Oleh Ario Helmy
Usai pelaksanaan Pemilu pertama dalam sejarah Rİ pada 1955, sepanjang tahun 1956, rombongan Presiden Sukarno menghabiskan sekira lima bulan langlang buana untuk kepentingan menyampaikan hasil-hasil Konferensi Asia Afrika yang berlangsung sukses di Bandung, setahun berselang.
Selain itu, rombongan bermaksud untuk melihat dari dekat keadaan sebenarnya dari bangsa-bangsa yang berkelompok terpisah masing-masing dalam kubu AS dan kubu Uni Soviet. Perjalanan muhibah pertama berlangsung dari pertengahan Mei hingga akhir Juni 1956 meliputi kunjungan ke Amerika Serikat, Kanada, Italia, Tahta Suci Vatican, Jerman, dan Swiss.
Rombongan tiba di AS 16 Mei 1956 dan menghabiskan 19 hari kunjungan. Pembicaraan bilateral antara Sukarno dan Eisenhower tidak berlangsung mulus karena pemerintahan Eisenhower yang sangat membenci komunisme (baca: Uni Soviet) keburu curiga negara-negara di kawasan Asia Tenggara cenderung condong ke Uni Soviet. Menteri Luar Negeri, John Dulles dengan tajam menyatakan sikap netral adalah suatu sikap yang 'tidak bermoral'. Dikecam begitu rupa, Sukarno masih saja menunjukkan sikap bersahabat namun tetap tegas.
Pembawaan Presiden Indonesia yang anggun ini kemudian merebut perhatian media massa dan rakyat AS pun terpesona atas kharisma Sukarno. Majalah TIME memuat gambar Sukarno di halaman sampul, sementara majalah LIFE memuat gambar-gambar intim saat rombongan Presiden melakukan shalat sunnah di Masjid İslamic Center di Washington DC.
Zainul Arifin ikut serta dalam rombongan dalam kapasitas sebagai tokoh Partai NU dan bagian dari Kabinet Ali-Arifin penyelenggara Konferensi Asia Afrika serta sebagai Wakil Ketua DPR hasil Pemilu Perdana Indonesia yang dipuji-puji Pemerintah AS karena berlangsung tertib dan aman. Berbeda dengan kunjungan ketika mengikuti rombongan Presiden Sukarno ke Uni Soviet yang memuat sebuah wawancara tentang kehidupan orang-orang Islam di Negeri Beruang Merah, selama di AS tidak ditemukan catatan mengenai komentar Arifin ke media massa.
Sebelum meninggalkan benua Amerika, rombongan Presiden Sukarno menyempatkan diri mengunjungi Kanada. Dari sana, perjalanan dilanjutkan menuju Eropa Barat meliputi Italia, Tahta Suci Vatican, Jerman dan akhirnya Swiss. Di negeri Coklat dan Jam Swiss, Zainul Arifin berkesempatan bertemu putra sulungnya, BS Arifin yang kala itu sedang menyelesaikan pendidikan doktoralnya di bidang Ekonomi. Di kemudian hari, BS Arifin bekerja di Departemen Luar Negeri dengan jabatan terakhir sebagai Sekjen HELN (Hubungan Ekonomi Luar Negeri). BS Arifin dimasa hidupnya pernah tiga kali diutus pemerintah RI menjadi Duta Besar masing-masing di Kerajaan Iran (semasa Shah Iran berkuasa), Kerajaan Inggris dan akhirnya di Swiss.
Rombongan kembali ke tanah air akhir Juni 1956.