Internasional

Didesak di Timteng, ISIS Dikhawatirkan Menyebar ke Asia Tenggara

NU Online  ·  Kamis, 11 September 2014 | 17:59 WIB

Jakarta, NU Online
Rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memperluas serangan udara terhadap Daulah Islamiyah dapat menambah pusing petinggi Asia. Para pejabat kawasan ini mulai mencemaskan perembetan konflik Timur Tengah ke Malaysia, Indonesia, serta Filipina.
<>
Pemerintah Perancis dan Inggris sudah lama mewaspadai warga masing-masing yang pulang dari Suriah. Mereka pulang ke tanah kelahiran, sesudah ikut berperang membantu Daulah Islamiyah alias ISIS. Kepulangan mereka dapat memicu serangan terhadap target tertentu di dalam negeri. Demikian dilaporkan oleh Wall Street Journal.

Kecemasan yang sama mulai muncul di Asia Tenggara. Selama lebih dari satu dekade, pasukan keamanan setempat berupaya membasmi jaringan teroris. Beberapa kelompok ekstrem terkait dengan al Qaeda. Jaringannya termasuk kelompok Abu Sayyad di selatan Filipina dan Jemaah Islamiyah di Indonesia.

Di Malaysia, pasukan keamanan berusaha melacak tersangka yang terlibat dalam pembentukan kelompok ekstremis baru. Pembentukan sendiri dipicu kebangkitan Daulah Islamiyah.

“Jumlahnya sangat sedikit, mungkin hanya 0,01% dari total populasi. Kenyataannya, [kelompok semacam itu] hanya membutuhkan sedikit orang demi menciptakan persoalan besar,” kata Ayob Khan Mydin, wakil kepala divisi antiterorisme kepolisian Malaysia dalam wawancara lewat telepon, Kamis. “Itulah mengapa kita perlu menghentikan mereka pergi ke Suriah.”

Ayob Khan kini mencemaskan potensi perluasan pengaruh ekstremis Malaysia. Apalagi, Rabu silam Obama memerintahkan serangan udara terhadap ISIS. Perintah keluar menyusul pemenggalan terhadap dua jurnalis AS.

Kecemasan lain adalah kini semakin banyak warga Malaysia yang berusaha pergi ke Irak dan Suriah. Sesudah berperang di dua negara itu, mereka akan pulang membawa keahlian perakitan bom serta teknik gerilya lain. Sekilas mirip generasi lalu di Afghanistan.

“Jika AS memulai kampanye [serangan udara], saya sangat yakin bakal ada aksi atau reaksi. Apakah akan terjadi di sini? Kita belum tahu,” sahut Ayob Khan.

Sementara itu di Filipina, suatu video menampilkan Isnilon Hapilon, pemimpin Abu Sayyaf. Ia didampingi sekelompok lelaki bertutup muka. Mereka berjanji setia kepada pemimpin ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi. Video diunggah dan tersebar pada layanan penampil video YouTube pada Juli.

“Ada risiko kelompok-kelompok ini akan melakukan serangan, demi memperoleh dana atau pengakuan dari ISIS,” papar seorang pejabat intelijen berbasis Asia.

Pada bulan yang sama, Abu Bakar Ba’asyir—mantan pemimpin Jemaah Islamiyah, pelaku pengeboman Bali pada 2002 dan 2004—meminta pengikutnya mendukung ISIS. Polisi bahkan memperkuat penjagaan di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, menyusul tersebarnya ancaman online terhadap candi Buddha itu.

Dari sekian negara, upaya antiterorisme Malaysia terhadap ISIS termasuk yang paling nyata terwujud.

Bulan silam, petinggi Malaysia menguak rencana serangan milisi dalam negeri. Mereka berencana menyerang penyulingan bir Carlsberg di dekat Kuala Lumpur. Menurut Ayob Khan, plot masih berada pada tahap awal. Namun, sebanyak 19 orang yang terlibat telah bersumpah setia kepada ISIS. Fakta inilah yang ikut memperdalam kecemasan di kawasan. Bagaimanapun, pemberontakan mungkin sekali memicu serangan teroris di Asia Tenggara. (mukafi niam)