Daerah

Warga NU Tegal Masih Dirundung Duka

NU Online  ·  Jumat, 21 Mei 2010 | 02:10 WIB

Tegal, NU Online
Warga NU Kabupaten Tegal dirundung duka setelah KH. Abdullah Jamil pengasuh pondok pesantren Hasyim Asy'ari Tarub Kab. Tegal yang juga Wakil Rois Syuriah PC. NU Kabupaten Tegal dinyatakan wafat .

Kiai Jamil, sebutan akrab kiai Abdullah Jamil meninggal dunia setelah berjuang melawan penyakit komlikasi yang menderanya. Sesuai catatan rumah sakit meninggalnya kiai Abdullah Jamil pada hari selasa. 18 Mei 2010 pukul. 02.00 WIB.<>

Dalam upacara penglepasan jenazah di Aula Pondok pesantren Hasyim Asy'ari, juru bicara Keluarga KH. Hasanudin Kriyani yang juga pengasuh Pesantren Buntet menyampaikan permohonan maafnya kepada warga Nahliyin se Kabupaten Tegal, beliau juga mengucapkan terima kasih kepada Pihak rumah sakit (RS) Kardinal Tegal, yang telah merawatnya kurang lebih selama satu pekan.

Kepala Kantor Depatemen Agama Kabupaten Tegal, melalui Kepala Seksi Penamas H. Nurotib, M.Pd., mengatakan perjuangan kiai Abdullah Jamil untuk memperjuangkan Islam di Kabupaten Tegal begitu besar jasanya, terlebih dengan berdirinya beberapa lembaga pendidikan dibawah naungannya seperti SMP, MTs, MA dan SMK.

"Ini menunjukan pilar perjuangan yang berorientasi untuk masa depan yang sangat gemilang, besar harapan kami salah satu dari keluarga sanggup untuk meneruskan perjuangan yang pernah dipikulnya," katanya

Rois Syuriah PC. NU Kabupaten Tegal KH. Hambali Utsman menuturkan, dari sekian banyak yang merasa kehilangan yang paling merasakan berat ditinggal adalah NU, kerena beliau telah terbukti membesarkan NU dari tingkat Ranting sampai tingkat kabupaten. "Ini bukan hal yang mudah karena butuh proses yang sangat luar biasa kalau tidak dengan sungguh-sungguh," tuturnya

Sementara Wakil Bupati Kabupaten Tegal H. Heri Sulistiyawan, M.Hum, langsung menyampaikan belasungkawanya, bahkan ia tidak menyangka bahwa almarhum akan secepat itu meninggal, karena menurutnya beberapa waktu yang lalu tepatnya Rabu (12/5) sempat bersama-sama menemui tamu dari Maroko, Pak Heri pun panggilan akrab wakil bupati Tegal meminta maaf apabila pemerintah daerah belum maksimal dalam memberikan sumbangsih kepada almarhum.

Ribuan takziyin berbondong-bondong mengadiri pemakamanya, bukan hanya dari kalangan nahdliyin tetapi seluruh lapisan masyarakat, termasuk juga para Habaib, pimpinan pesantren, dan dari unsur pemerintahan, bahkan mereka saling berebut keranda yang membawanya, perjalanan sepanjang 1 kilo meter lebih yang membawanya ketempat pemekaman terasa kekejap.

Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Luwungragi Brebes KH. Subhan Ma'mun dalam tausiyahnya menuturkan , kaia Abdullah Jamil merupakan orang yang menanamkan sunah rosul melaui pondok pesantren. Beliau juga menyitir surat yasin ayat 12 yang artinya, "Sesungguhnya kami menghidupkan orang-orang yang mati dan kami mencatat apa yang mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu telah kami kumpulkan dalam induk yang nyata."

"Melihat ayat tersebut merupakan pertanda baik bagi kiai Jamil untuk meningglkan kita semua, dan mudah-mudahan anak-anaknya nanti akan terus menuruskan perjungannya, karena ilmu orang tua akan menetes kepada anak-anaknya," tuturnya.

Jenazah almarhum disemayamkan dimakam keluarga di Desa Dukuhjati, disandingkan dengan sederet makam keluarga, kiai Abdullah Jamil meninggal pada usia 58 tahun dengan meninggalkan tiga putra dan dua putri dari Hj Farkhiyah.

Semasa hidupnya, kiai Abdullah Jamil dikenal sangat dekat dengan santri-santrinya dan memiliki sikap tawadu' kepada siapaun. Menjelang penguburanya Talqin dan doa disampaikan oleh Habib Mukhsin . (miz)