Daerah

Tarik Ulur Makam Sunan Bonang, Antara Rembang, Tuban, dan Bawean

Ahad, 26 Juli 2015 | 09:01 WIB

Rembang, NU Online  
Maulana Makdum Ibrahim, seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa di pesisir timur pantai utara yang biasa dikenal dengan nama Sunan Bonang. Disalah satu perbukitan di di tepi laut jalan pantura Rembang-Jawa Timur pernah menjadi sejarah pernah singgahnya seorang salah satu tokoh Walisongo atau sekarang dikenal dengan Desa Bonang Kecamatan Lasem Rembang Jawa Tengah.
<>
Menurut sejarah, Sunan Bonang dianggap mempunyai beberapa pusara atau makam, yaitu di Desa Bonang Rembang, Sunan Bonang di Tuban atau Pulau Bawean. Semua tempat yang menjadi pusara dan pernah disinggahi Sunan Bonang semua membawa berkah bagi masyarakat sekitar karena sering diziarahi dan menjadi wisata religi.

Di Desa Bonang sendiri menjadi pusat ziarah, dan juga mempunyai hari-hari penting tertentu yang menjadi hari besar untuk memperingati wafatnya Suanan Bonang, seperti pusara Sunan Bonang yang ada di Tuban dan Pulau Bawean. 

Berbagai macam peninggalan dan tempat petilasan Sunan pun masih dapat dilihat dan dijumpai di Desa Bonang ini, seperti Omah Gede (Rumah Besar) yang sekarang digunakan sebagai masjid karena sering digunakan untuk menjalankan shalat. Selain itu, ada bende becak atau disebut juga dengan bende Bonang yaitu sebuah gamelan milik Sunan Bonang yang digunakan sebagai media dakwah dalam menyebarkan agama Islam. Karena masih dijaga kelestariaannya.

Selain itu ada juga sebuah tempat yang menjadi petilasan yang biasa masyarakat sekitar menyebutnya dengan pasujudan. Konon menurut riwayat, tempat yang terletak di atas bukit di tepi jalan pantura itu menjadi tempat Sunan Bonang dalam bermunajat kepada Allah SWT, dalam menyebarkan agama Islam.

Di pasujudan inilah banyak orang dari berbagai derah meniru jejak Sunan Bonang untuk bermunajat kepada sang pencipta agar dimudahkan dari berbagai masalah dan juga masih banyak yang lainnya.

Desa Bonang sering disinggahi para peziarah yang ingin bertafakur di petilasan Sunan Bonang karena mereka yakin pusara Sunan Bonang berada di Desa Bonang Rembang. Selain untuk tirakat mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak dzikir, membaca Al-Qur'an dan shalat tahajud. Banyak diantara mereka yang ingin beraktifitas hanya sekedar membersihkan area makam Sunan Bonang  dalam beberapa hari, entah mereka ngalap berkah, atau membawa motif yang lain.

Ahmad Luthfi Haqim, selaku wakil juru kunci pesarean Sunan Bonang menjelaskan semua tamu yang ingin bertafakur mayoritas berasal dari luar daerah, bahkan terkadang dari luar Jawa. Ia juga menjelaskan bukan hanya masyarakat Bonang saja yang meyakini bahwa pusara makam Sunan Bonang terletak di desa Bonang, meski tidak terdapat nisan sebagai bukti sejarah. 

Di sebidang tanah rata, di atasnya banyak tanaman kembang melati ini diyakini sebagai makam Sunan Bonang. Terlepas dari tarik ulur antara makam Sunan Bonang di Tuban atau Pulau Bawean, tiap kali berada di pesarean Bonang, hatinya sangat tenang. Hawanya juga sarat dengan nuansa kedamaian.

Ada sejumlah syarat yang harus dipenuhi bagi para peziarah yang ingin menginap bertafakkur di Makam Sunan Bonang, menyerahkan identitas KTP kepada pengurus yayasan Sunan Bonang, mereka juga harus menghindari kemusyrikan. Apalagi Sunan Bonang sama sekali tidak pernah mengajarkan, serta melarang hal itu. (Ahmad Asmu'i/Mukafi Niam)