Daerah

Takbir Keliling Ramah Lingkungan, Warga Pati Membuat Replika Masjid dari Botol Plastik Bekas

Kam, 11 April 2024 | 12:07 WIB

Takbir Keliling Ramah Lingkungan, Warga Pati Membuat Replika Masjid dari Botol Plastik Bekas

Replika masjid dari botol-botol bekas. (Foto: dok. warga Pekalongan, Winong, Pati)

Pati, NU Online

Takbiran keliling merupakan tradisi turun-temurun yang dijalankan umat Islam di berbagai daerah di Indonesia pada malam 1 Syawal. Namun ada yang tak biasa dari penampakan takbir keliling di Desa Pekalongan, Kecamatan Winong, Pati, Jawa Tengah. Salah satu yang menarik, peserta takbiran keliling tersebut menampilkan replika masjid yang terbuat botol-botol bekas.


Ketua RT005/RW02 Desa Pekalongan Ali Murtadlo mengatakan bahwa tim kreatif dan para pemuda di lingkungannya telah membuat replika masjid dari botol bekas yang mengusung misi takbiran keliling inovatif ramah lingkungan pada Idul Fitri 1445 hijriah. 


Hal ini sebagai bentuk manifestasi dari ekonomi sirkular dengan mempertahankan nilai produk, bahan, dan sumber daya dalam perekonoman selama mungkin, sehingga dapat meminimalkan kerusakan sosial dan lingkungan yang disebabkan oleh pendekatan ekonomi linier.


“Ada sebuah kampanye yang kita bawa. Kita membawa misi ramah lingkungan. Ini ada banyak botol bekas yang bisa dimanfaatkan. Ada total 999 lebih botol bekas,” ujarnya kepada NU Online, pada Rabu (10/4/2024).


“Kita tidak menghasilkan sampah melainkan memanfaatkan sampah. Ini kayak program Pak Jokowi, ekonomi sirkular,” tambahnya.


Ali menambahkan, replika masjid tersebut terinspirasi dari Masjid Nabawi Madinah. Sementara, tim kreatif mencari inspirasi tersebut dari Youtube sambil berimajinasi sesuatu yang baru dan inovatif.


“Masjid jendelanya terbuka terinspirasi dari Masjid Nabawi. Jadi awalnya dari tim kreatif RT mencari ide-ide yang baru yang di desa kita belum pernah ada. Sebenarnya mencari konsep dari Youtube,” jelasnya.


Ali menjelaskan proses pembuatan replika masjid dari botol bekas, dari mulai konsep hingga menjadi sebuah miniatur masjid yang unik dan menarik. Ia mengatakan, prosesnya butuh waktu setidaknya dua minggu.


“Kita cari konsep di youtube. Lalu kita buat sketsa itu, kemudian cari bahan dari pemulung-pemulung, bahkan sampai kecamatan sebelah. Kita buat dasarannya dulu, kemudian kita rangkai, kitas susun, kita gunting, dan kita rekatkan pakai kawat. Kita tambahkan lampu-lampu agar meriah. Butuh waktu sekitar dua minggu,” paparnya. 


Lebih lanjut, ia berpesan kepada masyarakat untuk mampu menampilkan karya-karya yang impresif dan inovatif, serta tidak membatasi diri pada hal-hal yang mainstream.


“Jadi menurut kami, sudah selayaknya kreativitas tidak terbatas. Kita harus kreatif termasuk memanfaatkan barang yang tidak umum juga. Namun ending-nya menghasilkan karya yang menarik,” katanya.


Salah seorang warga RT005/RW02 Desa Pekalongan, Syaiful Abrori mengapresiasi karya para pemuda Desa Pekalongan yang cukup kreatif dan inovatif itu. Sebab mereka telah mampu menyulap botol plastik bekas menjadi karya seni yang memukau.


“Kembali fitri dengan kreatif, warga Desa Pekalongan menyulap 999 botol plastik bekas menjadi miniatur masjid,” tuturnya.