Ilmu Tauhid

Ketika Ali bin Abi Thalib RA Simak Dialog Sayyidina Umar dan Munkar-Nakir di Makam

Ahad, 16 September 2018 | 00:00 WIB

Ketika Sayyidina Umar bin Khattab RA wafat dan masyarakat mengantarkan jenazahnya ke liang kubur, sahabat Ali bin Abi Thalib RA juga hadir. Ketika masyarakat beranjak pergi, sahabat Ali bin Abi Thalib RA memilih bertahan di makam. Ia penasaran dengan percakapan yang akan berlangsung di antara mereka. Ia kemudian memasang telinga baik-baik dan mendengar dengan seksama suara percakapan tersebut.
 
Hal ini diceritakan oleh Syekh M Nawawi Banten dalam Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam sebagai berikut:
 
وروي أن سبب رفقهما بالمؤمن لما مات سيدنا عمر بن الخطاب ودفن وانصرف الجماعة فبقي سيدنا علي كرم الله وجهه ورضي عنه يترقب في القبر ليستمع كلام سيدنا عمر مع هذين الملكين
 
Artinya, “Diriwayatkan bahwa sebab kelembutan malaikat Munkar dan Nakir terhadap orang beriman di alam kubur adalah ketika Sayyidina Umar bin Khattab wafat, lalu dimakamkan dan masyarakat yang mengantarkan jenazahnya meninggalkan makam, Sayyidina Ali RA memilih bertahan. Ia mengawasi kubur untuk mendengarkan percakapan Sayyidina Umar RA dan dua malaikat kubur,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra, tanpa catatan tahun] halaman 18).
 
Setelah mengawasi baik-baik, Sayyidina Ali bin Abi Thalib kemudian mendengar keberatan Sayyidina Umar RA atas penampilan menyeramkan malaikat Munkar dan Nakir. Sayyidina Umar RA mengaku takut dan terkejut atas ujud keduanya.
 
“Wahai dua malaikat kubur, aku peringatkan kalian dan berwasiat kepada kalian agar setelah ini kalian jangan mendatangi orang beriman dengan bentuk yang menyeramkan ini. Kurangilah sisi menyeramkannya itu karena ketika melihat kalian dengan bentuk seperti ini aku takut dan sangat terkejut. Padahal aku adalah sahabat Rasulullah SAW. Bagaimana dengan yang lain ketika melihat kalian berdua seperti ini?” kata Sayyidina Umar RA kepada keduanya.
 
“Baik, kami mendengar dan patuh. Kami takkan melanggar perintahmu, wahai sahabat RAsululah SAW,” jawab kedua malaikat itu.
 
Sejak saat itu, Malaikat Munkar dan Nakir berpenampilan lebih ramah kepada jenazah baru dari kalangan orang yang beriman demi menjalankan amanah dan wasiat dari Sayyidina Umar RA. Mendengar itu, Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA memuji jasa Sayyidina Umar RA.
 
فقال سيدنا علي رضي الله عنه والله ما يزال عمر ينفع الناس في حياته ومماته
 
Artinya, “Sayyidina Ali RA berkata, ‘Demi Allah, Sahabat Umar bermanfaat untuk manusia semasa hidup dan setelah wafatnya,’” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Syarah Nuruz Zhalam ala Aqidatil Awam, [Semarang, Maktabah Thaha Putra, tanpa catatan tahun] halaman 18).
 
Sayyidina Umar bin Khattab RA adalah sahabat terkemuka kedua setelah Abu Bakar RA yang memiliki sejumlah keutamaan. Rasulullah SAW dalam banyak kesempatan memuji sahabat Umar RA. Karena ketegasannya, Sayyidina Umar RA ditakuti oleh setan sehingga setan tidak berani melalui jalan yang dilewati sahabat Umar RA sebagaimana riwayat Bukhari dan Muslim berikut ini: 
 
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ مَا لَقِيَكَ الشَّيْطَانُ قَطُّ سَالِكًا فَجًّا إِلَّا سَلَكَ فَجًّا غَيْرَ فَجِّكَ
 
Artinya, “Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, Zat yang diriku berada di genggaman-Nya, tiada satu setan yang menjumpaimu di salah satu jalan yang luas, melainkan ia akan mencari jalan lain yang tidak kamu lewati,’” (HR Bukhari dan Muslim).
 
Umar bin Khattab RA juga seorang sahabat Rasulullah SAW yang dikaruniai kecerdasan di atas rata-rata sahabat pada umumnya. Ia juga kerap mendapat ilham dari Allah sehingga dapat mengetahui sesuatu yang ghaib atau belum terjadi.
 
Allah juga memberikan karunia ini kepada umat terdahulu sebagaimana hadits Bukhari dan Muslim berikut ini:
 
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد كان قبلكم في بني إسرائيل محدثون من غير أن يكونوا أنبياء فإن يكن في أمتي أحدٌ فعمر
 
Artinya, “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Pada umat sebelum kalian, yaitu pada Bani Israel terdapat sekelompok orang yang mendapat ilham dari Allah, tetapi mereka bukan kalangan nabi. Kalau terjadi di tengah umatku, maka orang itu adalah Umar,’” (HR Bukhari dan Muslim).
 
Ketika diangkat menjadi khalifah, Umar bin Khattab RA melaksanakannya dengan penuh tanggung jawab. Ia memerhatikan dampak kebijakan yang diambilnya sebagai pemerintah. Hal itu tampak dalam ucapannya yang terkenal sebagai berikut:
 
لَوْ مَاتَ جَمَلٌ فِي عَمَلِي ضَيَاعًا خَشِيتُ أَنْ يَسْأَلَنِيَ اللهُ عَنْهُ 
 
Artinya, “Seandainya seekor unta mati sia-sia akibat kebijakanku maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya,” (Lihat Ibnu Asakir, Tarikhu Madinati Dimasyq, [Beirut, Darul Fikr: 1995], juz XLV, halaman 356).
 
Semoga Allah meridhai para sahabat Rasulullah SAW. Semoga Allah mengumpulkan kita dengan para sahabat Rasulullah SAW yang mulia. Amin. Wallahu a‘lam. (Alhafiz K)