Internasional

Ketahuilah, NU itu Kebangkitan Pencerahan

NU Online  ·  Senin, 17 Maret 2014 | 22:03 WIB

Kairo, NU Online
Faizin yang merupakan seorang “pencerita” Masisir (Masyarakat Indonesia yang ada di Mesir) mengungkapkan tentang pembacaan orang Barat terkait Nahdlatul Ulama. Salah satunya pembacaan Naipul dalam bukunya Among the Believers.
<>
Menurut pria yang akrab dipanggil Walang Gustiyala, ini pengistilahan atau permainan semiotika yang sederhana dari Naipaul dalam menerjemahkan kata nahdlah bukan diartikan sebagai resurrection atau kebangkitan dari kematian, reborn atau lahir kembali.

“Namun diartikan sebagai renaissance. Orang Arab lebih mengartikan ashlut tanwir, atau pencerahan,” katanya pada diskusi selepas nonton film Sang Kiai, di aula sekretariat PCINU Mesir, Kairo, Jumat 14 Maret.

Faizin melanjutkan, ini yang dikatannya menjadi semacam tantangan yang berat bagi NU, karena kebanyakan mereka mengistilahkan NU dengan renaissance of religious scholar atau kebangkitan yang mencerahkan dari sarjana agama.

Hal ini juga bisa ditemui dalam buku Unholy War karangan John Esposito, yang menempatkan Gus Dur sebagai seorang yang membangkitkan kembali peran ulama-ulama dalam membangun kebangsaan.

Namun yang menjadi titik tekan Mas Walang adalah dari semiotika sederhana yang disampaikan Naipaul, NU dengan santrinya harus mampu mengemban amanat yang begitu besar sebagai renaissance itu, sebagaimana pula yang Gus Dur harapkan. Bukan malah terjurumus dalam nilai-nilai eksklusif dan ekstrem.

Bedah film tersebut digelar oleh Lembaga Seni dan Kebudayaan Nahdlatul Ulama (LSBNU) PCINU Mesir bekerjasama dengan Tebuireng Center Kairo. (Mabda Dzikara/Abdullah Alawi)