Daerah

Terendam Banjir, Warga Ulu Gedong Tetap Berangkat Tarawih dengan Perahu Kayu

Jum, 22 Maret 2024 | 22:26 WIB

Terendam Banjir, Warga Ulu Gedong Tetap Berangkat Tarawih dengan Perahu Kayu

Warga Ulu Gedong menggunakan perahu untuk melaksanakan shalat Tarawih (Foto: Dok. Pribadi)

Jambi, NU Online
Warga Kelurahan Ulu Gedong, Kecamatan Danau Teluk, Kota Jambi berangkat tarawih ke Masjid Riyadul Abidin menggunakan perahu kayu. 


Mereka terpaksa menaiki perahu karena sungai Batanghari merendam pemukiman dan jalan darat. Perahu yang mereka gunakan berukuran kecil yang hanya bisa dinaiki maksimal tiga orang. 


Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun berangkat tarawih naik perahu kayu. Kemudian perahu tersebut diparkirkan di depan masjid yang juga masih tergenang air. Kebetulan posisi masjid lebih tinggi sehingga lantainya tak tergenang air.


Menurut warga sekitar, Hafidzoh, banjir di daerahnya sudah terjadi sejak Januari 2024. Bahkan, ketika di tempat tinggalnya tidak hujan, air tetap naik ketika ada hujan di hulu sungai Baranghari.


Banjir terjadi sejak Januari 2024 dampak curah hujan yang tinggi. Banjir sekarang sudah jarang. Kalau dulu hampir setiap tahun, jelasnya ke NU Online, Jumat (22/3/2024).


Menurutnya, banjir kali ini termasuk parah dan berlangsung lama, hingga tiga bulan. Akibatnya transportasi darat terputus. Kendaraan pribadi seperti sepeda motor dan mobil harus dibawa ke daerah lain yang lebih tinggi.


Selain itu, aktivitas di kebun dan sawah juga terganggu karena tergenang air. Untungnya sebagian besar rumah penduduk dibangun dengan model panggung. Namun, tetap terdampak pada mata pencarian dan cocok tanam.
 

“Dulu pernah banjir juga, tapi tidak selama yang sekarang, ini hampir 3 bulan. Saat banjir agak terganggu, karena transportasi susah, kendaraan roda 2 dan 4 harus dititip di tetangga yang di pinggir jalan aspal, di masjid dan tinggi. Yang berkebun dan bersawah jadi susah," imbuhnya.


Hal serupa disampaikan Zarwan Abizar, banjir yang terjadi kali memang lebih besar dari biasanya. Bahkan sepuluh tahun terakhir, awal tahun 2024 ini masuk dalam kategori dampak terbesarnya.


“Kalau banjir hampir setiap tahun, tapi kalau yang lama dan besar ya baru tahun ini, setelah 10 tahun yang lalu,” katanya.


Dikatakannya, hingga saat ini belum ada solusi yang konkret yang ditawarkan pemerintah pusat maupun daerah. Oleh karena itu, masyarakat berinisiatif mempersiapkan perahu kecil ketika terjadi banjir. Hampir setiap rumah memiliki perahu kayu.


"Sampai saat ini belum ada solusinya karena kalau sungai Batanghari sudah meluap pasti daerah sini banjir sebab ini dataran rendah. Makanya masyarakat sudah mempersiapkan perahunya sendiri,"dia.


Namun, Abizar menambahkan, di balik bencana banjir yang merendam pemukiman warga, ada hikmah lain yaitu melimpahnya ikan sungai. Ketika terjadi banjir, ikan-ikan yang ada di sungai naik ke pemukiman warga untuk mencari makan.


Melihat ikan-ikan yang banyak, warga pun senang memasang perangkap ikan. Ada yang menggunakan jaring, jala, hingga nyerok ikan. Peristiwa ini membuat masyarakat terhibur di tengah-tengah bencana alam banjir.


“Ada hikmahnya, ketika air mulai surut setelah banjir, masyarakat mendapat rezeki dengan mudiknya ikan. Jadi ketika air mulai surut masyarat berbondong-bondong menjaring, menjala, menangkul, dan nyerok ikan,” tandasnya.