Singapura, NU Online
KH Ma’ruf Amin diundang Sekolah Studi Internasional S. Rajaratnam (RSIS) Singapura untuk menjadi narasumber dalam acara kuliah umum pada Rabu (17/10) pekan depan. Acara tersebut akan dihelat di Marina Mandarin Singapura, Ruang Leo dan Taurus, mulai pukul 15.30 sampai 17.00 waktu setempat. Sesuai keterangan dari panitia, acara ini bebas untuk umum
Sesuai dengan tema, Kiai Ma’ruf –yang diundang selaku Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Pusat- bakal menyampaikan dua hal pokok. Pertama, Islam moderat (wasathiyah). Sebagai negara Islam terbesar di dunia, selama ini Indonesia mampu menjadi contoh bahwa Islam dan demokrasi bisa berjalan beriringan.
Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir kelompok Islam radikal dan konservatif menguat di Indonesia. Mereka menyerukan agar Indonesia menjadi negara Islam, dengan menerapkan hukum dan syariah Islam.
Untuk melawa narasi itu, Presiden Joko Widodo mengampanyekan Islam moderat (wasathiyah) dan menggandeng Kiai Ma’ruf menjadi calon wakil presidennya. Dengan pengalamannya di MUI dan Nahdlatul Ulama, dua ormas Islam yang juga mengusung Islam moderat, Kiai Ma’ruf memiliki keahlian terbaik untuk mempromosikan Islam moderat. Hal ini untuk menjaga Indonesia dari bahaya kelompok-kelompok Islam radikal dan ekstremis.
Kedua, kesetaraan sosio-ekonomi di Indonesia. Pada kesempatan ini, Kiai Ma’ruf juga bakal membahas dan mempromosikan kesetaraan sosio-ekonomi di Indonesia. Terutama bagi mayoritas Muslim yang kehidupannya dekat dengan kemiskinan.
Terkait hal ini, dalam beberapa kesempatan Kiai Ma’ruf mengemukakan konsepnya yakni arus baru ekonomi Indonesia. Pembangunan ekonomi Indonesia harus dibangun dari bawah ke atas (bottom-up), bukan dari atas ke bawah (top-down) yang dilakukan selama ini. Jika pembangunan ekonomi dimulai dari arus bawah, maka masyarakat Indonesia akan memiliki ekonomi yang baik. Inilah konsep pembangunan ekonomi yang digaungkan Kiai Ma'ruf, yaitu arus baru ekonomi Indonesia.
“Dalam Kuliah Umum Ini, Kiai Ma'ruf akan berbagi visinya tentang promosi Islam wasathiyah dan bagaimana menangani kesetaraan sosial-ekonomi di Indonesia,” demikian keterangan dari situs resmi RSIS, dikutip NU Online, Kamis (11/10). (Red: Muchlishon)