memiliki gaya arsitektur seperti timur tengah. Yakni memiliki banyak kubah dan menara. Rencananya, masjid ini akan dihancurkan secara paksa pada hari ini, Jumat (10/9), karena dianggap tidak memiliki surat izin yang tepat sebelum pembangunan.
Rencana itu membuat umat Muslim di sana marah. Ditambah pejabat setempat dan perwakilan masjid gagal mencapai kesepakatan. Seperti dilaporkan Reuters (10/9), pemerintah akan membiarkan masjid itu tetap berdiri asal kubahnya diganti dengan model pagoda agar sesuai dengan gaya China. Akan tetapi, para jamaah menolak tawaran itu.
“Jika kami menandatangani, kami menjual iman kami,” kata salah seorang jamaah masjid yang menolak menandatangani rencana pembangunan kembali masjid.
Imam Masjid Agung Weizhou mengatakan, situasi ini masih terus dikoordinasikan dengan pihak-pihak terkait. Sementara itu, belum ada komentar dari pemerintah kota Weizhou terkait hal ini.
Perlakuan China terhadap Muslim Uighur mendapat kecaman dari dunia internasional. Bahkan, salah seorang pejabat Amerika Serikat mengatakan bahwa ada puluhan ribu orang telah ditahan di pusat-pusat penahanan Xinjiang.
Kebijakan ‘sinifikasi’ yang dijalankan China semakin membuat banyak orang Hui khawatir. Mereka khawatir kebijakan ini akan semakin banyak menjangkau wilayah-wilayah Muslim di China lainnya seperti di Ningxia. (Red: Muchlishon)