Daerah

Syekh H. Ali Imran Hasan Wafat, Sumbar Kehilangan Ulama Kharismatik

Rab, 12 April 2017 | 12:50 WIB

Padangpariaman, NU Online 
Innalillahi wainnailaihi raji’un. Sumatera Barat berduka. Ulama kharismatik dan pendiri sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan Nagari Pakandangan, Kecamatan VI Lingkung Kabupaten Padangpariaman, Provinsi Sumatera Barat Syekh H. Ali Imran Hasan wafat pukul 04.00 WIB Rabu (12/4) dini hari. Ia wafat di kediamannya yang berada di komplek Pondok Pesantren Nurul Yaqin Ringan-Ringan. Kabar duka ini cepat menyebar melalui media sosial dan pesan singkat hingga kawasan Pesantren Nurul Yaqin terlihat dipadati masyarakat yang datang berbagai daerah. 

Sebelumnya, Syekh Ali Imran sudah menjalani perawatan di Rumah Sakit Siti Rahman Padang. Di rumah dirawat selama satu minggu karena kesulitan bernapas. Pada Minggu (9/4) kemarin Syekh Ali Imran dibawa pulang.   

Ketua PW Gerakan Pemuda Ansor Sumatera Barat Rahmat Tuanku Sulaiman kepada NU Online menyebutkan, sebagai murid kami sangat berduka atas kepergian Buya Syekh Ali Imran untuk selamanya. Ini berarti masyarakat Sumatera Barat sudah kehilangan lagi seorang ulama yang alim, kharismatik dan memiliki keilmuan keislaman yang mendalami.

“Sesuai dengan pesan beliau, bagaimana Nurul Yaqin terus berkembang dan tetap bertahan hingga hari kiamat datang. Nurul Yaqin harus terus berkibar. Baik sebagai paham maupun sebagai kelembagaan. Sebagai paham, bagaimana pemahaman keagamaan Islam yang diwariskan beliau dapat diamalkan oleh para murid-muridnya dan masyarakat. Sedangkan secara kelembagaan Nurul Yaqin terus berkembang,” kata Rahmat Tuanku Sulaiman.

Ali Imran lahir pada subuh 30 Juni 1926 di Tanjung Aur, Pakandangan, Padangpariaman. Ayahnya Pakiah Hasan Tuanku Bagindo dan ibunya Siti Marin. Jika dirunut silsilah nenek moyang, darah ulama memang sudah dimilikinya. Syeikh Muhammad Amin bin Abdullah lebih dikenal dengan sebutan Syekh Mato Aie di Pakandangan yang terkenal di wilayah Padang Pariaman, adalah kakek buyut Syekh H. Ali Imran Hasan.

Dari perkawinan dengan Azar Mainis, Syekh Ali Imran dikarunia lima orang anak. Yakni Almuhdi Karim, Darussalam, Asyaidul Akram, Muzi Latunil Isma dan Imma Latukhaira. Dari kelima anaknya, kini dikarunia 17 cucu.

Syekh Ali Imran pulang ke Pakandangan tahun 1960 dari belajar agama di Malalo. Kemudian mendirikan pondok pesantren Nurul Yaqin. Sebelum mendirikan pesantren, Syekh Ali Imran sudah berguru pada 17 ulama yang mengajari berbagai ilmu. Gurunya dimulai dari ayahnya sendiri, Syekh Hasan bin Muhammad Rahim yang bergelar Tuanku Bagindo (lahir 1897 M dan wafat 1980).

Kemudian Ali Imran berguru pula kepada Syekh Muhammad Aminullah bin Abdullah yang dikenal dengan Buya Mato Aia. Syekh Muhammad lahir 1776 dan wafat 1926 M. Guru lainnya Tuanku Pakandangan, Tuanku Sutan Pakandangan, Tuanku Andah Pakandangan, Syekh Muhammad Yatim Tuanku Sutan Ampalu Tinggi Tandikek Mudiak Padang, Syekh Muhammad Yasin Tuanku Qadhi Koto Tujuh Malin Bandaro (lahir 1227 H, wafat 1367 H), Muhammad Zein Tuanku Hitam yang bertempat tinggal di Surau Ampaleh Ringan-Ringan, Syekh Zakaria Tuanku Labai Sati Padang Laweh Malalo (wafat 1973 M atau 10 Ramadhan 1393 H),

Ia juga berguru kepada Syekh Syahidan Syarbaini Mungo Padang Manggateh Payakumbuh, Syekh Ibrahim Harun Tiakar Payo Basuang Payakumbuh, Syekh Tuanku Shalih karamat yang bermaqam di Pasar Panjang Sungai Sarik, wafat 14 Rajab 1394 H atau 1974 M. Syekh Dura Tuanku Angin, bermaqam di Padang Magek Batu Sangkar wafat Selasa pukul 10.00 WIB pagi 4 Zulkaedah 1402 H, Syekh H. Abu Bakar Sampan VII Koto Pariaman, Syekh H. Ibrahim Ampalu Tinggi, Syekh Muhammad Yunus Tuanku Sasak Pasaman, Syekh Tuanku Sidi Talua Sampan Pariaman.

Pondok Pesantren Nurul Yaqin hingga kini terus berkembang. Saat ini jumlah santri sudah mencapai hampir 1.000-an orang. Selain menempati bangunan awal yang berada di kawasan kediaman Syekh Ali Imran, kini memiliki bangunan rusunawa yang mampu menampung hampir 400- an santri laki-laki. Selain itu juga sedang dibangun ruangan belajar yang masih berada di kawasan rusunawa. Pesantren Nurul Yaqin juga sudah memiliki 12 cabang yang tersebar di berbagai daerah di Sumatera Barat. (Armaidi tanjung/Abdullah Alawi)