Istanbul, NU Online
Jamal Khashoggi, seorang jurnalis asal Arab Saudi, tiba-tiba saja hilang ketika berkunjung ke Konsulat Arab Saudi di Istanbul Turki pada Selasa (2/10) lalu. Ia sengaja mendatangi kantor perwakilan Saudi di Turki tersebut untuk mengurus dokumen pernikahannya dengan Hatice, tunangannya asal Turki.
Pada saat Jamal masuk ke dalam, Hatice menunggunya di luar karena memang tidak diizinkan untuk masuk menemani tunangannya itu ke dalam Konsulat. Pihak Konsulat juga melarang Jamal membawa handphonenya ketika masuk, sebuah prosedur operasional standar di kedutaan.
Setelah menunggu satu hari, Jamal tidak kunjung keluar. Sebagaimana pesan Jamal sebelum masuk ke Kedutaan, Hatice diminta untuk menghubungi penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan melaporkannya ke polisi setempat.
Sejak saat itu, berbagai rumor muncul ke permukaan. Kabar terkait keberadaan Jamal juga menjadi simpang-siur. Konsul Jenderal (Konjen) Arab Saudi di Istanbul, Turki, Mohammad Al-Otaibi mengatakan, Jamal langsung keluar gedung Kedutaan selepas menyelesaikan urusannya pada hari itu juga, Selasa 2 Oktober.
“Saya juga ingin mengonfirmasi bahwa Jamal tidak ada di konsulat maupun di Kerajaan Arab Saudi, dan pihak Konsulat juga Kedutaan Besar berupaya untuk mencarinya,” kata Al-Otaibi, dikutip dari laman Arab News, Senin (8/10).
Pernyataan ini sekaligus menyangkal pernyataan sebaliknya dari pihak Turki. Salah satu pejabat Turki menyebutkan bahwa Jamal meninggal dibunuh oleh 15 orang agen khusus Saudi di dalam Kedutaan Saudi di Istanbul. Tidak hanya itu, pembunuhan Jamal telah direncanakan.
“Dia telah dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong,” kata Kepala Asosiasi Media Arab-Turki, Turan Kislakci, dilansir The New York Times, Ahad (7/10).
Kasus sensitif
Kasus hilangnya Jamal membuat hubungan Saudi dan Turki sedikit ‘tegang.’ Kedua negara tersebut saling serang terkait kasus Jamal. Saudi menyatakan, Jamal sudah keluar dari Kedutaan. Sementara, Turki tetap keukeuh bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa Jamal sudah keluar dari Kedutaan.
Untuk meredakan suasana, pihak Saudi melalui Putera Mahkota Muhammad bin Salman mengizinkan aparat keamanan Turki untuk menggeledah dan melakukan investigasi di Kedutaan Saudi.
Kejaksaan Turki langsung turun untuk melakukan investigasi kasus Jamal. Hingga saat ini, proses investigasi masih terus dilakukan. Tidak hanya itu, Kementerian Luar Negeri Turki juga memanggil Duta Besar Saudi untuk Turki untuk dimintai keterangan soal keberadaan Jamal.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengaku, terus mengikuti perkembangan kasus Jamal. Ia juga mengatakan akan terus menunggu kabar terang kasus tersebut. Erdogan juga sangat menyesalkan karena kejadian itu terjadi di negara yang dipimpinnya.
“Saya mengikuti (masalah) dan kami akan memberitahu dunia apa pun hasilnya dari penyelidikan resmi,” kata Erdogan, dikutip dari lama AFP, Senin (8/10).
Wartawan BBC, Mark Lowen, menyatakan bahwa kalau seandainya Jamal benar dibunuh di Kedutaan dengan bantuan dari pemerintah Saudi, maka hubungan Saudi dan Turki akan semakin memburuk. Dimana sebelumnya, Turki memiliki hubungan yang dekat dengan Qatar dan Iran, dua negara Timur Tengah yang berselisih dengan Saudi. (Muchlishon)