Ilmu Tauhid

Benarkah Nabi Isa Sudah Wafat?

Jum, 22 Februari 2019 | 14:15 WIB

Aqidah kaum Muslimin yang diajarkan oleh Allah dalam Al-Qur’an, bahwa Nabi Isa ‘alaihissalam masih hidup dan belum meninggal dunia.
 
Allah menceritakan makar orang Yahudi dan bantahan terhadap anggapan-anggapan mereka dalam firman-Nya:
 
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلَّا اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا 
 
“Karena ucapan mereka (orang Yahudi): ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah’ , padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.” (QS. An-Nisa: 157)
 
Apa Benar  Allah Mewafatkan Nabi Isa?
 
بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا
 
“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. An Nisa: 158).
 
Dalam tafsirnya, Imam Ibn 'Athiyyah mengatakan:
 
أجمعت الأمة على ما تضمنه الحديث المتواتر من أن عيسى في السماء حي، وأنه سينزل في آخر الزمان فيقتل الخنزير ويكسر الصليب ويقتل الدجال ويفيض العدل وتظهر به الملة – ملة محمد صلى الله عليه وسلم – ويحج البيت ويبقى في الأرض أربعا وعشرين سنة وقيل أربعين سنة
 
“Umat Islam sepakat terhadap makna yang disebutkan dalam banyak hadis yang mutawatir, bahwa Nabi Isa berada di langit, masih hidup. Dia akan turun di akhir zaman, membunuh babi, mematahkan salib, membunuh Dajjal, memenuhi bumi dengan keadilan, dan agama Muhammad ﷺ lah yang menjadi pemenang. Beliau juga berhaji ke Ka’bah, dan tinggal di muka bumi selama 24 tahun. Ada yang mengatakan selama 40 tahun.” (Al-Muharar al-Wajiz, 1/429)
 
Makna Kalimat “Allah Mewafatkanmu”
 
Sebelumnya saya ingatkan satu prinsip, kembalikan bahasa kepada yang punya. Al-Qur’an Allah turunkan berbahasa Arab. Untuk menjawab pertanyaan mengenai makna kandungan Al-Qur’an, kembalikan kepada mereka yang paham bahasa Arab.
 
Kita tidak mungkin mengembalikan tafsir Al-Qur’an kepada keterangan pendeta atau orang Nasrani. Mereka tidak memiliki kapasitas dalam hal ini. Kecuali jika kita memiliki prinsip bebas nilai, semua relatif, sehingga tidak ada standar kebenaran.
 
Ayat yang dimaksudkan adalah firman Allah:
 
إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرَافِعُكَ إِلَيَّ
 
"(Ingatlah), ketika Allah berfirman: “Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepadaKu." (QS. Ali Imran: 55)
 
Kata يتوفى itu beragam arti. Ada yang artinya mewafatkan, tapi tidak mesti lepas nyawanya. Orang yang tidur, pingsan itu juga bisa dikatakan "wafat”.
 
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ
 
Bagaimana Pandangan Para Ulama? 
 
Imam Al-Hasan al-Bashri menyatakan:
 
قال الحسن البصري: الوفاة في كتاب الله عزّ وجلّ على ثلاثة أوجه: وفاة الموت، وذلك قوله تعالى: اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِها [المائدة ٥/ ١١٧] يعني وقت انقضاء أجلها. ووفاة النوم قال الله تعالى: وَهُوَ الَّذِي يَتَوَفَّاكُمْ بِاللَّيْلِ [الأنعام ٦/ ٦٠] يعني الذي ينيمكم.
ووفاة الرّفع قال الله تعالى: يا عِيسى إِنِّي مُتَوَفِّيكَ [آل عمران ٣/ ٥٥]
 
Maka Imam Al Hasan Al Bashry memerinci kata wafat dalam Al-Qur’an terdapat 3 makna berbeda.
 
1. Wafat bermakna mati dalam Al Maidah ayat 117
2. Wafat bermakna tidur dalam Al An'am ayat 60
3. Wafat bermakna diangkat dalam Ali Imran ayat 55
 
Selaras dengan Imam al-Hasan al-Bashri kita simak pula keterangan Ibn Al Jauzi. Beliau menyebutkan perbedaan pendapat ulama tentang masalah ini. 
 
Pertama, kata mutawaffiika (مُتَوَفِّيكَ) artinya bukan “mematikan kamu”.
 
Kata tawaffa (التوفى) diturunkan dari kata Istifa’ Al Adad (استيفاء العدد) yang artinya memenuhi dan menyempurnakan.
 
