Daerah

Wujudkan 'Malang Kota Toleran', Lakpesdam PCNU: Isu Keberagaman Harus Dirawat Bersama

Rab, 30 Desember 2020 | 21:30 WIB

Wujudkan 'Malang Kota Toleran', Lakpesdam PCNU: Isu Keberagaman Harus Dirawat Bersama

Ilustrasi keberagaman di Indonesia. (Dok. NU Online)

Malang, NU Online
Kemerdekaan Indonesia berhasil dicapai oleh para pahlawan yang berasal dari berbagai suku, budaya dan agama yang berbeda-beda. Berlandaskan hal tersebut, isu keberagaman harus dirawat bersama-sama. Sebab jika tidak, keberagaman bisa justru menjadi ancaman. 


Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Lakpesdam PCNU Kota Malang, Faishol Fatawi, saat memberi sambutan pada Diskusi Terfokus bertema Menyongsong 2021 Menuju Malang Kota Toleran, Selasa (29/12).


Diskusi terfokus yang dilaksanakan secara daring tersebut menghadirkan beberapa narasumber dari berbagai kelompok masyarakat, praktisi maupun ahli. Hadir pula sebagai pembicara utama di antaranya Walikota Malang H Sutiaji, Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika, dan Ketua FKUB Kota Malang HA Taufik Kusuma.


Walikota Malang, Sutiaji, dalam paparannya menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab munculnya konflik. Misalnya, sifat egosentris dan perbedaan pemahaman. Kota Malang juga memiliki persentase paling tinggi di Jawa Timur dalam hal intoleransi. 


Meski begitu, lanjut dia, Ketua DPRD Kota Malang yang berasal dari agama lain tetap bisa berjalan bersama dengan Walikota yang beragama Islam. 


“Semua bisa bekerja dengan baik jika semua kelompok bahu membahu bekerja bersama mewujudkan kota Malang  menjadi kota toleran,” paparnya lagi. 


Hal tersebut sejalan dengan yang disampaikan Ketua FKUB Kota Malang HA Taufik Kusuma. Baginya, upaya antisipasi perlu dilakukan bersama-sama.


“Bergerak bersama-sama agar harmonisasi di Kota Malang bisa terus kita tingkatkan,” tandasnya menutup sesi.

 

Kepentingan ekonomi
Ketua PCNU Kota Malang KH Isyroqunnajah menyampaikan, konflik-konflik yang dibungkus agama, seringkali motif di belakangnya adalah kepentingan ekonomi.


Selanjutnya, Mohammad Mahpur selaku nahkoda dari program menciptakan malang menuju Kota Toleran mempersilahkan Mohammad Anas memimpin jalannya diskusi terfokus.


Pemaparan dimulai dari perwakilan Penghayat Kepercayaan Jayusman yang mengungkapkan ketertiban anggotanya dalam hal inventaris.


“Secara administrasi kami sudah terakomdir, namun sekarang yang menjadi prioritas bagi kami adalah bagaimana agar kami diberi ruang untuk dapat tampil,” pungkasnya menutup pemaparan.


Selanjutnya perwakilan dari akademisi Dosen Psikologi Universitas Brawijaya Ilhamuddin Nukman menyampaikan analisnya terhadap Kota Malang menggunakan kacamata Psikologi.


“Malang sebenarnya adalah masyarakat toleran, maka jika ada intoleran di kota Malang, kemungkinan besar bukan ditiupkan dari kota Malang sendiri, melainkan dari luar Malang,” paparnya. 


Ketua PC GP Ansor Kota Malang Farih Sulaiman mengungkapkan, bahwa pemuda nantinya akan memiliki kontribusi dan pembawa pesan-pesan keagamaan.


“Maka, kami menghimbau agar pemuda dan masyarakat tidak mudah terprovokasi dengan konflik-konflik yang sebenarnya terjadi di daerah lain,” tambahnya menutup sesi.


Pantauan NU Online, seluruh gagasan-gagasan tersebut mendapat respons baik dari Ketua DPRD Kota Malang  I Made Riandiana Kartika. “Jika memang peraturan ini sesuai kebutuhan, ya monggo.  Pintu terbuka lebar, yang penting sinergi dan harmonisasi kita kedepankan dan kita capai bersama.”


Kontributor: Nila Zuhriah
Editor: Musthofa Asrori