Opini

Alumni, Pesantren, dan Lebaran Santri

Rab, 8 September 2021 | 11:00 WIB

Alumni, Pesantren, dan Lebaran Santri

Reuni santri Pesantren Cipulus, Purwakarta, Jawa Barat, awal September 2021. (Foto: istimewa)

Oleh Hadi M Musa Said

Ada tradisi yang mungkin ini hanya ada di pesantren-pesantren NU. Setiap menjelang haul di sebuah pesantren biasanya banyak sekali kegiatan-kegiatan dan yang direncanakan oleh para alumninya, untuk ikut meramaikan sekaligus bersyukur atas nikmat yang telah didapatkannya, dan yang pasti doa bersama untuk para pendiri pesantren. Hal ini tidak lepas dari nilai-nilai yang diyakini oleh para ulama dan santri yang mengandung keberkahan. Demikian juga di Pesantren Al Hikamussalafiyah Cipulus, Wanayasa, Purwakarta. 

 

Sebuah tradisi hasanah yang harus terus dilestarikan dan dikembangkan untuk bisa menjadikan tradisi kebaikan, walaupun ada sebagian orang mengatakan bidah karena mungkin ada sisi lain yang membuat mereka mengatakan bidah. Seperti dalam rangkaian haul itu, biasanya ada agenda ziarah kubur atau kepada makam para pendiri pesantren secara berjamaah untuk berkirim doa sekaligus memohon keberkahan kepada Allah swt melalui wasilah para alim ulama yang sudah wafat dan biasanya dimakamkan di sekitar atau lingkungan pondok pesantren.

 

Selain agenda doa bersama sering kali momentum haul juga dijadikan sebagai ajang reuni antaralumni yang berkumpul di pesantren untuk saling bersilaturahim dan menyapa satu sama lain dan melepas kangen karena setahun tidak bertemu atau bahkan lebih. 

 

Di luar kegiatan formal haul pesantren yaitu berkirim doa bersama tahlil akbar dan reuni para alumni tentu banyak kegiatan yang lainya seperti bazar, bakti sosial, santunan anak yatim, lomba baca kitab, lomba yang sifatnya hiburan antarasrama atau antar kamar (kobong) di masing-masing asrama, juga kegiatan yang lainnya. 

 

Satu tradisi yang sangat baik untuk terus memberikan pengajaran pada generasi yang terus berganti, satu pelajaran dari haul sering kali juga disampaikan tentang kisah-kisah teladan yang diceritakan oleh para orang tua kerabat saudara yang masih hidup yang menceritakan tentang kisah baik dari sahibul haul yang diperingati. Teladan inilah yang dijadikan ibrah atau contoh untuk generasi setelahnya. Tentu ini menjadi sangat penting karena sejarah selalu mencatat zamannya masing-masing dan melahirkan tokohnya

 

Pesantren Cipulus pun pada pekan terakhir di bulan Muharram menjadwalkan reuni dan haul. Para alumni selalu datag tanpa harus diundang. 

 

Menyelenggarakan haul pesantren di tengah-tengah suasana pandemi Covid-19 memang agak berbeda. Kita harus menyiapkan hal lain yang selama ini tidak dilakukan. Misalnya protokol kesehatan yang ketat untuk tidak terjadinya penularan wabah corona terhadap santri dan masyarakat sekeliling. Prokes ini tidak mengurangi kekhidmatan peringatan haul para pendiri pesantren yang tahun ini sudah berumur 181 tahun, karena Pesantren Cipulus berdiri tahun 1840 Masehi. 

 

Sejarah selalu menemukan cerita dan peristiwanya masing-masing yang menjadi penanda dari sebuah zamannya. Hal inilah yang menjadi tanda dan ingatan kita semua bahwa hidup ibarat antrean yang semua orang akan kembali kepada yang menciptakan bahwa tugas manusia di bumi Allah swt hanya sementara bahkan sangat singkat. Tugas kita sebagai manusia, sebagai khalifatullah fil ardl adalah bagaimana menjalani takdir dengan penuh kebahagiaan dan tanggung jawab sebagai manusia. 

 

Manusia adalah makhluk sosial yang punya keinginan dan harapan. Pada sisi lain kehidupan mereka membutuhkan sosialisasi dan pengakuan sebagai manusia yang punya tanggung jawab dan tentu saling ingin melepas kangen sekaligus saling mendoakan satu sama lain. 

 

Di situlah manusia yang santri ini ingin terus merawat kegiatan-kegiatan seperti haul dan lainnya yang mendatangkan para alumninya. Mereka tidak diundang secara langsung tapi bentuk pertanggungjawaban sebagai alumni sebuah pesantren adalah hal wajar dan sangat baik. 

 

Para alumni pesantren datang dengan sendiri tanpa harus diundang secara formal. Inilah yang dinamakan kesadaran bersama, solidaritas bersama dalam membangun kebersamaan lebih baik.

 

Akhirnya, haul memang sudah menjadi tradisi di kalangan pesantren atau bisa dikatakan lebaranya para santri. Para alumni, lewat haul dan reuni, dapat kembali melihat dan tidur di pesantren, merasakan kembali masa-masa belajar dan menuntut ilmu: tidur di ubin, ketiduran saat mengaji, berdesak-desakan dalam kamar, mengantre saat mau mandi, berangkat bersama ke sekolah atau ngopi bersama di kantin-kantin pesantren, dan sering kali berutang kalau belum menerima kiriman uang. 

 

Itulah saat santri bereuni atau berlebaran. Mereka saling bercerita satu sama lain, menanyakan kegiatan saat ini apa, kerja di mana, sudah buka pesantren belum atau punya majelis dan mengajar ngaji. Semua bercengkerama seolah mengembalikan ingatan saat-saat tinggal di pesantren. Rekaman di memori otak kepalanya seolah berputar lagi ke masa ketika masih di pesantren, bersenda gurau, saling mengejek tapi sambil tertawa, semua sama saling bertegur sapa, berseliweran di jalanan lingkungan pesantren. Wajah yang sumringah dan bercahaya, terlihat betul kegembiraan mereka.

 

Akhirnya, selamat menikmati berlebaran santri para alumni pesantren, dan menikmati suguhan makanan seadanya yang biasanya disuguhkan oleh para dewan pengasuh pesantren masing-masing. Para alumni adalah pemandu dan pelaku sejarah terbaik buat diri mereka. Selamat dan salam Santri Hebat, Indonesia Kuat. 

 

Penulis adalah santri Abah Cipulus, penulis biografi Abah Cipulus, Purwakarta, Jawa Barat.