Internasional

Di Hadapan Tokoh Politik Eropa, Gus Yahya Sampaikan Solusi atas Krisis Dunia

Ahad, 30 Desember 2018 | 09:00 WIB

Di Hadapan Tokoh Politik Eropa, Gus Yahya Sampaikan Solusi atas Krisis Dunia

Gus Yahya (ketiga dari kiri). Foto: Istimewa

Ljubljana, NU Online
Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya diundang untuk menjadi salah satu pembicara dalam diskusi panel di di Ljubljana, ibu kota Slovenia, pada Senin 17 Desember lalu. 

Diskusi yang mengangkat topik 'Migrasi, Terorisme, dan Kebebasan Berbicara’ itu juga menghadirkan sejumlah narasumber lainnya. Yaitu mantan Perdana Menteri Slovenia dan Ketua Partai Demokrasi Slovenia (SDS) Janez Jansa, Ketua Partai Rakyat Slovenia (SLS) Marjan Podobnik, Presiden VSO Aleš Hoys, Pakar dalam masalah keamanan Bostjan Perne, dan Iván Calabuig dari The Asimetric Group, Vienna. Hadir pula dalam forum diskusi itu tokoh-tokoh politik dari berbagai negara di Eropa. 

Dalam diskusi tersebut, Gus Yahya mengatakan bahwa Eropa –secara khusus- dan dunia –secara umum- tengah menghadapi krisis yang bertumpuk-tumpuk. Mulai dari banyaknya pengungsi dan pencari suaka, ancaman terorisme, hingga radikalisme atas nama agama kini menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat Eropa dan dunia. 

“Norma sekularisme mengungkung masyarakat Eropa dengan rambu-rambu ‘political correctness’ (kepantasan politik) untuk tidak menyentuh soal-soal agama sehingga nyaris tidak ada lagi kebebasan berbicara dalam wacana publik tentang soal-soal ini,” jelas Gus Yahya.

Gus Yahya lantas menegaskan, krisis yang tengah menimpa negara-negara Eropa dan dunia tersebut merupakan tumpahan (spill over) dari kekacauan dunia Islam. Dimana negara-negara yang mayoritas berpenduduk Islam seperti Pakistan, Afghanistan, Suriah, Libya, Irak, dan lainnya masih terus bergolak hingga hari ini. 

Dia menjelaskan, untuk mencari solusi atas krisis tersebut maka peran dan pengaruh agama Islam sebagai ‘akar masalah’ harus dibedah. “Tidak mungkin mengatasi krisis di Eropa terkait hal ini kecuali dengan sekaligus mencapai jalan keluar dari kemelut dunia Islam,” ucapnya.

Terkait dengan pertentangan dan perdebatan krisis tersebut, Gus Yahya menyarankan agar orang Eropa memikirkan bagaimana mereka secara keseluruhan dapat selamat sebagai satu keutuhan dan tidak ikut tertulari oleh kekacauan yang tumpah dari Timur Tengah dan dunia Islam.

“Dalai Lama mengatakan: “Europe for Europeans”, tanah Eropa adalah haknya orang Eropa, maka yang harus diupayakan adalah mengatasi masalah di wilayah-wilayah asal sehingga orang-orang tidak lagi ingin lari dari sana dan yang sudah mengungsi bisa pulang,” jelasnya. 

“Saya katakan “Europeans for Europe”, seluruh masyarakat Eropa harus berkonsolidasi dengan mengesampingkan segala persaingan politik, demi keselamatan Eropa sebagai satu keutuhan dan itulah yang sedang kami perjuangkan pula ditengah bangsa Indonesia untuk keselamatan Indonesia,” paparnya.

Gus Yahya menegaskan, tidak ada solusi terbatas atas krisis tersebut. Misalnya solusi untuk Timur Tengah atau solusi untuk Eropa saja. Satu-satunya solusi adalah bagaimana seluruh masyarakat dunia mengupayakan solusi menyeluruh melalui konsolidasi global yang kokoh.

“Karena masalah ini telah menjelma menjadi krisis peradaban dunia, dengan ramifikasi (turunan dan dampak langsung tak langsung) pada hampir semua masalah ekonomi-politik dunia,” jelasnya.

Diwawancarai ‘Tednik Demokracija’

Setelah acara diskusi selesai, Gus Yahya diwawancarai ‘Tednik Demokracija’, sebuah majalah politik mingguan Slovenia. Dalam sesi wawancara yang berlangsung selama dua jam itu, Gus Yahya juga menyampaikan bagaimana Indonesia dapat menjadi sumber inspirasi menuju solusi.

Gus Yahya kemudian menyinggung soal Islam Nusantara. Menurutnya, Islam Nusantara merupakan model peradaban Islam yang unik dengan karakter yang secara fundamental, berbeda dengan model peradaban Timur Tengah, anak benua Eropa (Turki), Afrika, dan Asia Tengah dan Selatan (Bukhara, Pakistan, dan Bangladesh).

Gus Yahya yakin, Islam Nusantara dapat menjadi rujukan alternatif untuk membangun peradaban Islam yang lebih mendorong harmoni di tengah heterogenitas masyarakat dunia saat ini.

Di samping itu, Gus Yahya juga membicarakan soal Pancasila dan Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945. Keduanya merupakan konsensus dari semua agama dan ideologi besar dunia dengan menyatukan unsur-unsur idealisme tentang kemuliaan peradaban dari masing-masing agama dan ideologi yang ada. 

“Sehingga formatnya dapat menjadi rujukan bagi cita-cita peradaban masa depan bagi seluruh umat manusia,” tukasnya. (Red: Muchlishon)