Internasional

Jika Distribusi Vaksin Tak Merata, Pandemi Covid-19 Sulit Terkendali

Ahad, 14 Februari 2021 | 03:05 WIB

Jika Distribusi Vaksin Tak Merata, Pandemi Covid-19 Sulit Terkendali

Ilustrasi vaksin Covid-19.

Jakarta, NU Online

Penimbunan vaksin yang dilakukan oleh negara kaya berdampak pada tidak meratanya distribusi vaksin ke berbagai negara. Hal itu akan mengakibatkan pandemi Covid-19 bakal sulit terkendali.


Hal itu diungkapkan Olivier Wouters, ahli penyakit dari London School of Economics and Political Science (LSE), Inggris setelah melihat praktik penimbunan vaksin secara besar-besaran di negara-negara kaya yang justru akan memperburuk keadaan.


Wouters mengatakan distribusi vaksin yang merata harus menjadi skala prioritas terutama untuk memberikan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah sebelum stok vaksin berkurang dalam beberapa tahun mendatang.


"Kenyataan yang sebenarnya adalah bahwa dunia sekarang membutuhkan lebih banyak dosis vaksin Covid-19 daripada vaksin lain dalam sejarah untuk mengimunisasi cukup banyak orang untuk mencapai kekebalan vaksin global," kata Wouters dikutip dari AFP, Sabtu (13/2).

 


Ia mengungkapkan, hingga saat ini, masih banyak negara-negara berpenghasilan rendah yang kesulitan mendapatkan akses vaksin covid-19. Padahal, sudah ada lebih dari dua lusin vaksin Covid-19 baik itu vaksin dalam pengembangan maupun sudah disetujui penggunaannya.


Sementara itu, inisiatif vaksin Covid-19 global atau COVAX, yang dipimpin Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprioritaskan penyediaan bagi negara-negara berkembang masih menghadapi sejumlah kendala. COVAX membutuhkan tambahan US$ 6,8 miliar untuk mengamankan pasokan vaksin bagi 92 negara berkembang.


Dari hasil penelitian Wouters melihat data penjualan vaksin secara global, negara-negara kaya telah mengamankan 70 persen dosis vaksin Covid-19. Jumlah tersebut bahkan cukup untuk memvaksin penduduk mereka berkali-kali lipat.

 


Mengamankan vaksin dalam jumlah besar seperti ini, kata Wouters, sama artinya dengan negara kaya lebih mengutamakan vaksinasi massal terhadap populasinya sendiri dibandingkan mempertimbangkan vaksinasi untuk pekerja perawatan kesehatan dan masyarakat berisiko tinggi di negara-negara miskin.


Wouters pun meminta produsen vaksin untuk mempercepat transfer teknologi ke negara berkembang untuk membantu mereka memproduksi vaksin dalam negeri dan untuk mengendalikan harga vaksin yang melambung di pasaran.


Sejauh ini vaksin produksi China, India, dan Rusia telah disahkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin ini dapat menjadi bantuan besar bagi negara-negara miskin karena penyimpanannya lebih sederhana daripada vaksin buatan Amerika Serikat dan Eropa.


Pewarta: Fathoni Ahmad

Editor: Muchlishon