Sehingga makna: “inni mutawaffiika” (إِنِّي مُتَوَفِّيكَ) = Aku angkat dirimu dari bumi dalam kondisi sempurna, utuh, tidak mendapatkan dampak buruk sedikit pun dari usaha orang yahudi.
 
Ini pula yang merupakan pendapat al-Hasan al-Bashry, Ibn Juraij, Ibn Qutaibah, dan yang dipilih oleh Al-Farra’.
 
Dalam Tafsir Ibn Katsir juz 2 hal 40, Imam al-Hasan al-Bashri menyatakan:
 
وَقَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ أَبِيهِ، حَدَّثَنَا الرَّبِيعُ بْنُ أَنَسٍ، عَنِ الْحَسَنِ أَنَّهُ قَالَ في قوله تعالى: إِنِّي مُتَوَفِّيكَ يَعْنِيوَفَاةَ الْمَنَامِ، رَفَعَهُ اللَّهُ فِي مَنَامِهِ. قَالَ الْحَسَنُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلْيَهُودِ «إِنَّ عِيسَى لَمْ يَمُتْ، وَإِنَّهُ رَاجِعٌ إِلَيْكُمْ قَبْلَ يَوْمِ الْقَيَّامَةِ
 
Al-Imam al-Hasan al-Bashry berkata: Nabi Muhammad ﷺ bersabda: Sungguh Isa ‘alaihissalam belum wafat dan dia akan kembali kepada kalian sebelum hari kiamat
 
Di antara dalil pendukung pendapat ini adalah firman Allah:
 
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
 
“Setelah Engkau menyempurnakanku, Engkau yang mengawasi mereka. Dan Engkau menjadi saksi atas segala sesuatu.” (QS. Al Maidah: 117)
 
Jadi, makna ayat, “setelah Engkau mengangkatku…” karena penyimpangan orang nasrani dilakukan setelah beliau diangkat oleh Allah.
 
Dalam Tafsir Khazin juz 2 hal 95
 
فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي يعني فلما رفعتني إلى السماء فالمراد به وفاة الرفع لا الموت
 
Yang dimaksud dengan wafat pada ayat tersebut adalah diangkat ke langit bukan mati
 
Dalam Tafsir Al Munir karya Syekh Wahbah Az-Zuhaily, juz 7, hal 22 dinyatakan:
 
وأغلب المفسرين على أن المراد بقوله: فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي وفاة الرّفع إلى السماء، لقوله تعالى: إِنِّي مُتَوَفِّيكَ وَرافِعُكَ إِلَيَّ 
 
Kebanyakan ahli tafsir Al-Qur’an mengatakan bahwa wafat Isa itu maksudnya adalah kenaikan Isa
 
Kedua, kata mutawaffiika (مُتَوَفِّيكَ) artinya mewafatkan kamu, dalam arti mencabut nyawamu.
 
Namun ini bukan berarti membenarkan keyakinan Yahudi bahwa Nabi Isa telah meninggal ketika itu. Akan tetapi, ayat ini mengalami taqdim wat ta'khir (perubahan urutan). Sehingga, yang seharusnya di belakang, ditaruh di depan. Dan pola bahasa taqdim wat ta'khir ini sudah dikenal oleh masyarakat Arab.
 
Sehingga tafsir ayat:
 
إِنِّي رَافِعُكَ إِلَيَّ وَمُتَوَفِّيكَ
 
“Aku mengangkatmu dan mewafatkanmu…”
 
Artinya, wafatnya Nabi Isa ‘alaihissalam. baru terjadi setelah beliau diangkat oleh Allah ke langit, kemudian nanti akan diturunkan kembali ke bumi.
 
Ini adalah pendapat Az-Zajjaj dan Al-Farra’ dalam salah satu pendapatnya.
 
Said bin Musayib mengatakan, “Nabi Isa diangkat di usia 33 tahun.” (Zadul Masir, 1/347)
 
Jadi, bila ada klaim orang nasrani, Yahudi atau orang liberal (yang menggunakan pemikirannya sendiri dalam menafsirkan Al-Qur’an dan Al Hadits) bahwa ada yang bertentangan dalam Al-Qur’an atau tidak layak karena bertentangan dengan logika manusia pada umumnya, itu sebabnya karena mereka gagal paham terhadap firman Allah. Karena mereka berbicara di luar kapasitasnya. Andai mereka diam, tentu saja lebih terhormat.
 
 
Ustadz Abdul Aziz AR, Khadim di Pondok Pesantren Falahul Mukhlasin Baujeng, Beji, Pasuruan; Pengurus Aswaja NU Center PWNU Jatim