Jember, NU Online
Selesainya pemilihan Gubernur Jawa Timur diharapkan menjadi akhir dari ketegangan antarpendukung dua pasangan calon (paslon) dalam kontestasi politik 5 tahunan tersebut. Sebab sudah tidak ada relevansinya jika ketegangan itu masih dipelihara.
Harapan ini disampaikan Katib Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama Jember, Kiai MN Harisudin kepada NU Online, Rabu (27/6). Hal tersebut menanggapi hasil hitung cepat yang memenangkan Khofifah-Emil.
Menurut kandidat guru besar di IAIN Jember ini, yang harus disadari bahwa dalam pertarungan apapun, menang dan kalah adalah hal biasa. Sehingga tidak selayaknya hasil akhir dari pertarungan itu menjadi sekat yang menghalangi membaurnya kedua pendukung paslon.
“Kita harus rukun kembali, dan marilah kita fokus untuk program-program NU,” katanya di kantor PCNU Jember.
Diakui atau tidak, dalam beberapa bulan terakhir ini terjadi polarisasi dukungan mengiringi munculnya palson Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti dalam bursa pemilihan Gubernur Jawa Timur. Polarisasi tersebut tentu berimbas pada munculnya ketegangan antara dua pendukug paslon yang melibatkan pengurus dan tokoh NU. Bahkan masing-masing pendukung, tak sekadar fanatik terhadap paslon, tapi sampai membawa nama kiai yang menjadi rujukan setiap paslon.
“Ini bukti bahwa syahwat politik warga NU memang tak pernah surut,” ujar Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Lembaga Ta'lif wan Nasyr NU Jatim ini.
Oleh karena itu, selesainya coblosan diharapkan menjadi momentum untuk bersatu antarpendukung guna berkhidmat lebih dalam lagi pada NU. Sebab masih banyak tantangan NU yang perlu ditangani dengan lebih serius, misalnya soal merebaknya Wahabi, radikalisme dan sebagainya.
“Mulai saat ini, kita fokus kembali. Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama, kepengurusan ranting dan Banom juga,” tegasnya. (Aryudi Abdul Razaq/Ibnu Nawawi)