Ketika masih menjadi aktivis pergerakan Bung Karno belum mengenal NU bahkan cenderung meremehkan orang Islam pesantren yang dianggap kolot. Apalagi saat itu ia sangat terpengaruh oleh ide-ide Amir Ali, Kemal Attaturk, Abdel Razik dan sebagainya. Dalam kenyataannya Soekarno bayak bersimpati dengan Islam modernis.
Begitu menjelang kemerdekaan Bung Barno baru mengenal kelompok pesantren ini secara lebih dekat, karena itu menunjukkan simpati yang besar. Di situ Bung Karno melihat NU adalah kelompok yang nasionalis dan kerakyatan berdasarkan ajaran Islam. Ini sanagat cok dengan ideologinya yang nasionalis dan marhaenis.
<>Sementara terhadap Islam modernis Bung Karno semakin lama semakin mengalami keretakan, terutama setelah kemerdekaan, ketika beberapa elemen kelompok itu terlibat dalam pemberontakan DI-TII dan kemudian PRRI Permesta. Bung Karno merasa mereka bukan teman seideologi, terbukti bersekutu dengan kekuatan asing merongrong keutuhan republik, tidak sedikit di antara pemimpinnya yang ditahan.
Sementara NU merasa dekat dengan Bung Karno, bukan karena dia berkuasa tetapi ada kesamaan ideologi yang nasionalistis dan populis. Orang sering salah paham dengan prinsip dasar itu sehingga melihat NU oportunis, hanya mengikuti kebijakan Bung Karno. Padahal NU ikut Bung Karno karena mersa ideologi dan cita-citanya sama. Dalam kenyataannya NU tetap Kritis terhadap kebijakannya.
Kiai Waahab misalnya pernah mengatakan dalam pidatonya bahwa, ”Sukarno tanpa NO (NU) akan menjadi Sukar (susah) menjalankan program politiknya. Demikian juga Bung Karno tanpa NO (NU) akan menjadi bongkar (didongkel orang).”
Ternyata pernyataan itu ada benarnya, ketika tuntutan NU pada Bung Karno untuk segera membubarkan PKI, karena partai itu selalu menimbulkan ketegangan gontok-gontokan dan konflik sosial di mana-mana. Hubungan NU Bung Karno menjadi renggang, maka saat itu Bung Karno bergerak tanpa NO akhirnya Bung Karno dijatuhkan oleh berbagai kekuatan termasuk kekuatan kolonialisme asing. (Mun’im)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Refleksi Akhir Safar, Songsong Datangnya Maulid
2
KH Thoifur Mawardi Purworejo Meninggal Dunia dalam Usia 70 tahun
3
Kuasa Hukum Rakyat Pati Mengaku Dianiaya hingga Disekap Berjam-jam di Kantor Bupati
4
Amalan Mengisi Rebo Wekasan, Mulai Mandi, Shalat, hingga Yasinan
5
Ramai Kritik Joget Pejabat, Ketua MPR Anggap Hal Normal
6
Pimpinan DPR Bantah Gaji Naik, tapi Dapat Berbagai Tunjangan Total hingga Rp70 Juta
Terkini
Lihat Semua