Internasional

Mbah Moen, Sosok yang Konsisten Membangun Peradaban Bangsa

Rab, 7 Agustus 2019 | 03:45 WIB

Mbah Moen, Sosok yang Konsisten Membangun Peradaban Bangsa

Suasana tahlilan untuk Mbah Moen oleh warga NU dan pengurus NU Western Australia

Australia, NU Online

Duka atas wafatnya KH Maimoen Zubair tidak hanya dirasakan warga Indonesia di Mekkah dan Indonesia, tapi juga merambah ke mancanegara. Salah satunya di Australia. Bahkan warga Indonesia di Perth, Western Australia langsung menggelar shalat ghaib untuk kiai kharismatik tersebut , Selasa (6/8).

 

Menurut Koordinator Kajian dan Diskusi NU Western Australia, Ridwan Al-Makassary, shalat ghaib itu digelar di masjid Al-Latief, Langford, 214 Nicholson Road, Perth, selepas shalat Isya’ berjamaah. Lalu dilanjutkan dengan yasinan dan tahlilan yang dipimpin oleh Ustadz Mumu Mubarak dan Ustad Wahid Jufri.

 

“Undangan untuk shalat ghaib kita sebar melalui WA, dan ternyata banyak juga yang hadir. Bagi yang berhalangan hadir, dianjurkan untuk shalat ghaib di tempatnya masing-masing,” tukasnya seraya berharap agar yasinan dan tahlilan kembali dilakukan pengurus NU Perth di waktu-waktu mendatang.

 

Dalam pandangan Ridwan, Mbah Moen, adalah sosok ulama yang mumpuni. Beliau merupakan gurunya para guru. Ini karena banyak santri yang mendapat bimbingan beliau, dan saat ini menjadi ‘orang’. Mereka tersebar di seluruh pelosok Nusantara, bahkan luar negeri.

 

“Istilah saya. Beliau gurunya para guru, gurunya para ulama,” ujarnya.

 

Ridwan mengaku kenal dengan murid Mbah Moen yang saat ini menjadi figur ulama di Papua. Yaitu Ketua MUI Kabupaten Keerom, KH Mahfudz Muhdhor, dan KH Mansyur Alkaf, tokoh NU Jayapura sekaligus pendiri pesantren Nurul Anwar di Sentani Kabupaten Jayapura.

 

“Mbah Moen telah mencetak kader-kader ulama yang siap berjuang untuk menegakkan Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja), dan Islam yang rahmatal lil’alamin,” lanjutnya.

 

Ia menambahkan, kepergian Mbah Moen sungguh telah menggores duka yang dalam di hati bangsa Indonesia. Sebab beliau adalah sosok panutan yang cukup konsisten dalam menjaga dan membangun peradaban bangsa hingga usianya senja.

 

“Di tengah krisis suri teladan dan banyaknya ulama-ulama instan di era digital ini, tetap saja kepergian Mbah Moen menimbulkan duka. Kita berharap karya-karya dan pesan-pesan moral beliau dapat dirawat dan dilestarikan untuk mendidik generasi muda dengan keteguhan ber-Islam yang moderat,” urainya.

 

Kepergian Mbah Moen, sebuah duka yang menghentak. Warga NU dan bangsa tak punya daya untuk berbuat apapun, kecuali hanya mendoakan dan merawat ‘peninggalan’ beliau dengan baik. Biarlah beliau pergi untuk menghadap sang Ilahi. Oh, selamat jalan wahai jiwa yang tenang.

 

Pewarta : Aryudi AR