Daerah

Wayang Santri Meriahkan Harlah Ansor dan Fatayat Tegal

NU Online  ·  Senin, 7 Mei 2018 | 04:00 WIB

Wayang Santri Meriahkan Harlah Ansor dan Fatayat Tegal

Ki Enthus Susmono dengan wayang santrinya

Tegal, NU Online
Peringatan Hari Lahir Gerakan Pemuda Ansor Ke-84 dan Hari Lahir Fatayat NU Ke-68 tingkat Kecamatan Jatinegara dimeriahkan dengan Pementasan wayang santri, Sabtu malam (5/5) di lapangan Desa Lembahsari Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal.

Ketua Pimpinan Anak Cabang Gerakan Pemuda (PAC GP) Ansor Kecamatan Jatinegara Abdul Aziz mengatakan, peringatan Harlah Ansor tahun ini dikemas berbeda dari tahun sebelumnya. Dimana tahun ini dimeriahkan dengan pagelaran wayang santri yang mendatangkan dalang kondang Ki Enthus Susmono.

"Acara Harlah diawali dengan tasyakuran pemotongan tumpeng oleh Pembina Banser H Sugeng diserahkan kepada Rais MWC NU Jatinegara KH Tasripin Salim," ujarnya kepada NU Online.

Menurut Aziz, pertunjukan wayang santri ini merupakan bentuk apresiasi GP Ansor terhadap seni budaya tradisional. 

"Pagelaran lakon wayang santri bagi GP Ansor bisa menjadi wadah penyampaian nilai yang mendidik sekaligus hiburan bagi para penonton," imbuhnya.

Sementara itu, pagelaran wayang santri yang menghadirkan dalang Kondang Ki Enthus Susmono mengambil lakon Semar Mendem.

Dalam cerita lakon tersebut, Ki Enthus Susmono menceritakan bahwa Rosulullah menyampaikan beberapa sebab perpecahan umat yang juga tertera dalam surat AlHujurat ayat 12 yang artinya Hai orang-orang yang beriman jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang," terang Ki Enthus lewat pentasnya.

Mantan Kasatkorcab Banser Tegal itu juga mengingatkan orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka. Karena sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa artinya, menjerumuskan kepada dosa.

"Jenis prasangka itu cukup banyak, antara lain ialah berburuk sangka kepada orang mukmin yang selalu berbuat baik. Orang-orang mukmin yang selalu berbuat baik itu cukup banyak, berbeda keadaannya dengan orang-orang fasik dari kalangan kaum muslimin, maka tiada dosa bila kita berburuk sangka terhadapnya menyangkut masalah keburukan yang tampak dari mereka," ulas Enthus.

Acara dihadiri Pengurus NU dan Badan Otonom NU (Muslimat, Fatayat, Ansor, IPNU IPPNU) tingkat Kecamatan dan ranting serta Warga Nahdliyin se Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal. (Nurkhasan/Muiz)