Internasional

Korban Banjir Bandang di Libya: 5.000 Orang Meninggal, 10.000 Orang Hilang

Kam, 14 September 2023 | 15:30 WIB

Korban Banjir Bandang di Libya: 5.000 Orang Meninggal, 10.000 Orang Hilang

Kondisi di salah satu sudut kota akibat Libya diterjang banjir bandang. (Foto: Getty Images via BBC)

Jakarta, NU Online 

Libya bagian timur diterjang banjir bandang dahsyat beberapa hari lalu, tepatnya pada Ahad (10/9/2023). Bulan Sabit Merah menyebut 10 ribu orang dilaporkan hilang dan lebih dari 5.000 orang meninggal. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.


Tamer Ramadan, ketua delegasi Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah di Libya, menyampaikan hal tersebut di Jenewa, Swiss, pada hari Selasa.


“Korban tewas sangat besar,” katanya sebagaimana dilansir CNN pada Rabu (13/9/2023).


Osama Aly, juru bicara layanan Darurat dan Ambulans, menyebut bahwa rumah sakit di Derna, kota terparah kerusakannya, tidak lagi beroperasi. Sementara kamar mayat penuh. Bahkan mayat-mayat ditinggalkan di luar kamar mayat, ada pula yang diletakkan di trotoar.


“Tidak ada layanan darurat langsung. Saat ini orang-orang sedang bekerja untuk mengumpulkan jenazah yang membusuk,” kata Anas Barghathy, seorang dokter yang saat ini menjadi sukarelawan di Derna.


Sementara itu, laporan BBC juga menyebutkan bahwa tim penyelamat di Libya sedang berjuang untuk mengevakuasi jenazah korban yang tersapu ke laut. Beberapa orang juga menyelamatkan diri di atap. 


Saking dahsyatnya banjir itu sampai-sampai disebut mirip tsunami. “Saya terkejut dengan apa yang saya lihat, ini seperti tsunami,” kata Hisham Chkiouat, dari pemerintah Libya yang berbasis di wilayah timur, sebagaimana dilansir BBC.


Banjir juga membuat dua bendungan dan empat jembatan di Derna runtuh. Banjir semakin menenggelamkan sebagian besar kota ketika Badai Daniel melanda pada hari Ahad.


"Lingkungan yang luas telah hancur. Ada banyak sekali korban yang jumlahnya terus meningkat setiap jamnya,” katanya.

 

Sejumlah bantuan sudah mulai berdatangan, termasuk dari Mesir. Namun upaya penyelamatan terhambat oleh situasi politik di Libya. Pasalnya, negara tersebut tengah terpecah menjadi dua pemerintahan yang bersaing.


Rekaman video yang direkam setelah gelap pada hari Ahad menunjukkan sungai air banjir mengalir melintasi kota dan mobil-mobil terombang-ambing tak berdaya mengikuti arusnya.

 

Bahkan, BBC Indonesia melaporkan bahwa sebanyak 20.000 orang diperkirakan meninggal dunia akibat banjir bandang yang melanda Libya pada Ahad (10/9/2023), menurut Wali Kota Derna, Abdulmenam Al-Ghaithi.


Berbicara kepada stasiun televisi Arab Saudi, al-Arabiya TV, sang wali kota mengestimasi 18.000 hingga 20.000 orang meninggal setelah dua bendungan jebol sehingga menyebabkan banjir bandang seperti tsunami. Saat kejadian berlangsung, sebagian besar penduduk sedang tidur.


Abdulmenam Al-Ghaithi mengatakan perkiraannya didasarkan jumlah komunitas yang dihantam banjir bandang, yang digambarkan 'seperti tsunami'.