Daerah

Unusida Bekali Mahasiswa Amaliah Aswaja dan Nilai Pancasila

Sen, 15 Februari 2021 | 10:30 WIB

Unusida Bekali Mahasiswa Amaliah Aswaja dan Nilai Pancasila

Nilai Pancasila selalu diberikan di kampus Unusida. (Foto: NU Online/M Kholidun)

Sidoarjo, NU Online

Upaya menangkal paham radikal di lingkungan kampus gencar dilakukan oleh Univesitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo (Unusida), Jawa Timur. Salah satunya adalah membekali mahasiswa dengan amaliah Aswaja an-Nahdliyah dan nilai Pancasila, agar dapat membendung adanya gerakan radikal tersebut. Sehingga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tetap utuh dan tidak mudah dirongrong oleh kelompok yang tidak bertanggung jawab.

 

Rektor Unusida, Fatkhul Anam mengatakan, mahasiswa adalah agen perubahan. Di mana mereka mempunyai kesempatan paling besar untuk melakukan lompatan atau menghasilkan sebuah karya baik. Bisa berupa konten broadcast, film pendek dan lain sebagainya yang dapat mengimplementasikan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

 

“Saat ini media sosial dibanjiri kabar hoaks. Sehingga peran besar mahasiswa sangat diperlukan untuk mewujudkan Pancasila di rumah kita, dan hasilnya bisa ditularkan kepada masyarakat luas,” kata Anam kepada NU Online, Senin (15/2).

 

Unusida juga menjalin kerja sama dengan anggota DPR RI, Willy Aditya untuk terus mensosialisasikan empat pilar di antaranya, Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bineka Tunggal Ika, yang juga dilakukan di kampus setempat. Pesertanya adalah puluhan mahasiswa Unusida dan mahasiswa dari sejumlah kampus yang ada di Sidoarjo.

 

“Harapan kita bersama, dengan memanfaatkan media sosial mahasiswa bisa mempunyai karya dan bisa mengimplementasikan nilai Pancasila dan disampaikan kepada masyarakat di lingkungannya masing-masing,” jelasnya.

 

Tak hanya itu, dengan memanfaatkan media sosial, mahasiswa juga diharapkan dapat melawan kabar bohong yang kerap membanjiri jagat maya. Sehingga masyarakat luas tidak terprovokasi oleh isu yang memecah belah bangsa Indonesia.

 

Sejalan dengan Unusida, anggota DPR RI, Willy Aditya mengatakan, upaya menangkal adanya gerakan radikal yakni dengan melakukan pendekatan dengan kelompok yang tidak sepaham dengan Pancasila.

 

“Kampus menjadi aktor penting dalam membangun sebuah narasi. Apalagi narasi yang kami hadirkan adalah Pancasila di rumahku. Hal seperti itu harus didrive oleh beberapa skill. Jadi konsep ini saya implementasikan dalam workshop penulisan dan videografi. Sehingga setiap Pancasila di rumahku agar dapat mengolek narasi keseharian Pancasila,” kata Willy.

 

Dirinya menjelaskan, dengan adanya narasi yang sumbang dan negatif itu akan berperang dengan narasi yang baik. Dan saat ini tengah gencar ia lakukan untuk menangkal paham anti radikal.

 

Dijelaskannya bahwa perang narasi ini yang menjadikan seseorang berkreasi dan tidak melulu berada di zona nyaman. Hal itu yang harus dilihat, dan modal utamanya adalah dialog. Karenanya ruang dialog dan membangun narasi yang baik harus dilakukan. Dengan demikian bisa mengajak kelompok yang anti Pancasila.

 

"Jadi pendekatan yang paling fundamental adalah menjadikan Pancasila sebagai gerakan yakni gerakan kemanusiaan, kebudayaan dan membangun kesejahteraan itulah yang paling pokok,” pungkasnya.

 

Kontributor: Mohammad Kholidun

Editor: Ibnu Nawawi.