Internasional

Kemenag Lakukan Layanan Maksimal untuk Jamaah Haji Indonesia

NU Online  ·  Kamis, 16 Agustus 2018 | 05:30 WIB

Makkah, NU Online
Hasil survei BPS itu tentu saja bisa diuji di lapangan. Jika berada di Makkah saat ini, Anda akan melihat selama 24 jam bus-bus mewah yang disewa pemerintah hilir mudik tanpa henti dari dan menuju Masjid Haram. Sebagian besar jemaah ada yang baru keluar hotel langsung bisa naik bus, meski sebagian lain harus berjalan kaki dulu 50 – 100 meter karena letak hotel memang agak jauh dari jalan raya. 

Mereka yang tinggal di Sektor Enam Mahbas Jin, misalnya, harus berjalan lewat terowongan penyebrangan dulu untuk mencapai bus, tapi mereka yang tinggal di Sektor Lima Mahbas Jin seolah punya bus sendiri yang setiap hari siap mengantar mereka shalat berjamaah di depan Kabah.

"Kalau soal transportasi, akomodasi, juga makanan, kami seperti kehabisan pertanyaan, pokoknya sudah sangat bagus deh. Sekarang pertanyaan saya, setelah semua fasilitas kita rasakan maksimal, indikator kemabruran haji sudah diperhatikan oleh Kemenag belum? Fasilitas bagus kalau penguasaan manasik jeblok gimana?"" kata Samsul Maarif, anggota Komisi Pemantau Haji Indonesia.

Apa yang ditanyakan oleh anggota KPHI itu ternyata sudah dipikirkan masak-masak oleh Lukman dan jajarannya. Jika di tahun-tahun sebelumnya hanya ada empat konsultan ibadah haji di Makkah dan dua konsultan di Madinah, kini untuk kali pertama Kemenag menyediakan empat konsultan haji di Madinah dan 14 konsultan ibadah di Makkah. 

Dikutip dari kemenag.go.id, mereka adalah para profesor, doktor, master atau kyai yang dihormati karena penguasaan mereka atas ilmu fiqih. Semua konsultan itu disebar di 11 sektor yang ada, sedang tiga konsultan yang lebih berpengalaman menetap di kantor daerah kerja (Daker) Makkah. Hampir sebulan kemudian, datang lagi lima konsultan susulan untuk membantu para konsultan yang datang lebih awal.

Inti tugas para konsultan itu adalah menjawab begitu banyak persoalan manasik haji yang dihadapi jamaah, mulai dari persoalan miqat (tempat awal berhaji atau berumrah), pakaian ihram dengan segala larangannya, tawaf, sai, wukuf, mabit, jamarat dan banyak istilah manasik lain berbahasa Arab yang membuat pusing para jemaah. 

Maklum, kewajiban haji hanya sekali seumur hidup, jadi  wajar banyak umat Islam tak akrab dengan ibadah yang satu ini. Nabi SAW hanya berhaji sekali seumur hidup, tapi jenis haji ada tiga. Ini saja sudah menimbulkan banyak perbedaan pendapat dalam mazhab-mazhab.

Setiap konsultan tentu tak sendirian melayani rata-rata 18.000 jemaah di setiap sektor. Masing-masing mereka ditemani satu petugas pembimbing ibadah. Tapi, berdua saja pun tak cukup melayani para jemaah. Sebab itu, di setiap kelompok terbang (kloter) juga terdapat petugas ibadah yang menyertai mereka sejak dari bandara masing-masing di tanah air sampai mereka kembali ke tanah air. 

Selain berceramah dari satu hotel ke hotel lain setiap hari dengan jadwal yang sangat padat, para konsultan ibadah haji itu masih dapat tugas piket di Masjidil Haram. 

Hl ini dilakukan menginngat terlalu banyak jamaah yang tersesat di masjid raksasa itu karena kebanyakan mereka datang dari kampung dan baru sekali ke luar negeri, banyak juga yang terlepas dari rombongan saat bertawaf atau bersa’i lalu nyasar pulang, bahkan tak sedikit mereka yang menyerah di tengah jalan saat bertawaf atau bersa’i. 

Saat konsultasi ibadah berlangsung, sejumlah konsultan menemukan kasus saat jemaah laki-laki menggunakan pakaian ihram lalu melaksanakan umrah, ternyata mereka masih menggunakan celana dalam. (Red: Muiz)