Ilmu Hadits

Kajian Hadits Muʽdhal dan Sejumlah Contohnya

Rab, 27 Maret 2019 | 01:45 WIB

Kajian Hadits Muʽdhal dan Sejumlah Contohnya

(Foto: @musi.org.my)

Hadits dhaif memiliki banyak pembagian. Sebagian pembagian yang maklum dalam materi musthalahul hadits adalah pembagian hadits dhaif dalam segi terputusnya sanad. Salah satu hadits dhaif dalam kategori ini adalah hadits mu’dhal.

Hadits Muʽdhal adalah hadits yang perawinya hilang dua atau lebih secara berturut-turut.

Contoh hadits mu’dhal adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Malik dalam kitab al-Muwaṭṭa’.

بلغني عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه و سلم قال للملوك طعامه وكسوته بالمعروف ولا يكلف من العمل إلا ما يطيق

Artinya, “Telah menyampaikan kepada kami dari Abu Hurairah RA sungguh Rasul SAW bersabda, ‘Berikan makanan dan pakaian yang layak kepada para budak. Jangan bebani mereka dengan pekerjaan yang tidak mereka sanggupi.’”

Menurut Imam Al-Hakim, hadits tersebut adalah hadits muʽdhal karena Imam Malik membuang dua perawi, yakni Muhammad bin ʽAjlan dan ‘Ajlan. Seharusnya dua nama itu disebutkan sebelum Abu Hurairah RA, (Lihat Mahmūd At-Thaḥḥān, Taysīru Muṣṭalahil Ḥadīts, [Riyadh, Maktabah Maʽārif: 2004 M] halaman 92).

Selain hadits di atas, Imam As-Suyuthi menyebutkan beberapa hadits mu’dhal lain yang diriwayatkan oleh Imam Malik. Hal ini disebut sebagai “Balagha Imam Malik”. Namun, menurut Imam As-Suyuthi, tidak semua “Balagha Imam Malik” dhaif karena muʽdhal.

Ibn Abdil Barr meneliti sekitar 60an hadits, dan menemukan sanad lain yang muttasil selain dari Imam Malik, kecuali empat hadits berikut:

Pertama, hadits yang menjelaskan bahwa Rasul tidak lupa, tetapi dibuat lupa oleh Allah untuk memberikan pengajaran.

إِنِّي لَا أَنْسَى وَلَكِنْ أُنَسَّى لِأَسُنَّ

Artinya, “Sesungguhnya aku tidak lupa, tetapi dibuat lupa (oleh Allah) untuk mengajarkan sunnah.”

Kedua, hadits yang menjelaskan bahwa Rasul pernah diperlihatkan manusia yang paling panjang umurnya.

أَنَّ رَسُوْلُ اللهِ أُرِىَ أَعْمَارَ النَّاسِ قَبْلَهُ أَوْ مَا شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنْ ذَلِكَ فَكَأَّنَّهُ تَقَاصَرَ أَعْمَارَ أُمَّتِهِ

Artinya, “Sesungguhnya Rasulullah SAW diperlihatkan umur manusia sebelum umatnya yang paling panjang atau atas kehendak Allah, seolah-olah (umur yang paling panjang dari umat sebelumnya) itu lebih pendek dari umatku yang paling panjang umurnya.”

Ketiga, hadits terkait pesan Rasul kepada Muʽadz agar memperbaiki akhlaknya.

قَوْلُ مُعَاذٍ: آخِرُ مَا أَوْصَانِي بِهِ رَسُولُ الله وَقَدْ وَضَعْتُ رِجْلَيَّ فِي الغَرْزِ أَنْ قَالَ: «أَحْسِن خُلُقَكَ لِلنَّاس

Artinya, “Muadz berkata, ‘Kalimat terakhir yang diwasiatkan Rasulullah SAW kepadaku dan aku saat itu meletakkan kedua kakiku di sebuah batang kayu. Rasul berkata, ‘Perbaikilah akhlakmu untuk manusia.’’”

Keempat, hadits tentang munculnya sesuatu dari arah laut (awan) maka tanda akan terjadi hujan.

إذَا أنْشَأت بَحْرية, ثمَّ تَشَاءمت, فتلكَ عَيْنٌ غديقة

Artinya, “Jika sesuatu (awan) muncul dari arah laut. Kemudian awan itu naik, maka itu adalah tanda air yang banyak (hujan),’ (Lihat As-Suyūṭhī, Tadribur Rāwi fi Syarḥit Taqrībin Nawawī, [Kairo, Darul Hadits: 2002 M], halaman 153). Wallahu a’lam.


(Ustadz Muhammad Alvin Nur Choironi, pegiat kajian tafsir dan hadits, alumnus Pesantren Luhur Darus Sunnah).