Daerah

Syarat Keluarga Maslahah Harus Satu Visi: Beriman dan Beramal Saleh

Sel, 5 November 2019 | 15:00 WIB

Syarat Keluarga Maslahah Harus Satu Visi: Beriman dan Beramal Saleh

Pengasuh Pondok Pesantren Riyadlus Sholihien, KH Mushodiq Fikri (pegang mic) saat menyampaikan materi dalam Seminar Nasional yang mengusung tema ‘Keluarga Maslahah: Indonesia Maju’ di aula kantor PCNU Jember, Senin (4/11). (Foto: NU Online/Aryudi AR)

Jember, NU Online

Teramat banyak orang yang mendambakan dapat membangun keluarga yang sakinah mawaddah wa rohmah. Yaitu keluarga yang tenang, penuh cinta, dan kasih sayang. Atau kalimat yang lebih mudah adalah keluarga yang harmonis, bahagia di dunia dan akhirat. Bukti yang gampang ditemukan adalah kalimat tersebut selalu muncul mengiringi syukuran pernikahan.

 

“Untuk mencapai itu kuncinya satu, yaitu suami-istri saleh dan salehah,” ungkap pengasuh Pondok Pesantren Riyadlus Sholihien, KH Mushodiq Fikri saat menyampaikan materi dalam Seminar Nasional yang mengusung tema Keluarga Maslahah: Indonesia Maju di aula kantor PCNU Jember, Senin (4/11).

 

Menurut Gus Fikri, sapaan akrabnya, di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan 4 model keluarga yang kesemuanya hancur kecuali satu. Pertama, suaminya saleh tapi istrinya tidak. Model keluarga ini, meskipun suaminya seorang yang hebat, tapi tidak didukung oleh keluarga (istri), tetap hancur. Contohnya keluarga Nabi Luth dan Nabi Nuh.

 

“Coba kurang apa Nabi Luth dan Nabi Nuh. Keduanya adalah Nabi Allah yang kepadanya diturunkan banyak mukjizat. Tapi karena istrinya tidak saleh, akhirnya hancur keluarga dua nabi itu,” ujarnya.

 

Kedua adalah istri salehah, suaminya tidak. Bagaimanapun salehnya seorang istri, tapi tidak diikuti oleh suaminya, tidak banyak yang bisa diharapkan dari keluarga tersebut. Contohnya keluarga Fir’aun. Istri Fir’aun yang bernama Asiyah binti Muzahim adalah sosok wanita yang sabar, lembut, santun, dan sangat mulia. Asiyah mempunyai budi pekerti luhur, penyayang dan sangat teguh pendirian dalam meniti di jalan yang benar.

 

Sedangkan suaminya terkenal sangat jahat dan kejam. Tidak hanya itu, Fir’aun juga ingkar kepada Allah, bahkan ia mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan.

 

“Keluarga ini akhirnya berantakan juga,” ucap Gus Fikri.

 

Model keluarga ketiga adalah suami tidak saleh, istrinya juga sama. Contohnya adalah Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil binti Harb.

 

Abu Lahab adalah salah satu orang yang memusuhi Nabi Muhammad SAW. Ia dikutuk oleh Allah. Namanya diabadikan dalam Al-Qur'an menjadi surat Al-Lahab.

 

Ummu Jamil merupakan salah satu tokoh wanita Quraisy dan saudara perempuan Abu Sufyan. Sama dengan suaminya, ia juga merupakan wanita yang paling besar bencinya dan permusuhannya terhadap Nabi Muhammad SAW.

 

“Nasib keluarga Abu Lahab juga tak jauh beda, hancur,” jelas Gus Fikri.

 

Sedangan model keluara yang keempat adalah suami saleh dan istrinya salehah. Gus Fikri mencontohkan model keluarga ini adalah keluarga Nabi Ibrahim dan istrinya, Siti Sarah. Keduanya saleh dan salehah, keluarga mereka lestari meskipun tidak punya anak.

 

“Kuncinya adalah beriman dan beramal saleh. Berkaca kepada kisah-kisah itu, maka untuk menjadi keluarga yang maslahah adalah beriman dan beramal saleh,” pungkasnya.

 

Pewarta: Aryudi AR

Editor: Ibnu Nawawi