Daerah

Terbiasa Disiplin, Santri Bisa Jadi Tentara

NU Online  ·  Kamis, 11 Juli 2019 | 15:30 WIB

Terbiasa Disiplin, Santri Bisa Jadi Tentara

Heri (dua dari kiri) santri yang jdi tentara

Subang, NU Online
Lulusan pesantren tidak semuanya akan menjadi ustadz atau kiai, seleksi alam akan membawa santri masuk ke dalam berbagai profesi yang berbeda, satu di antaranya di bidang militer, bahkan santri sangat berpotensi berkarir di dunia militer karena kebiasaan disiplin sudah diterapkan di pesantren.

"Alhamdulillah saat Heri (santrinya yang jadi TNI) ikut seleksi dan latihan di TNI, tadi dia bilang tidak terlalu kaget dan dianggap sudah biasa karena kebiasaan disiplin ketika mondok disini," ungkap Kiai Musyfiq.

Demikian disampaikan Pengasuh Pesantren Attawazun Kalijati Subang, Jawa Barat KH Musyfiq Amrullah saat menerima kunjungan alumni pesantrennya yang saat ini menjadi anggota TNI dan berdinas di Kota Palu, Sulawesi Tengah pada Rabu (10/7).

Dijelaskan, santri punya nilai lebih ketika mengikuti seleksi militer baik di institusi TNI maupun Polri karena santri memiliki nilai religius yang memang pada dasarnya tujuan utama santri adalah tafaqquh fiddin (memahami dan mendalami ilmu-ilmu agama).

"Peran santri yang notabene disiapkan untuk penerus ulama, kini santri bisa hadir dan dibutuhkan di berbagai kelompok profesional akibat tuntutan zaman, termasuk dalam segmen militer," tandas mantan Ketua PCNU Subang dua periode itu.

Karena, kata dia, santri dipandang sudah terbiasa dalam menjalani kehidupan yang disiplin, berkarakter, dan mandiri. Maka wajar kalau dunia militer membutuhkan sosok santri masuk dalam komunitasnya.

Di semua pesantren, tambah Wakil Katib PWNU Jawa Barat itu, para santri dilatih disiplin mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi, kebiasaan disiplin inilah yang akan membentuk karakter dan potensi santri yang akan menjadi bekal hidupnya di masa depan.

"Sebenarnya setiap manusia itu punya potensi di berbagai bidang, tinggal bagaimana para orangtua mengetahui dan memoles potensi anaknya itu," ungkapnya.

Lebih lanjut Kiai Musyfiq mengutip salah satu Hadits Nabi yang menyatakan bahwa semua manusia dilahirkan dalam keadaan 'fitrah' yang ditafsirkan sebagai lingkungan dan potensi sehingga orangtua ditantang untuk menggali dan memoles potensi tersebut agar bisa berkilau sebagaimana batu berangkal yang diolah dan dipoles jadi batu akik yang punya karakter dan nilai.

"Fitrah ada juga yang mengartikannya sesuatu yang kosong, sehingga bisa dibentuk apapun oleh lingkungannya, tapi sebagian lagi ada juga yang mengartikannya adalah potensi," ujarnya.

Potensi ini, lanjut dia, diberikan oleh Allah sebagaimana disebutkan dalam surat At-Tin fi ahsani taqwim, namun demikian potensi ini akan terbenam dan tidak akan muncul jika dibiarkan begitu saja karena tidak ada yang menggali dan memolesnya. 

"Jika orangtua belum berhasil mengetahui potensi dan karakter anaknya, masukkanlah ke pesantren Insyaallah seiring berjalannya waktu potensi anak tersebut akan terlihat," tutupnya. (Aiz Luthfi/Muiz)