Daerah

Unik, Plakat Wisuda Tahfiz Pesantren ini Resmi Terdaftar di HKI

Kam, 11 Agustus 2022 | 13:00 WIB

Unik, Plakat Wisuda Tahfiz Pesantren ini Resmi Terdaftar di HKI

Ini gambar plakat wisuda yang unik milik Pesantren Al-Husna, Pringsewu, Lampung

Pringsewu, NU Online

Dalam setiap wisuda lembaga pendidikan termasuk pesantren, biasanya para santri yang lulus mendapatkan sebuah plakat sebagai tanda kelulusan. Berbagai jenis plakat dibuat oleh pesantren dengan berbagai bahan dan desain. Namun plakat desain yang dibuat oleh Pesantren Al Husna Pringsewu, Lampung, ini sangat unik. Plakat ini sudah terdaftar pada Hak Kekayaan Intelektual (HKI) nomor 000367771 agar tidak diplagiasi oleh siapapun.


Keunikan plakat ini terlihat dari desain yang didominasi dengan huruf ‘ba’ sebagai penyangga bagian atas dan bawah plakat. Kepada NU Online, Kamis (11/8/2022), Pengasuh Pesantren Al Husna KH Abdul Hamid menjelaskan bahwa plakat ini diberikan kepada para lulusan yang telah menghafal Al-Qur’an 30 juz.


Huruf “Ba” dalam plakat tersebut memiliki penjelasan dan makna filosofis yakni pertama: huruf Ba' merupakan huruf pertama kali yang ditulis dan diucapkan dalam ayat al-Qur'an. Syekh Sayid Bakri al-Makki bin Sayid Muhammad Syatha ad-Dimyati menjelaskan dalam kitabnya Kifayah al-Atqiya wa Minhaj al-Asyfiya bahwa ilmu Allah itu terkandung dalam huruf “Ba”.


وَقَالُوْا اَوْدَعَ اللهُ جَمِيْعَ الْعُلُوْمِ فِي الْبَاءِ أَيْ بِيْ كَانَ مَا كَانَ وَبِيْ يَكُوْنُ مَايَكُوْنُ فَوُجُوْدُ الْعَوَالِمِ بِيْ


Artinya: “Ulama ahli tasawuf mengatakan, ‘Allah menitipkan seluruh ilmunya pada huruf Ba, yaitu karena kekuasaan-Ku (bî) wujudlah segala sesuatu yang telah ada, karena kekuasaan-Ku pula terwujud sesuatu yang akan ada, dan adanya alam semesta adalah atas kekuasaan-Ku.”


Kedua lanjutnya, huruf ‘Ba’ adalah huruf yang pertama kali diucapkan oleh manusia. Syekh Sayid Bakari al-Makki menambahkan bahwa ‘Ba' merupakan huruf bibir. Melafalkannya menjadi sebab terbukanya mulut. 


Awal terbukanya mulut manusia adalah ketika mengucapkan kesaksian bahwa Allah adalah Tuhannya, yaitu pada kata بلى sebagai bentuk kesaksian bahwa Allah adalah satu-satunya sesembahan, pencipta, dan penguasa alam semesta. Hal ini termaktub dalam surat Al-A'raf ayat 172:


قَالُوا۟ بَلَىٰ ۛ شَهِدْنَآ ۛ أَن تَقُولُوا۟ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَٰذَا غَٰفِلِينَ


Artinya: “Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)."


Ketiga, huruf ‘Ba' dalam awal ayat Basmalah selamanya dibaca kasrah. Dalam bahasa Arab disebut dengan huruf jar/ kasrah. Kata al-Jaru dalam buku M. Kholilur Rahman Lantunan Bait Sentuhan Ruh diartikan dengan rendah hati atau tawadhu. 


“Maksudnya, seorang santri walaupun sudah hafal Al-Qur'an 30 Juz tetap harus rendah hati, Tawadhu' jika hal itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMINU) Kabupaten Pringsewu ini.


Keempat, huruf ‘Ba' berbentuk seperti perahu yang dalam bahasa lain disebut dengan bak (wadah). “Seorang santri harus mampu menampung semua lapisan masyarakat dari semua golongan, suku, budaya, bahasa, latar belakang yang berbeda-beda, namun tujuannya tetap satu, yaitu satu titik di huruf ‘Ba', Allah swt,” imbuhnya.


Kiai Hamid mengibaratkan matahari yang tidak membeda-bedakan siapa yang mau disinari. Entah itu Muslim atau non-Muslim, ahli ibadah atau durhaka, semuanya diberi cahaya oleh matahari. “Harusnya seorang santri meniru layaknya Matahari,” katanya.


Pesantren Tahfizh Qur'an Al Husna berdiri dari tahun 2016 dan telah menfokuskan diri pada program Menghafal Al-Qur'an" dengan tetap menjalankan kajian kitab kuning.


Sejak berdiri dari tahun 2016, Pondok Pesantren yang berada di Bukit Rajawali Desa Podomoro ini sudah ke-4 kalinya mewisuda santri-santrinya yang sudah menyelesaikan hafalan al-Qur'annya 30 Juz.

 

Pada tahun 2022 ini ada sekira 40 santri hafizh-hafizhah lulusan pesantren tahfidz ini. Bukan hanya dari Lampung, para santri juga berasal dari luar Lampung di antaranya dari Sumatera Barat, Jambi, Palembang, Indramayu, Yogjakarta, jawa Timur dan Banjarmasin, Kalimantan Selatan.


Pewarta: Muhammad Faizin

Editor: Alhafiz Kurniawan