Brebes, NU Online
Melihat keramaian pasar sekilas tidak ada yang istimewa. Tetapi melihat membludaknya para pengunjung pasar beserta para penjualnya setiap menjelang Idul Fitri atau lebaran tiba menjadi fenomena dan kebiasaan menarik.
Masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang berjumlah 17 kecamatan ini secara umum menamakan tradisi ramai-ramai ke pasar tersebut dengan istilah ‘Prepegan’. Istilah 'Prepegan' ini merujuk pada makna berbondong-bondong ke sebuah tempat dengan tujuan tertentu.
Dalam konteks menjelang Idul Fitri, masyarakat ramai-ramai belanja kebutuhan pokok menyambut malam takbiran dan silaturrahim di pagi harinya. Mereka tidak mungkin mencari kebutuhan-kebutuhan pokok apapun karena seluruh aktivitas pasar maupun toko semua tutup karena merayakan lebaran.
Salah satu alasan itulah yang membuat masyarakat berbondong-bondong mencukupi kebutuhan hingga pasca lebaran. Peluang ini ditangkap oleh para penjual kebutuhan pokok di pasar sehingga selain para pembeli, penjual pun membludak karena ramai-ramai membuka lapak dagangannya.
NU Online sempat menelusuri ‘Prepegan’ di salah satu pasar di Desa Bangbayang, Kecamatan Bantarkawung, Brebes, Sabtu (24/6) pagi. Padatnya pasar hingga meluber ke sebagian jalan menimbulkan tersendatnya lalu lintas di jalan pasar tersebut.
Ada 10 Anggota Pramuka dari SMK Ma’arif Bantarkwung yang turut membantu masyarakat mengurai kemacetan. Mereka berdiri berjajar tepat di marka jalan yang ada di tengah dengan membawa bendera semaphore berwarna kuning dan merah serta pluit.
Menurut penuturan salah satu anggota Pramuka bernama Lia yang turut terjun ke tengah jalan, aktivitas ‘Prepegan’ yang sudah menjadi tradisi masyarakat di Pasar Desa Bangbayang membuat personil Pramuka SMK Ma’arif Bantarkawung menyusun program tahunan untuk membantu warga mengurai kemacetan.
“Setiap tahun kita terjun ke lapangan untuk mengurai kemacetan,” ujar Lia sambil beraktivitas menertibkan jalan. Masyarakat merasa terbantu dengan hadirnya adik-adik Pramuka dalam mengatur lalu lintas yang begitu padat.
Kelangkaan gas
Menjelang lebaran, tradisi ‘Prepegan’ turut berdampak pada perputaran ekonomi yang naik pesat. Pantauan NU Online, barang-barang yang banyak dicari dalam tradisi ini antara lain daging ayam, janur maupun ketupat yang siap isi, sayuran, rempah-rempah, dan gas untuk kebutuhan memasak.
Namun, kebutuhan gas LPG 3 kilogram sangat langka setiap momen menjelang lebaran. Hal ini turut menghambat masyarakat dalam menyiapkan hidangan lebaran karena kelangkaan gas yang akhirnya tidak bisa memasak.
Mayoritas pembeli menggunakan kendaraan motor menuju ke pasar. Tidak sedikit terlihat motor yang membawa tabung gas kosong. Mereka mencari keberadaan gas di setiap lapak dan toko, hasilnya nihil.
“Bingung harus cari ke mana lagi,” ucap pengunjung pasar bernama Suratno tampak frustrasi di tas motornya dengan menenteng tabung gas kosong.
Kelangkaan gas ini menjadi keprihatinan mayoritas warga menjelang lebaran. Karena menurut mereka, justru banyak agen-agen nakal yang sengaja menimbun gas agar bisa dijual berlipat-lipat pasca lebaran.
Di tengah krisis gas, masyarakat tetap bergembira menyambut hari raya Idul Fitri dengan melestarikan tradisi ‘Prepegan’ ini. Bahkan ada yang sampai berbelanja kebutuhan pokok hingga satu mobil pick-up. (Fathoni)