Daerah

Tolak Tambang Kendeng, Warga Tegaldowo Berkemah 2 Tahun

NU Online  ·  Kamis, 21 Juli 2016 | 05:01 WIB

Rembang, NU Online
Dalam upaya penyelamatan sumber mata air yang ada di Gunung Kendeng Desa Tegaldowo Kecamatan Gunem, Rembang, Jawa Tengah, hingga saat ini warga masih mendirikan kemah sebagai wujud penolakan penambangan Gunung Kendeng sebagai bahan baku pembuatan semen, yang disinyalir dipenuhi dengan tipu daya dan merugikan masyarakat. 

Sebut saja Sulasmi (39) warga Dukuh Suntri Desa Tegaldowo dilokasi perkemahan warga menjelaskan, jika sudah 27 bulan dirinya bersama warga yang lain berkemah di jalan masuk menuju lokasi pabrik semen. Pada Lebaran kemarin, ia bersama ratusan warga yang lain menggelar salat idul fitri di tempat perkemahan, sebagai mana lebaran 2014-205 yang digelar ditempat yang sama.

"Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya kita menggelar salat di jalan depan ini lomas, seperti lebaran dua tahun sebelumnya. Kita disini 27 bulan, tepatnya tiga kali kita berlebaran disini,” terangnya, Rabu (20/7).

Sulasmi beranggapan jika pembelian lahan dipenuhi dengan rekayasa. Ia menambahkan jika gunung kendeng dihabiskan entah apa yang terjadi pada anak cucunya kelak.

"Dulu sebelum ada mata air di Gunung Kendeng warga Tegaldowo pernah mengalami kekeringan yang panjang. Untuk kebutuhan air sehari-hari, warga harus menempuh jarak puluhan kilometer di desa tetangga. Kok sekarang dengan mudahnya sumber air mau dimusnahkan,” ucapnya.

Sulastri menceritakan, jika Kecamatan Gunem kususnya Tegaldowo merupakan kawasan subur dengan hasil bumi yang melimpah. Jagung, padi, sayuran, dan buah-buahan tumbuh subur di kawasan pegunungan ini.

Dalam perbincangan dengan warga di bumi perkemahan, NU Online disuguhhi dengan aneka masakan daerah seperti nasi jagung, dan nasi beras beserta lalapan sambel terong dan sayur asem yang pedasnya luar biasa. Dikarenakan bahan baku semua masakan warga merupakan hasil bumi dan kekayaan alam yang hingga saat ini masih dapat dirasakan warga sekitar.

Melalui Sulastri, warga sangat menyayangkan hasil putusan PTUN yang memenangkan pihak penambang. Ia menyampaikan kekecewaannya bersama warga yang lain dengan bermunajat kepada Allah SWT.

"Saya hanya wong tani mas, masak kita diajak berbicara masalah Amdal, ya jelas kita tidak ngeryti, tidak tau. Kalau kita ditanya berapa hasil panen jagung kemari ya saya tahu, sepuluh juta tiap kali panen. Kalau saya ditanya kamu punya aret, pacul ya saya bisa jawab,” tuturnya. (Ahmad Asmu'i/Fathoni)