Doa

Doa saat Tokoh dan Guru Bangsa Wafat

Jum, 23 Maret 2018 | 15:00 WIB

Kita sering kali kehilangan tokoh nasional, tokoh lokal, atau guru bangsa sikap hidupnya patut dijadikan teladan. Ketika mendengar kabar wafat mereka, kita benar-benar terpukul karena kehilangan panutan. Pada saat ini kita dianjurkan untuk mendoakan semoga yang bersangkutan mendapa rahmat Allah SWT.

Pada saat ini, salah satu dari kita dianjurkan untuk berpidato dan mengucapkan kalimat berikut ini:

مَنْ كَانَ يَعْبُدُ مُحَمَّدًا، فَإِنَّ مُحَمَّدًا قَدْ مَاتَ، وَمَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللهَ، فَإِنَّ اللهَ حَيٌّ لَا يَمُوْتُ

Man kâna ya‘budu Muhammadan, fa inna Muhammadan qad mâta. Wa man kâna ya‘budullâha fa innallâha hayyun lâ yamûtu.

Artinya, “Siapa yang menyembah Muhammad, sungguh Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah zat yang hidup, takkan mati.”

Tentu saja, kita harus mengganti nama Nabi Muhammad SAW dengan tokoh atau guru bangsa yang wafat di daerat kita. Hal ini didasarkan pada riwayat Abu Bakar As-Shiddiq ketika Rasulullah SAW wafat sebagai hadits berikut ini:

روينا في الحديث الصحيح المشهور في خطبة أبي بكر الصديق رضي الله عنه يوم وفاة النبي صلى الله عليه وسلم وقوله رضي الله عنه: من كان يعبد محمدا، فإن محمدا قد مات، ومن كان يعبد الله، فإن الله حي لا يموت

Artinya, “Kami diriwayatkan di dalam hadits shahih yang masyhur dalam khutbah Abu Bakar As-Shiddiq RA pada hari wafat Rasulullah SAW. Isi khuthbahnya, ‘Siapa yang menyembah Muhammad, sungguh Muhammad telah wafat. Siapa yang menyembah Allah, ketahuilah bahwa Allah zat yang hidup, takkan mati,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 264).

Selain itu, orang yang berpidato juga diminta mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dengan harapan masyarakat mendapatkan tokoh anutan yang baru. Orang yang berpidato dianjurkan untuk mengajak masyarakat untuk meneladani tokoh tersebut. Orang yang berpidato ada baiknya menasihati masyarakat dengan kalimat berikut ini:

عَلَيْكُمْ بِاتِّقَاءِ اللهِ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَالوَقَارِ وَالسَّكِيْنَةِ حَتَّى يَأْتِيَكُمْ أَمِيْرٌ

‘Alaikum bittiqâ’illâh wahdahû lâ syarîka lah, wal waqâri was sakînah hattâ ya’tiyakum amîrun fa innamâ ya’tîkumul ân.

Artinya, “Kalian wajib bertakwa kepada Allah yang maha esa, tiada sekutu baginya, dan wajib tenang dan tenteram sehingga datang pemimpin baru bagimu.”

Keterangan ini bisa didapat pada riwayat Imam Bukhari dan Shahih Muslim yang dikutip Imam An-Nawawi berikut ini:

وروينا في الصحيحين عن جرير بن عبد الله أنه يوم مات المغيرة بن شعبة وكان أميرا على البصرة والكوفة قام جرير فحمد الله تعالى وأثنى عليه وقال: عليكم باتقاء الله وحده لا شريك له، والوقار والسكينة حتى يأتيكم أمير فإنما يأتيكم الآن.

Artinya, “Kami diriwayatkan di dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdullah bahwa pada hari wafat penguasa Bashrah dan Kufah Al-Mughirah bin Syu‘bah, Jarir berdiri, berpidato yang diawali dengan tahmid dan memuji Allah, lalu berkata, ‘Kalian wajib bertakwa kepada Allah yang maha esa, tiada sekutu baginya, dan wajib tenang dan tenteram sehingga datang pemimpin baru bagimu. Sungguh, telah datang pemimpin baru kalian sekarang,’” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 264). Wallahu a’lam. (Alhafiz K)