Kata banyak kalangan, melaksanakan puasa Ramadhan di manapun itu sama saja, yang membedakan hanyalah niat dan amalan lain yang ingin dilakukan. Tapi, bagi para muslim yang berada di negeri yang mayoritas penduduknya non-muslim, tentu tidak demikian. Tak ada gema adzan, tak ada gema riuh suara sahur, dan tak ada lagi suasa keramaian saat berbuka bersama sanak keluarga.
<>
Bandingan ketika mereka masih ada di Indonesia, semuanya bisa dinikmati tanpa kurang satupun bahkan bisa dibilang itu "suasana yang dirindukan tiba".
Saat Ramadhan pertama tiba, puasa di negeri beton ini pun terasa biasa saja, tak ada yang istimewa, ratusan manusia mengelilingi jalan dengan melahap makanannya di tangan, ratusan kedai makan seolah tak mau tahu urusan pribadi seseorang. Begitulah mirisnya, tapi sebagai seorang muslim yang teguh tentu saja itu semua bukan halangan. Saat senja tiba, berbuka puasa pun terasa nikmat walau ala kadarnya, hingga tarawih yang dilakukan seorang diri.
Negeri ini sebenarnya juga punya masjid, tapi hanya beberapa dan bisa dihitung pakai jari, bilangannya pun tak lebih dari angka 5. Miris, tapi ya sebagai muslim yang baik seharusnya bersyukur, ternyata di sini masih ada bangunan masjid yang berdiri kokoh dengan penuh jamaahnya.
Dalam lubuk hati terdalam, siapa sih yang tidak ingin memijakkan kaki di “rumah Allah” ini, semua pasti ingin memasukinya, begitupun saya. Tapi sayang seribu sayang, masjidnya jauh dan tak bisa selalu pergi kesana dalam waktu-waktu ibadah.
Waktu terus berjalan, puasa dan cuaca bisa dibilang saling bergandengan tangan, tak terasa kini mendekati detik-detik akhir Ramadhan. Sebenarnya tak ada perasaan apapun ketika Ramadhan pergi, hanya saja dalam hati sering berbisik "Andai negeri ini mayoritas penduduknya adalah muslim, mungkin kita tak akan sengsara untuk menapaki kaki menuju masjid dan melakukan ibadah lainnya."
Tapi ini realita, apapun itu harapannya hanya satu, semoga Allah SWT menerima amal ibadah semua muslimin dan muslimat di negeri ini walau dengan seribu keterbatasannya. Berharap mendapatkan pahala yang melimpah di malam-malam Lailatul Qadar. Berharap mendapatkan kemantapan hati untuk selalu istiqamah di manapun dan dalam keadaan apapun dan yang terpenting agar kita semua yang ada di negeri ini selalu diberi kemantapan iman dan Islamnya.
Sampai jumpa lagi Ramadhan, walau tak seistimewa di negeri sendiri tapi kita semua masih merindukanmu, masih ingin selalu bertemu di setiap tahunnya. Aamiin Yaa Rabbal'alamiin..
Hong Kong, 15 July 2015
Pengirim: Rina Nur Widayanti
Keterangan Foto: Masjid Kowloon, Hong Kong.
Terpopuler
1
Saat Jamaah Haji Mengambil Inisiatif Berjalan Kaki dari Muzdalifah ke Mina
2
Meski Indonesia Tak Bisa Lolos Langsung, Peluang Piala Dunia Belum Pernah Sedekat Ini
3
Belasan Tahun Jadi Petugas Pemotongan Hewan Kurban, Riyadi Bagikan Tips Hadapi Sapi Galak
4
Cerpen: Tirakat yang Gagal
5
Jamaah Haji Indonesia Diimbau Tak Buru-buru Thawaf Ifadhah, Kecuali Jamaah Kloter Awal
6
Jamaah Haji Indonesia Bersyukur Tuntaskan Fase Armuzna
Terkini
Lihat Semua