Internasional

Ayatollah Ali Khamenei saat Khutbah Jumat, Sebut Trump ‘Badut’-Iran Siap Bernegosiasi

Sab, 18 Januari 2020 | 15:30 WIB

Ayatollah Ali Khamenei saat Khutbah Jumat, Sebut Trump ‘Badut’-Iran Siap Bernegosiasi

Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei ketika menyampaikan khutbah Jumat di Teheran, Jumat (17/1). (Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP)

Teheran, NU Online
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menjadi khatib dan imam Shalat Jumat di Masjid Agung Imam Khomeini di ibu kota Teheran pada Jumat (17/1) waktu setempat. Ini menjadi yang pertama bagi Khamenei—memimpin Shalat Jumat- sejak delapan tahun terakhir. Terakhir, dia mengimami Shalat Jumat pada 2012 lalu, ketika memperingati 33 tahun revolusi negara itu dan menghadapi krisis karena masalah nuklir Iran. 

Pada kesempatan itu, sebagaimana dilansir laman AFP dan AP, Sabtu (18/1), Khamenei menyampaikan beberapa hal terkait dengan apa yang terjadi di Iran selama dua pekan terakhir ini. Termasuk soal pembunuhan Komandan Pasukan Quds, Jenderal Qasem Soleimani, oleh Amerika Serikat (AS). Bagi dia, pembunuhan tersebut merupakan sesuatu yang memalukan bagi AS, menunjukkan tabiat terorisnya, dan sebuah tindakan pengecut.
 
Khamenei juga menyinggung soal dukungan Presiden AS Donald Trump kepada warga Iran yang melakukan demonstrasi menentang pemerintahan Iran atas insiden tertembaknya pesawat maskapai Ukraina. Trump menyampaikan dukungan itu melalui akun media sosial secara terang-terangan.
 

Khamenei menyebut, apa yang dilakukan Trump dan pemerintahannya adalah sebuah bentuk kebohongan dan kepura-puraan. Pasalnya, Trump dan pemerintahannya melakukan itu karena ingin menikam ‘punggung bangsa Iran’ dengan belati beracun. Menurutnya, mereka belum bisa dan tidak akan bisa melakukan itu kepada bangsa Iran.

“Badut-badut Amerika ini berbohong dengan keji bahwa 'kami bersama rakyat Iran'. Lihat siapa rakyat Iran sebenarnya,"  kata Khamenei, yang tidak menyebut langsung nama Trump, tapi jelas dia menunjuk Trump dan pemerintahannya.

Khamenei mengkritik para peserta unjuk rasa di Teheran yang merobek foto Qasem Soleimani. Dikatakan, unjuk rasa yang menuntut Ayatollah Khamenei dan Presiden Iran Hassan Rouhani mundur tersebut tidak mewakili rakyat Iran pada umumnya. Dia membandingkan para pengunjuk rasa tersebut dengan satu juta warga Iran yang turun ke jalan menyambut pemakaman Qasem Soleimani yang meninggal akibat serangan drone AS di Bandara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1) lalu.

“Mereka yang tertipu pernah berteriak 'No Gaza, No Lebanon', tidak hanya mereka tidak pernah memberikan nyawa untuk Iran, tapi juga tidak mengorbankan kepentingan mereka untuk negara," katanya.
 
Tragedi pesawat Ukraina dieksploitasi

Khamenei juga menyenggol persoalan jatuhnya pesawat Ukraina. Menurutnya, musuh-musuh Iran sengaja mengeksploitasi tragedi pesawat Ukraina tersebut untuk tujuan propaganda. Ia menuturkan bahwa jatuhnya pesawat Ukraina merupakan kecelakaan pahit yang membakar hati semua orang.
 
“Musuh-musuh kita senang soal kecelakaan pesawat, saat kita sedih ... senang karena mereka menemukan sesuatu untuk mempertanyakan Garda (Revolusi Iran), angkatan bersenjatanya, sistemnya,” ujarnya.
 
 
Untuk diketahui, beberapa hari setelah kematian Qasem Soleimani, Iran menembak jatuh pesawat jenis Boeing 737-800 tujuan Kiev, Ukraina. Disebutkan bahwa Iran menembak jatuh pesawat Ukraina setelah ditakuti oleh jet tempur F-35 milik AS.

Semula Iran menampik melakukan itu, namun akhirnya mengakui dan menyebut insiden itu tidak disengaja. Presiden Iran menyerukan agar siapa saja yang terlibat dan lalai dalam insiden tersebut dihukum.

Siap bernegosiasi kecuali dengan AS

Pada saat khutbah, Khamenei juga menyampaikan bahwa Iran siap membuka peluang negosiasi dengan siapapun, termasuk dengan negara-negara Barat—yang dianggapnya tidak bisa dipercaya, kecuali dengan AS. 

Sebelumnya, setelah terjadi pertemuan dengan Emir Qatar, Syekh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden Iran Hassan Rouhani juga memberikan isyarat untuk menurunkan eskalasi konflik setelah hampir dua pekan bersitegang dengan AS. Dikatakan, pihaknya telah memutuskan untuk melakukan konsultasi dan kerja sama untuk keamanan seluruh wilayah.

“Kami sepakat bahwa satu-satunya solusi untuk krisis ini adalah de-eskalasi dari semua pihak dan dialog," kata Sheikh Tamim bin Hamad Al-Thani, dikutip dari AFP, Ahad (12/1).

Pewarta: Muchlishon
Editor: Fathoni Ahmad