Karanganyar, NU Online
Wiwit merupakan tradisi khas masyarakat Jawa yang tinggal di daerah pedesaan dan erat kaitannya dengan dunia pertanian. Tradisi Wiwit biasa digelar para petani sebelum kegiatan panen padi di sawah. Kata “Wiwit” sendiri secara bahasa Jawa berarti memulai.
<>
Salah satu warga Mojogedang kabupaten Karanganyar Ngatmi menuturkan, Wiwit merupakan tradisi turun-temurun yang biasa dilakukan masyarakat setempat sebelum memanen padi. “Jadi dalam prosesi Wiwit itu kita ke sawah yang akan mulai dipanen dengan membawa Ubo rampe berupa nasi tumpeng, urap atau kluban, ayam bakar, pelas, telur, tempe tahu goreng, dan peyek.”
Makanan itu kemudian dibagi-bagikan kepada orang-orang yang berada di sawah dalam bungkus daun pisang dan daun jati, ujar Ngatmi kepada NU Online, Rabu (6/8).
Makna dari tradisi Wiwit sendiri sejatinya adalah panjatan doa dan ungkapan syukur atas limpahan hasil panen dari Yang Maha Kuasa. Tapi dari kacamata yang berbeda, tradisi Wiwit sesungguhnya juga bisa dimaknai sebagai sarana atau media terjalinnya interaksi sosial di antara para petani serta hubungan keselarasan antara petani pemilik lahan dengan alam.
Selain itu, tradisi ini juga membuat hubungan para petani semakin dekat karena mereka makan bersama dan menikmati makanan yang dipakai dalam tradisi ini. (Ahmad Rosyidi/Alhafiz K)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Menggali Hikmah Ibadah Haji dan Kurban
2
Khutbah Jumat: Menggapai Pahala Haji Meskipun Belum Berkesempatan ke Tanah Suci
3
Amalan Penting di Permulaan Bulan Dzulhijjah, Mulai Perbanyak Dzikir hingga Puasa
4
Keistimewaan Bulan Dzulhijjah dan Hari Spesial di Dalamnya
5
Khutbah Jumat: Persahabatan Sejati, Jalan Keselamatan Dunia dan Akhirat
6
Kelola NU Laksana Pemerintahan, PBNU Luncurkan Aplikasi Digdaya Kepengurusan
Terkini
Lihat Semua