Humor

'Lebe' palsu

NU Online  ·  Selasa, 21 Juni 2005 | 03:46 WIB

Di sebuah desa yang mayoritas penduduk terkenal ‘abangan’, namun budayanya cenderung NU hanya memiliki satu orang ‘lebe’ (Mudin/Imam) sebagai pemimpin seluruh kegiatan keagamaan seperti tahlilan. Malam itu, ada beberapa keluarga menyelenggarakan tahlinan mengundang tetangga sekitarnya. Untuk memulai acara, mereka harus menunggu giliran ‘lebe’ datang. Pas malam itu hujan lebat, di tempat salah satu tempat acara tahlinan belum dimulai, karena ‘lebe’ belum datang. Hingga malam larut, ‘lebe’ belum juga datang karena hujan belum reda. Sementara, hidangan tumpeng dengan lauk-pauk lengkap yang dihidangkan di tengah-tengah mereka sudah mulai dingin Bosan lama menunggu dan mengantuk karena capek seharian kerja, salah satu tetangga, Pak Sukra, angkat bicara Pak Sukra :” Priben kiye, wes bengi ? Apa pan ngenteni ‘lebe’ne teka ? Udane belih mandeg-mandeg. Katone ‘lebe’ne belih bisa teka mrene. Mulai bae ya, belih usah tahlil tapi langsung donga (doa) Pak Sukra : "Langsung donga ya"? Bismillahirahmanirrohim, allahuma tumpeng ana, allahuma tempe ana, allahuma tahu ana, allahuma endog ana, allahuma iwak ana. Amin. -Nafal A Ramadhan-